Hasil analisis sidik ragam menunjukan terdapat interaksi antara perlakuan dan bagian pohon, sehingga interkasi kedua faktor tersebut memberikan pengaruh
nyata terhadap nilai inhibisi yang dihasilkan Lampiran 3. Hasil uji lanjut Duncan menunjukan setiap ekstrak menghasilkan nilai inhibisi yang berbeda satu dengan
yang lainnya, kecuali bagian daun. Perbedaan nilai inhibisi aktivitas antioksidan ekstrak dapat disebabkan oleh perbedaan jenis dan komposisi senyawa aktif yang
bersifat antioksidan yang terkandung dalam tiap bagian pohon Gao 2007. Selain itu, setiap zat ekstraktif memiliki sifat yang berbeda, ada yang tahan pada suhu
tinggi dan ada yang rusak pada suhu tinggi. Pada proses penyulingan, zat ekstraktif yang terkandung dalam bagian pohon sudah larut dalam air, sehingga
pada saat ampas penyulingan direbus, hanya sisa zat ekstraktif yang belum larut dalam air pada proses penyulingan saja yang larut dalam proses perebusan. Hal ini
yang menyebabkan aktivitas antioksidan penyulingan lebih tinggi dibandingkan dengan perebusan, kecuali pada daun.
Penelitian Meenakshi et al. 2009 menunjukan adanya hubungan antara total flavonoid dan aktivitas antioksidan. Jika di dalam suatu bahan memiliki
konsentrasi senyawa flavonoid yang tinggi maka akan semakin tinggi aktivitas antioksidannya. Berdasarkan hal tersebut, ada kemungkinan residu penyulingan
dan perebusan ampas penyulingan pohon Surian mengandung senyawa flavonoid.
4.3 Toksisitas Akut
Hasil yang diperoleh dari uji toksisitas akut yaitu nilai lethal dose LD
50
dari residu penyulingan dan perebusan pohon Surian. Gejala-gejala klinis yang ditimbulkan setelah pencekokan ekstrak selama 7 hari juga diamati Tabel 6.
Hasil pengujian terhadap tingkat kematian mencit pada dua tingkatan dosis disajikan pada Tabel 5.
Pada kelompok kontrol hanya dicekok aquades tidak ditemukan kematian mortalitas 0 . Pada pengujian ekstrak RD pada dosis 2.000 mgkg
BB Bobot badan dan 5.000 mgkg BB hanya menyebabkan 1 ekor mencit yang mati dan merupakan nilai mortalitas terkecil dibandingkan dengan ekstrak yang
lain. Ekstrak yang memiliki nilai mortalitas terbesar yaitu ekstrak ST, pada dosis
2.000 mgkg BB dan 5.000 mgkg BB masing-masing terdapat 6 ekor dan 8 ekor mencit yang mati.
Data mortalitas
yang dihasilkan
selanjutnya dihitung
dengan menggunakan metode Reed-Muench, sehingga dihasilkan nilai LD
50
Manggung 2008
.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai LD
50,
seperti keragaman individu, umur, berat badan, cara pemberian ekstrak, kesehatan hewan, suhu lingkungan
dan kondisi perkandangan dibuat seragam, sehingga respon yang dihasilkan hanya dipengaruhi oleh perlakuan dosis. Semakin besar berat badan hewan, semakin
banyak ekstrak yang diberikan. Tabel 5 Nilai LD
50
beberapa ekstrak pohon Surian hasil penyulingan dan perebusan
Ekstrak Kematian kumulatif
LD
50
mgkg BB Kategori
2.000 mgkg BB 5.000 mgkg BB
RD 5,26
18,18 47752,00 Relatif tidak berbahaya
SD 18,75
53,85 4518,56 Sedikit toksik
ST 40,00
73,68 1999,86 Sedikit toksik
dihitung dengan metode Reed-Muench Kelas toksisitas menurut Omaye 2004
Hasil perhitungan LD
50
menunjukan ekstrak yang memiliki nilai LD
50
terendah yaitu ST 1999,86, diikuti SD 4518,56, dan RD 47752, sehingga ST dan SD termasuk kategori sedikit toksik, sedangkan RD termasuk kategori relatif
tidak berbahaya. Penggunaan ketiga ekstrak tersebut aman, jika menggunakan dosis di bawah LD
50.
Selama masa adaptasi, bobot badan mencit terus meningkat, yang disebabkan mencit masih dalam tahap pertumbuhan. Setelah pencekokan,
bobot badan mencit ada yang naik, tetap, dan ada yang turun, sesuai dengan kondisi kesehatan tubuh mencit. Mencit yang diberi dosis di atas LD
50,
umumnya bobot badannya turun.
Setiap hewan coba yang digunakan akan memberikan reaksi yang berbeda pada dosis tertentu. Perbedaan reaksi tersebut diakibatkan oleh perbedaan tingkat
kepekaan setiap hewan Balls et al. 1995. Perubahan tingkah laku yang ditunjukan oleh mencit disebabkan oleh kandungan senyawa-senyawa yang
terdapat pada ekstrak. Perbedaan reaksi yang ditimbulkan dipengaruhi oleh laju
distribusi tiap-tiap organ tubuh yang berhubungan dengan aliran darah di organ tersebut. Perbedaan reaksi yang diperlihatkan oleh mencit dipengaruhi juga oleh
perbedaan tingkat kepekaan setiap hewan Lu Kacew 2006. Tabel 6 Gejala klinis pada mencit setelah pencekokan
Ekstrak Kelompok
Gejala klinis RD
A Mati 1 ekor, aktif seperti biasa
B Mati 1 ekor, aktif seperti biasa
SD A
Kurang aktif, mati 3 ekor B
Lemah, kurang aktif, mati 4 ekor
ST A
Lemah, pasif, nafsu makan berkurang, badan kaku, mati 6 ekor
B Gelisah, nafsu makan berkurang, pasif, warna mata
pucat, badan kaku, jalan tak terkontrol, mati 8 ekor A = Kelompok yang diberikan ekstrak dengan dosis 2.000 mgkg BB
B = Kelompok yang diberikan ekstrak dengan dosis 5.000 mgkg BB
Pengujian LD
50
bukan satu-satunya pengujian yang digunakan untuk menilai toksisitas suatu zat. Pengujian lain yang diperlukan adalah pengujian
lanjutan untuk memperkuat analisa keracunan dan toksisitas suatu zat. Nilai toksisitas yang rendah dari residu penyulingan dan perebusan dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan pemanfaatan residu sebagai bahan pewarna pangan dan antioksidan.
4.4 Tingkat Kesukaan Masyarakat Sifat Organoleptik