Pohon Surian Toona sinensis Roemor Pewarna Makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pohon Surian Toona sinensis Roemor

Surian yang termasuk dalam family Meliaceae adalah jenis kayu yang tergolong light-weight hardwood. Jenis kayu ini dikenal dalam perdagangan di Perancis, Belanda, Jerman dan Spanyol sebagai kayu toona Pandit Wibowo 2011. Surian di Jawa dikenal dengan nama Suren sabrang, di Karo dikenal dengan nama Ingul batu dan di Sunda dikenal dengan Surian beureum atau Ki beureum Heyne 1987. Pohon Surian memiliki ukuran besar, pertumbuhan cepat dan kayunya berkualitas. Hampir keseluruhan bagian dari pohon Surian termasuk biji, kulit batang, kulit akar, tangkai, dan daun memiliki khasiat obat. Pohon Surian secara luas digunakan sebagai obat, kulit batangnya dijadikan obat demam, kencing manis dan penyakit gondok, tepung dari akarnya digunakan sebagai penyegar dan diuretik dan daun mudanya digunakan sebagai obat kembung Shu 2008 Sangat et al. 2000. Surian memiliki tinggi hingga 40 m, tinggi bebas cabangnya hingga 20 m, diameter pada dbh diameter at breast height mencapai 1,5 m, memiliki banir dan kulit luar berwarna kelabu kemerahan, tidak beralur dan kadang mengelupas kecil Pandit Wibowo 2011. Warna teras kayu Surian merah seperti daging sapi muda, kadang merah keunguan sampai coklat, warna gubalnya tidak begitu berbeda dengan terasnya, tetapi gubalnya berwarna lebih terang. Lumen sel pembuluh sering berisi deposit merah kecoklatan Pandit Wibowo 2011. Kulit luarnya outer bark pecah- pecah dan berwarna abu-abu hingga cokelat hitam, kulit dalam inner bark memiliki serat dan warnanya jingga hingga merah, kayu gubalnya berserat, warnanya putih kemerahan dan berbau tajam seperti bawang putih dan merica. Gubal kayu Surian berwarna kemerahan, tekstur kayu kasar mempunyai struktur liang bergelang dengan ira yang bersimpul atau beralun Shu 2008.

2.2 Pewarna Makanan

Pengertian bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772MenkesPerIX88 No. 1168MenkesPERX1999 secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan. Dua jenis zat pewarna makanan berdasarkan sumbernya yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis Cahyadi 2008. Hasil penelitian Soleh 2003 menunjukan bahwa dari 25 sampel makanan dan minuman yang beredar di Bandung, terdapat lima sampel yang positif mengandung zat pewarna yang dilarang, yaitu rhodamin B. Hasil penelitian Cahyadi 2008 menunjukan dari 251 jenis minuman, sebanyak 14,5 di Bogor, 17 di Rangkasbitung, sedangkan kota-kota kecil dan desa-desa 24 minumannya mengandung rhodamin B. Beberapa pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan, diantaranya adalah klorofil penyumbang warna hijau, mioglobin dan hemoglobin, flavonoid antosianin, penyumbang warna merah, orange, ungu dan biru, tannin, betalain, quinon dan xanthon, serta karotenoid penyumbang warna kuning kemerahan, yang larut dalam lemak Pitozo Zumiati 2009. Pewarna alami ikut menyumbangkan nilai nutrisi, seperti karotenoid, riboflavin, kurkumin dan cabalamin MacDougall 2002. Pigmen antosianin yang tergolong kelompok flavonoid merupakan pigmen yang paling luas dan penting karena banyak tersebar pada berbagai organ tanaman. Antosianin akan berubah warna seiring dengan perubahan nilai pH. Antosianin pada pH tinggi cenderung berwarna biru atau tidak berwarna, kemudian cenderung berwarna merah pada pH rendah Deman 1997. Senyawa ini merupakan sekelompok zat warna berwarna kemerahan yang larut dalam air. Pigmen yang berwarna kuat ini adalah penyebab hampir semua warna merah, orange, ungu dan biru. Antosianin berperan sebagai pewarna alami makanan dan memiliki kandungan yang mempunyai fungsi fisiologis, yaitu selenium dan iodin sebagai substansi antikanker dan sebagai antioksidan MacDougall 2002.

2.3 Zat Ekstraktif dan Senyawa Antioksidan Alami