Faktor - Faktor yang Berpengaruh Terhadap Hasil Tangkapan

permukaan memiliki hubungan yang erat dengan angin. Perairan Indonesia sangat dipengaruhi oleh sistem angin musim monsoon yang mengalami pembalikan arah dua kali setahun Wyrtki 1961. Pada bulan Mei-November dipengaruhi oleh angin musim dari Tenggara, mencapai puncaknya pada bulan Juni-Agustus dan disebut sebagai musim Timur karena angin bertiup dari Timur ke Barat. Pada bulan Desember-April dipengaruhi oleh angin musim dari Barat Laut yang mencapai puncaknya pada bulan Desember-Februari dan disebut sebagai musim Barat karena angin bertiup dari Barat ke Timur. Bulan Maret-Mei dan September- November disebut sebagai musim peralihan pancaroba, dimana pada musim ini angin bertiup tidak menentu. Pada setiap awal periode musim ini, pengaruh angin musim sebelumnya masih kuat Nontji 1993. Suhu permukaan laut rata-rata di perairan Pantai Timur Sumatera Utara berdasarkan hasil analisis citra NOAA - AVHRR adalah sebesar 28,60 o C. Hasil ini hampir sama dengan yang teliti oleh Wyrtki 1961. SPL rata-rata di perairan Selat Malaka bervariasi antara 27,50 o C – 29,00 o C. Sedangkan menurut Nontji 1987 SPL rata-rata di Indonesia adalah sebesar 28,00 o C. Perbedaan sebesar 0,60 o C terjadi karena karateristik umum perairan Pantai Timur Sumatera Utara yang relatif dangkal serta pengaruh daratan Sumatera dan Malaysia yang lebih dominan. Pengaruh daratan dapat terjadi melalui sungai atau air lainnya yang membawa limpasan run off dan material hangat ke dalam perairan.

6.2 Faktor - Faktor yang Berpengaruh Terhadap Hasil Tangkapan

Suhu permukaan laut merupakan salah satu faktor oseanografi yang mempengaruhi kehidupan organisme air seperti ikan dan hewan lainnya. SPL optimum penyebaran daerah penangkapan ikan kembung lelaki dan kembung perempuan relatif sama. Reddy 1993 menyatakan bahwa ikan adalah hewan berdarah dingin yang suhu tubuhnya selalu menyesuaikan dengan suhu sekitarnya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa ikan mempunyai kemampuan untuk mengenali dan memilih kisaran suhu tertentu yang memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas secara maksimum dan pada akhirnya mempengaruhi kelimpahan dan distribusinya. Menurut Laevastu dan Hela 1970 pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Berdasarkan analisis antara SPL dan hasil tangkapan bulan Mei sampai Juni 2005 diketahui bahwa SPL optimum untuk daerah penangkapan ikan kembung lelaki berkisar antara 28,82 o C – 30,48 o C. Hasil ini sedikit berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wyrtki 1956 yang diacu dalam Potier et al. 1989 menyatakan SPL untuk pemijahan ikan kembung lelaki di Laut Jawa berkisar antara 27,00 o C – 30,00 o C. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kondisi oseanografi antara perairan Kabupaten Asahan dengan Laut Jawa, sehingga hasil yang diperoleh juga berbeda. SPL optimum daerah penangkapan ikan kembung perempuan berkisar antara 28,78 o C – 29,96 o C, dan hasil analisis ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan di Teluk Thailand oleh Anawat et al. 2000 yang menyatakan bahwa SPL optimum untuk daerah pemijahan dan penangkapan Indo-Pacific Mackerel Rastrelliger brachysoma ber kisar antara 28,00 o C – 29,60 o C. Salinitas daerah penangkapan ikan kembung lelaki yang berada di sekitar perairan Pulau Berhala berkisar antara 31‰ - 33‰. Kondisi salinitas di perairan bagian Timur Tanjung Siapi-api yang merupakan daerah penangkapan ikan kembung perempuan berkisar antara 27‰ – 30‰ . Hal ini membuktikan bahwa daerah penangkapan ikan kembung lelaki salinitasnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah penangkapan ikan kembung perempuan, kondisi ini sesuai dengan pendapat Soemarto 1985 yang menyatakan bahwa daerah penangkapan ikan kembung lelaki berada di daerah perairan lepas pantai yang merupakan perairan terbuka dengan kadar garam 33‰ - 35‰, dengan kondisi arus yang tidak begitu kuat. Untuk jenis ikan kembung perempuan daerah penangkapannya di pinggir pantai dimana banyak terdapat plankton nabati, sedangkan untuk ikan kembung lelaki daerah penangkapannya berada lebih jauh ke lepas pantai dan perairan yang lebih dalam. Perairan yang berwarna kebiru- biruan dimana banyak terdapat plankton hewani. Daerah penangkapan ikan pelagis kecil umumnya di perairan landas benua, seperti perairan yang berada mulai dari Timur Aceh, Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan Laut Jawa. Nilai salinitas yang tinggi pada daerah penangkapan ikan kembung lelaki disebabkan karena daerah penangkapan tersebut berada pada bagian mulut Utara Selat Malaka yang mempunyai lebar yang lebih luas jika dibandingkan dengan bagian Selatan Selat Malaka yang cenderung lebih sempit, sehingga pengaruh antara daratan Sumatera dan Malaysia sangat kecil. Akibatnya, pasokan air tawar dan unsur -unsur hara dari daratan jauh lebih sedikit sehingga salinitasnya lebih tinggi. Disamping itu juga disebabkan karena adanya masukan air dari Laut Andaman yang bersalinitas lebih tinggi. Salinitas rendah terdapat pada daerah penangkapan ikan kembung perempuan di bagian Timur Tanjung Siapi-api Kota Tanjung Balai Asahan. Hal ini disebabkan karena daerah penangkapan tersebut berada pada bagian mulut Selatan Selat Malaka yang mempunyai lebar lebih sempit jika dibandingkan dengan mulut Selatan Selat Malaka, sehingga pada perairan tersebut pengaruh daratan Sumatera dan Malaysia sangat besar. Akibatnya, nilai salinitas pada daerah tersebut rendah karena adanya pasokan air tawar yang banyak bermuara ke perairan tersebut. Salinitas di perairan Selat Malaka dimana lokasi penangkapan ikan kembung berada memiliki variasi akibat pengaruh masukan air tawar dari sungai yang bermuara ke Selat Malaka. Menurut Wyrtki 1961 salinitas bulanan rata- rata di Selat Malaka bervariasi antara 29,8‰ – 31,5‰ dimana salinitas minimum terjadi pada bulan Desember pada musim penghujan dan salinitas maksimum terjadi pada bulan Juni pada saat musim kemarau. Mengingat adanya perbedaan salinitas daerah penangkapan kedua spesies ikan kembung tersebut, maka setiap spesies mempunyai kisaran batas toleransi tertentu terhadap faktor-faktor oseanografi seperti suhu, salinitas, oksigen terlarut. Sehubungan dengan salinitas, hal ini berhubungan proses osmoregulasi yang dilakukan oleh ikan. Menurut Reddy 1993 volume air dan konsentrasi dalam fluida internal tubuh ikan dipengaruhi oleh konsentrasi garam pada lingkungan lautnya. Untuk beradaptasi pada keadaan ini ikan kembung juga melakukan proses osmoregulasi, organ yang berperan dalam proses ini adalah insang dan ginjal. Osmoregulasi memerlukan energi yang jumlahnya tergantung pada perbedaan konsentrasi garam yang ada antara lingkungan eksternal dan fluida dalam tubuh ikan. Toleransi dan preferensi salinitas dari organisme laut bervariasi tergantung tahap kehidupannya, yaitu telur, larva, juvenil, dan dewasa. Salinitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada beberapa ikan dan distribusi berbagai stadia hidup. Dilihat dari hasil tangkapan bulanan ikan kembung lelaki pada umumnya meningkat pada bulan Juni-Agustus musim Timur. Untuk ikan kembung perempuan hasil tangkapan meningkat pada bulan Mei-Agustus akhir musim peralihan pertama sampai akhir musim Timur. Hal ini disebabkan karena pa da bulan-bulan tersebut kondisi perairan relatif lebih tenang karena pengaruh angin musim lebih kecil, sehingga operasi penangkapan dapat berlangsung dengan aman. Jika dilihat dari kondisi oseanografi seperti SPL maka pada bulan-bulan tersebut merupakan bulan dimana SPL optimum untuk penangkapan kedua spesies ikan kembung tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Laevastu dan Hayes 1981 yang menyatakan bahwa salah satu faktor oseanografi yang mempengaruhi sebaran ikan pelagis adalah SPL. Disamping itu dia juga menambahkan bahwa banyaknya hasil tangkapan dan melimpahnya populasi ikan pelagis sangat terkait dengan perubahan SPL. Korelasi silang antara SPL rata-rata dengan hasil tangkapan ikan kembung bulanan dari tahun 2000-2004 menunjukkan nilai korelasi yang tinggi pada sela waktu satu bulan Gambar 23 dan Gambar 24. Hal ini berarti bahwa kenaikan SPL menyebabkan meningkatnya hasil tangkapan ikan kembung setelah satu bulan berikutnya. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa spesies ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor -faktor yang paling penting dalam menentukan kekuatan keturunan dan daya tahan larva pa da spesies-spesies ikan penting yang komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan spawning ground selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut. Perubahan suhu jangka panjang dapat mempengaruhi perpindahan tempat pemijahan spawning ground dan daerah penangkapan fishing ground secara periodik Reddy 1993.

6.3 Pendugaan Zona Penangkapan Ikan Potensial