Gambar 12. Sarang Orangutan pada pohon Hoting Buah dari pohon Hoting juga dapat dimakan oleh primata termasuk
Orangutan. Orangutan tidak mengunakan pohon Hoting yang sedang berbuah untuk tempat bersarang sebagai strategi untuk menghindari perjumpaan
dengan satwa lain yang juga memanfaatkan pohon pakan yang sama, sehingga beresiko timbul persaingan untuk mendapatkan pakan. Hal ini didukung oleh
pernyataan Rijksen 1978 bahwa Orangutan tidak membuat sarang pada pohon pakan yang sedang berbuah, namun akan lebih memilih pohon lain
didekat pohon pakan tersebut sebagai pohon tempat bersarang. Orangutan pada penelitian ini mengambil buah pohon Hoting dari pohon lain yang bukan
tempatnya bersarang.
2. Tinggi Pohon Sarang
Selama pengamatan ditemukan sebanyak 154 pohon dengan tinggi yang berbeda. Tinggi pohon sarang tersebut dibagi menjadi 5 kelas dengan
persentase setiap kelas tinggi pohon dapat dilihat pada Gambar 13. Persentase terbesar yaitu 34 sarang terdapat pada pohon dengan tinggi antara 16-20
meter, kemudian sarang pada kelas tinggi pohon 11-15 meter yaitu sebesar 25. Selanjutnya pada pohon dengan kelas tinggi 20-25 meter dan 25 meter
masing-masing sebesar 22, 16 dan jumlah sarang terendah yaitu 4
terdapat pada pohon kelas tinggi 11 meter. Rata-rata tinggi pohon dari seluruh pohon sarang adalah 20,35 meter.
Gambar 13. Persentase tinggi pohon sarang Orangutan di Hutan Batang Toru Menurut Suwandi 2000, lapisan tajuk dapat diklasifikasikan manjadi
lima strata, yaitu : 1 Stara A
: Lapisan tajuk teratas terdiri dari pohon dengan tinggi total lebih dari 30 m, tajuk diskontinu tersebar dan semitoleran.
2 Strata B : Terdiri dari pohon dengan tinggi total antara 20-30 m, tajuk
kontinu dan toleran 3 Strata C
: Terdiri dari pohon dengan tinggi total antara 4-20 m, tajuk kontinu, rendah dan berdiameter kecil
4 Strata D : Lapisan perdu dan semak dengan ketinggian 1-4 m.
5 Strata E : Lapisan tumbuhan bawah dengan ketinggian 0-1 m.
Klasifikasi lapisan tajuk diatas pohon sarang Orangutan yang lebih banyak digunakan adalah pohon pada strata C 4-20 meter sebagai tempat
membangun sarangnya. Pemilihan ketinggian pohon sarang ini dapat disebabkan Orangutan menyukai pandangan yang lapang dari sarangnya
namun tidak terlalu terbuka sehingga terlindung dari terpaan angin van Schaik, 2006. Pohon dengan ketinggian antara 4-20 meter strata C yang
terlindung oleh tajuk-tajuk pohon di sekitarnya yang lebih tinggi, sekaligus cukup lapang untuk mengamati kondisi di sekitar sarang seperti terlihat pada
Gambar 14.
16-20 m 34
21-25 m 22
25 m 15
11 m 4
11-15 m 25
Gambar 14. Ilustrasi letak sarang pada pohon dengan naungan dari pohon lain Tinggi sarang yang dibangun oleh Orangutan dapat dilihat pada Gambar
15. Tinggi sarang dengan persentase terbesar adalah pada ketinggian 16-20 meter yaitu sebesar 35 sedangkan pada ketinggian 11-15 meter sebesar 32.
Persentase sarang yang berada pada ketinggian 21-25 m dan 11 m yaitu 14. Sarang Orangutan paling sedikit ditemukan pada ketinggian 25 m
yaitu sebesar 5. Menurut Rijksen 1978, Orangutan pada umumnya memiliki preferensi dalam membangun sarang yaitu pada ketinggian 13-15
meter, namun hal ini tergantung pada struktur hutan tempat Orangutan tersebut berada. Berdasarkan hasil penelitian Muin 2007 rata-rata tinggi
sarang Orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting adalah 2,5-3,6 meter dari puncak tajuk. Rata-rata sarang Orangutan di Batang Toru berada pada
ketinggian 17,24 meter.
25 m 5
21-25 m 14
16-20 m 35
11-15 m 32
11 m 14
Gambar 15. Persentase tinggi sarang Orangutan di Hutan Batang Toru Pohon
sarang sarang
Pohon yang tingginya lebih dari 25 meter, kurang disukai Orangutan untuk membuat sarang karena kondisinya yang tidak terlindung dari terpaan
angin. Apabila sarang berada pada ketinggian tersebut maka diperkirakan akan menyulitkan Orangutan untuk mengawasi kondisi di sekitarnya, karena dari
pohon yang lebih tinggi akan sulit melihat kondisi di bawah yang tertutup tajuk pepohonan yang lebih rendah.
3. Diameter Pohon Sarang