penyulingan  dengan  sistem  kukus  ini  dapat  menghasilkan  uap  dan  panas  yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan Agus 2005.
2.5 Toksisitas Akut
Pengujian toksisitas suatu senyawa dibagi menjadi dua golongan  yaitu uji toksisitas  umum  dan  uji  toksisitas  khusus.  Uji  toksisitas  umum  merupakan  uji
toksisitas  yang  dirancang  untuk  mengevaluasi  keseluruhan  efek  umum  suatu senyawa pada hewan uji.  Pengujian toksisitas umum meliputi pengujian toksisitas
akut,  subakut,  subkronik  dan  kronik.  Pengujian  toksisitas  khusus  merupakan  uji toksisitas  yang  dirancang  untuk  mengevaluasi  secara  rinci  efek  yang  khas  suatu
senyawa  pada  hewan  uji.  Pengujian  toksisitas  khusus  meliputi  uji  potensiasi, karsinogenik,  mutagenic,  teratogenik,  reproduksi,  kulit,  mata  dan  tingkah  laku
Loomis  1996.  Toksisitas  yang  ditimbulkan  dapat  bersifat  dapat  pulih  kembali reversible dan tidak dapat pulih irreversible Donatus 2001.
Uji  toksisitas  akut  penting  dilakukan  untuk  mengetahui  dosis  yang  aman digunakan  oleh  manusia.  Dosis  aman  perlu  diketahui  karena  mengingat  adanya
senyawa  toksik  pada  tumbuhan  yang  dapat  menyebabkan  keracunan  jika
dikonsumsi melebihi takaran.  Pada  dasarnya  semua  obat  dapat  bersifat  toksik,
tergantung  besarnya  dosis  yang  diberikan.  Efek  toksik  biasanya  tercapai  apabila suatu  rangsangan  mencapai  suatu  nilai  tertentu  sehingga  timbul  mekanisme
biologis  yang  nyata. Menurut Imono 2001, besar rangsangan sebanding dengan besar konsentrasi agen pada receptor site.
Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek toksik atau racun yang terdapat dalam suatu sediaan atau campuran bahan. Uji toksisitas akut
adalah  uji  yang  dilakukan  untuk  mengukur  derajat  efek  suatu  senyawa  yang diberikan  pada  hewan  coba  tertentu,  dan  pengamatannya  dilakukan  pada  24  jam
pertama setelah perlakuan dan dilakukan hanya satu kali Hodgson et al. 1999.
Data  yang  dikumpulkan  dalam  uji  toksisitas  akut  adalah  data  kuantitatif berupa  kisaran  dosis  letal  dan  data  kualitatif  yang  berupa  gejala  klinis.  Pada
dasarnya tidak ada satu hewan pun  yang sempurna  untuk uji toksisitas  akut  yang nantinya  akan  digunakan  oleh  manusia.  Walaupun  tidak  ada  aturan  tetap  yang
mengatur pemilihan spesies hewan coba, yang lazim digunakan pada uji toksisitas
akut  adalah  tikus,  mencit,  marmut,  kelinci,  babi,  anjing  dan  monyet.  Pada awalnya,  pertimbangan  dalam  memilih  hewan  coba  hanya  berdasarkan
ketersediaan,  harga  dan  kemudahan  dalam  perawatan.  Namun,  seiring perkembangan zaman tipe metabolisme, farmakokinetik dan perbandingan catatan
atau  sejarah  avaibilitas  juga  ikut  dipertimbangkan.  Hewan  yang  paling  sering digunakan  adalah  mencit  dan  tikus  Casarett    Doull’s  1986.  Respon  berbagai
hewan  percobaan  terhadap  uji  toksisitas  dapat  berbeda.  Umumnya  hal  ini disebabkan  oleh  perbedaan  anatomi  dan  fisiologis,  variasi  dalam  sifat  keturunan,
umur dan kondisi tubuh. Dosis letal 50 LD
50
adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistik untuk  menyatakan  dosis  tunggal  suatu  senyawa  yang  diperkirakan  dapat
mematikan  atau  menimbulkan  efek  toksik  pada  50  hewan  coba  setelah perlakuan.  Beberapa  faktor  yang  dapat  mempengaruhi  nilai  LD
50
antara  lain spesies,  galur,  jenis  kelamin,  umur,  berat  badan,  kesehatan  nutrisi  dan  isi  perut
hewan  coba  serta  lingkungan.  Teknis  pemberian  juga  mempengaruhi  hasil,  yaitu meliputi  waktu  pemberian,  suhu  lingkungan,  kelembaban  dan  sirkulasi  udara.
Selain itu, kesalahan manusia juga dapat mempengaruhi hasil ini. Oleh karena itu, faktor-faktor  ini  harus  diperhatikan  sebelum  penelitian  dimulai.  Omaye  2004
membagi tingkat ketoksikan akut per oral ke dalam beberapa kelas seperti tertera pada Tabel 1.
Tabel 1  Klasifikasi toksisitas akut Kelas
LD
50
mgkg BB luar biasa toksik
≤ 1 sangat toksik
5 – 50 cukup toksik
50 – 500 sedikit toksik
500 – 5000 praktis tidak toksik
5000 – 15000 relatif tidak berbahaya
15000 Sumber : Omaye 2004
Penentuan LD
50
dapat dihitung dengan menggunakan cara  grafik maupun cara aljabar. Beberapa metode yang umum dipakai untuk menentukan LD
50
adalah
metode  Trevan,  metode  perhitungan  cara  Grafik  Graphical  Calculation  Miller dan  Tainter,  metode  Aritmatik  Reed  dan  Muench,  metode  Karber,  metode
perhitungan secara grafik Litcjfield dan Wilcoxon, dan metode Thomson dan Weil Manggung 2008.
Metode  Aritmatik  Reed  dan  Muench  menggunakan  nilai-nilai  kumulatif. Asumsi  yang  dipakai  adalah  bahwa  seekor  hewan  yang  mati  oleh  dosis  tertentu
akan mati juga oleh dosis yang lebih besar, sedangkan hewan bertahan hidup pada dosis tertentu juga akan tetap bertahan hidup pada  dosis yang lebih rendah.
2.6 Mencit Mus musculus albinus