berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa dan menunjang pembentukan watak Rahmanto, 1988: 16
Melalui cerita rakyat, empat ketrampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat ditingkatkan melalui pengajaran cerita rakyat
sebagai materi pengajaran sastra. Dalam mempelajari sebuah karya sastra termasuk ceriota rakyat, secara otomatis anak didik akan selalu dihadapkan pada empat
ketrampilan berbahasa ini. Anak didik dapat meyimak cerita dari guru. Mereka juga dapat mengungkapkan kembali isi ceritanya. Kegiatan membaca di depan kelas dapat
dijadikan usaha untuk meningkatkan ketrampilan membaca. Pada sisi lain mereka juga dapat menuliskan kembali isi cerita dengan bahasa mereka sendiri.
Pendidikan Bahasa Indonesia perlu berwawasan multikultural. Hal itu perlu disadari karena bahasa dan kebudayaan memiliki saling hubungan yang erat Sarwiji
Suwandi, 2008:8. Bahasa menurut Kramsch dalam Sarwiji Suwandi 2008:8 merupakan simbol realitas budaya. Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang dapat
dilihat sebagai pemilikan sebuah nilai budaya. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pemilihan cerita sebagai bahan
pengajaran sastra sangat tepat. Dalam hal ini cerita rakyat dapat digunakan sebagai bahan pembinaan dan pengembangan pengajaran apresiasi sastra Indonesia dan
daerah di sekolah.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa kajian terhadap cerita rakyat yang pernah dilakukan dan dijadikan sebagai penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1. Penelitian dengan judul Strukur dan Nilai Edukatif Cerita Rakyat Kabupaten
Wonogiri Sutarto, 2007
Dari hasil penelitiannya, bahwa di Kabupaten Wonogiri memiliki sejumlah cerita rakyat yang masih hidup dan berkembang sampai saat ini. Cerita rakyat yang
ada antara lain: 1 “Panembahan Senopati kahyangan Dlepih Tirtomoyo”, 2 “Umbul Nogo” di Karanglor Manyaran, 3 “Asal-usul Goa Putri Kencana” , 4
“Petilasan Bubakan Girimarto”, dan 5 “Sendang Siwani” . Secara umum, cerita rakyat di Kabupaten Wonogiri dapat diklasifikasikan ke dalam legenda dan lebioh
spesifik dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok legenda setempat dan legenda perseorangan.
Berdasarkan kajian yang mendalam dapat diketahui bahwa di dalam cerita rakyat di Kabupaten Wonogiri terkandung nilai edukatif. Nilai-nilai eduktif yang ada
meliputi nilai pendidikan moral, nilai pendidika adat, nilai pendidikan agama, dan nilai pendidikan sejarah. Karena dipandang memiliki relevansi dengan pembelajaran
sastra di sekolah, maka cerita rakyat Kabupaten Wonogiri perlu di kembangkan sebagai materi ajar sastra di sekolah.
2. Penelitian dengan judul Cerita Rakyat dan Masalah Pembelajarannya Sumiyadi, tahun 2004
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa budaya Indonesia memang sangat beragam. Hal itu tampak dalam khazanah sastra Indonesia yang terwujud dalam
sastra-sastra daerah di seluruh Nusantara. Keanekaragaman yang tercermin dalam karya sastra itu hanya dapat dipahami secara nasional apabila menggunakan bahasa
nasional pula. Oleh karena itu, transformasi sastra dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia suatu keharusan.
Cerita rakyat yang ribuan itu akan tetap menjadi khazanah budaya daerah setempat apabila tidak diusahakan untuk mentransformasikannya ke dalam bahasa
Indonesia. Padahal, khazanah sastra nusantara mesti dibaca secara luas oleh seluruh bangsa Indonesia, sehingga akan diketahui juga hal-hal yang sama di antara sastra
daerah yang beragam. Transformasi sastra dengan penerjemahan dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia merupakan upaya yang harus terus-menerus dilakukan.
Transformasi sastra daerah ke dalam bahasa Indonesia mempermudah sosialisasi dan pembelajaran sastra di sekolah.
C. Kerangka Berfikir