3.4.2 Preparasi Contoh Uji berupa Ekstrak
Contoh uji dalam penelitian ini merupakan ekstrak yang berasal dari residu penyulingan, yaitu limbah cair penyulingan dan air rebusan dari ampas
padatan penyulingan. Penyulingan dan perebusan pada setiap bagian pohon dilakukan dengan tiga kali ulangan, tetapi untuk pengujian antioksidan, toksisitas
akut dan tingkat kesukaan masyarakat ketiga ekstrak pada pengulangan di campur, sehingga tidak ada ulangan pada saat pengujian ekstrak.
3.4.2.1 Penyulingan
Bahan baku yang sudah siap selanjutnya dimasukkan dalam alat penyulingan. Proses penyulingan menggunakan metode air dan uap, yaitu
menggunakan air kemudian dipanaskan sehingga menghasilkan uap air yang panas dilakukan selama 12 jam. Residu hasil penyulingan berupa cairan berwarna
merah kecoklatan kayu, hijau kecoklatan daun dan coklat kehitaman kulit kayu yang terdapat di dalam ketel suling diukur volumenya dan dikeringkan di
dalam oven hingga diperoleh padatan. Padatan ini kemudian diuji aktivitas antioksidannya, toksisitas akut dan tingkat kesukaan masyarakat.
3.4.2.2 Perebusan
Residu penyulingan berupa ampas daun, kulit, gubal dan teras direbus menggunakan air aquades selama dua jam. Air rebusan diukur volumenya dan
dikeringkan di dalam oven hingga diperoleh padatan.
3.4.3 Penentuan Rendemen
Rendemen ekstrak yang dihasilkan dari proses penyulingan dan perebusan yang telah dikeringkan dengan oven dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan: Output = berat ekstrak g Input = berat kering tanur bahan baku g
Rendemen = OutputInput x 100
3.4.4 Uji Antioksidan
Uji antioksidan menggunakan metode DPPH Leu et al. 2006. Ekstrak dilarutkan dalam etanol 1mg ml
-1
dan larutan yang diperoleh dijadikan sebagai larutan induk konsentrasi 1.000 g ml
-1
. Larutan ekstrak dibuat dengan mengencerkan larutan induk dengan etanol. Banyaknya larutan induk yang
digunakan bergantung pada konsentrasi larutan ekstrak yang diinginkan. Nisbah larutan ekstrak dengan larutan DPPH dalam pengujian ini adalah 1:1.
Gambar 1 Plat uji antioksidan. Total larutan dalam wadah uji adalah 200 l yang terdiri atas larutan
ekstrak sebanyak 100 l dan 100 l larutan DPPH 125 M dalam etanol. Pemberian larutan ekstrak 1.000 g ml
-1
akan menghasilkan konsentrasi ekstrak dalam
wadah uji sebesar 500 g ml
-1
. Kontrol negatif dibuat dengan mencampurkan 100 l etanol dengan 100 l larutan DPPH. Asam askorbat
vitamin C digunakan sebagai kontrol positif antioksidan dengan konsentrasi perlakuan yang sama dengan ekstrak uji. Setelah homogen, wadah uji yang berisi
larutan tersebut diinkubasi dalam tempat gelap selama 30 menit dan diukur serapan cahayanya dengan spektrofotometer UV-
vis pada
maks
517 nm. Aktivitas antioksidan ditentukan dengan menghitung persen penangkapan radikal bebas
DPPH oleh ekstrak dengan rumus :
Keterangan : A : serapan kontrol negatif DPPH + etanol B : serapan ekstrak uji DPPH +etanol+ ekstrak uji.
Penangkapan radikal = {A-BA} x 100
Korelasi antara persen penangkapan radikal dan konsentrasi ekstrak diplotkan dan nilai IC
50
dihitung melalui persamaan regresi hasil interpolasinya. IC
50
adalah konsentrasi efektif ekstrak yang mampu menangkap menurunkan konsentarsi radikal bebas DPPH sebesar 50, sehingga nilai IC
50
inhibition concentration yang semakin rendah berarti aktivitas antioksidan ekstrak semakin
tinggi.
3.4.5 Uji Toksisitas Akut OECD 2001