Latar Setting Amanat Kajian Tentang Struktur Cerita Rakyat

Herman J. Waluyo 2002: 147-148 membagi alurplot sebuah cerita menjadi enam tahapan yaitu: 1 paparan awal cerita exposition, 2 mulai ada problem inciting moment, 3 penanjakan konflik rising action, 4 konflik yang semakin ruwet complication, 5 konflik menurun falling action, 6 penyelesaian denouement. Dalam karya sastra terdapat beberapa macam alur yang dapat dilihat setelah kita menikmatinya. Sudiro Satoto 1993: 53-54 mengemukakan bahwa ada beberapa jenis alur, yaitu: 1 alur menanjak Rising plot, 2 alur menuruun Falling plot, 3 alur maju progressive plot, 4 alur mundur regressive plot, 5 alur lurus Straigt plot , 6 alur patah Break plot, 7 alur sirkule circular plot, 8 alur linear Linear plot, 9 alur episodic Episodik plot

d. Latar Setting

Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra. Deskripsi latar dapat bersifat fisik, realistis, dokumenter dan dapat pula berupa deskripsi perasaan Melani Budianta, Ida Sundari Husen, Manneke Budianta, dan Ibnu Wahyudi, 2002 : 86. Sedangkan menurut Atar Semi 1993: 46, Setting latar atau landasan tumpu adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Yang dimaksud lingkungan di sini adalah meliputi aspek tempat, waktu dan suasana. Pendapat yang sama diungkapkan oleh Panuti Sudjiman 1990: 48 yang menyatakan bahwa setting atau latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam suatu karya sastra. Menurut Herman J. Waluyo 2002: 198 bahwa latar setting cerita selalu berkaitan dengan waktu dan tempat penceritaan. Misalnya siang dan malam, bulan, tahun, dan sebagainya. Tempat penvceritaan dapat mengacu pada tempat terjadinya cerita. Misalnya di sawah, di pantai, di gunung dan sebagainya. Latar memberi pijakan cerita secara konkrit dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Dengan demikian, pembaca merasa dipermudah untuk mengembangkan daya imajinasinya. Selain itu, pembaca dimungkinkan dapat berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar.Pembaca dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketepatan, dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih akrab.

e. Amanat

Amanat merupakan pemecahan suatu tema. Di dalam amanat terlihat pandangan hidup dan cita-cita pengarang. Amanat dapat diungkapkan secara eksplisit dan dapat juga secara implisit Mursal Esten, 1978: 22. Amanat berurusan dengan makna, yaitu sesuatu yang khas, umum, subjektif, sehingga harus dilakukan dengan penafsiran Teeuw, 1983: 27. Pendapat di atas menunjukkan bahwa amanat merupakan suatu hikmah dari permasalahan hidup yang terkandung dalam cerita. Melalui amanat pengarang ingin memberikan sesuatu yang positip, dan dari amanat tersebut diharapkan pembaca akan bisa mengambil sesuatu manfaat dari cerita. Suatu amanat dikatakan baik bila amanat tersebut berhasil membukakan kemungkinan-kemungkinan yang luas dan baru bagi manusia dan kemanusiaan. Begitu juga dalam cerita prosa rakyat terkandung amanat yang dapat dijadikan teladan oleh warga masyarakat yang melingkupinya.

3. Kajian tentang Nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat