120 m menuju ke Selatan di daerah Arus Equatorial Selatan, kedalaman termoklin mencapai 140 m.
Laevastu dan Hayes 1981 yang telah mempelajari pengaruh faktor oseanografi terhadap sebaran ikan pelagis dari berbagai daerah penangkapan
menunjukkan bahwa salah satu parameter utama yang sangat mempengaruhi sebaran ikan pelagis adalah suhu dan arus. Banyaknya hasil tangkapan dan
melimpahnya populasi ikan pelagis sangat terkait dengan perubahan suhu perairan. Dalamnya gerombolan ikan pelagis tergantung struktur vertikal suhu.
Selanjutnya ditambahkan bahwa beberapa jenis ikan pelagis akan berenang lebih dalam apabila suhu di permukaan perairan hangat. Kedalaman gerombolan ikan
herring sangat tergantung pada luasnya lapisan campuran di permukaan pada
malam hari.
2.2.2 Pola arus permukaan
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, perbedaan dalam densitas air laut, maupun oleh gerakan
bergelombang panjang, misalnya pasang surut. Di laut terbuka, arah dan kekuatan arus di lapisan permukaan sangat banyak ditentukan oleh angin Nontji 1993.
Arah arus permukaan memiliki hubungan yang erat dengan angin. Perairan Indonesia sangat dipengaruhi oleh sistem angin musim monsoon yang
mengalami pembalikan arah dua kali setahun Wyrtki 1961. Pada bulan Mei- November dipengaruhi oleh angin musim dari Tenggara, mencapai puncaknya
pada bulan Juni-Agustus dan disebut sebagai musim Timur karena angin bertiup dari Timur ke Barat. Pada bulan Desember-April dipengaruhi oleh angin musim
dari Barat Laut, mencapai puncaknya pada bulan Desember-Februari dan disebut sebagai musim Barat karena angin bertiup dari Barat ke Timur. Bulan Maret-Mei
dan September -November disebut sebagai musim peralihan pancaroba, dimana pada musim ini angin bertiup tidak menentu. Pada setiap awal periode musim ini,
pengaruh angin musim sebelumnya masih kuat Nontji 1993. Perairan Selat Malaka yang terleta k di ujung Barat Paparan Sunda
berhadapan langsung dengan Laut Andaman di sebelah Utara dan Samudera Hindia disebelah Barat. Bagian Selatan Selat Malaka merupakan perairan dangkal
kedalaman kurang dari 20 - 40 m dan sempit lebar rata-rata 40 km. Semakin ke Utara, perairan akan semakin dalam hingga mencapai 60 - 100 m dan melebar
hingga sekitar 350 km. Kondisi hidrografis Selat Malaka sangat dipengaruhi oleh perubahan musim musim Barat Daya dan musim Timur Laut. Arus permukaan
pada kedua musim tersebut selalu menuju ke Utara dengan intensitas yang lebih kuat saat musim Barat Daya BRPL 2004.
2.2.3 Salinitas
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat garam yang terlarut dalam 1 liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan ‰ per mil, gram per liter.
Di perairan samudera, salinitas berkisar antara 34‰ - 35‰. Tidak semua organisme laut dapat hidup di air dengan konsentrasi garam yang berbeda. Secara
mendasar, ada dua kelompok organisme laut, yaitu : organisme euryhaline , yang toleran terhadap perubahan salinitas, dan organisme stenohaline, yang
memerlukan konsentrasi garam yang konstan dan tidak berubah. Kelompok pertama misalnya adalah ikan yang bermigrasi seperti salmon, yang mampu
beradaptasi terhadap air laut dan air tawar. Kelompok kedua, seperti udang laut yang tidak dapat bertahan hidup pada perubahan salinitas yang ekstrim
Reddy 1993. Wyrtki 1956, diacu dalam Potier et al. 1989 menyatakan bahwa salinitas
untuk pemijahan ikan kembung lelaki berkisar antara 32‰ – 34‰. Ditambahkan oleh Dhebataron dan Chotiyapatt 1974 bahwa salinitas untuk pemijahan ikan
kembung lelaki berkisar antara 32‰ – 32,5‰. Menurut Nugroho et al. 1996 bahwa gerombolan ikan pelagis kecil seperti layang, kembung ditemukan pada
salinitas 29‰ – 31‰ di bagian Selatan Kalimantan. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola
sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran air sungai. Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan lapisan atas hingga
membentuk lapisan homogen sampai kedalaman 50 - 70 m atau lebih tergantung dari intensitas pengadukan. Di lapisan dengan salinitas homogen suhu juga
biasanya homogen, baru di bawahnya terdapat lapisan pegat dengan degradasi densitas yang besar yang menghambat pencampuran antara lapisan atas dengan
lapisan bawah Nontji 1993. Volume air dan konsentrasi dalam fluida internal tubuh ikan dipengaruhi
oleh konsentrasi garam pada lingkungan lautnya. Untuk beradaptasi pada keadaan ini ikan melakukan pr oses osmoregulasi, organ yang berperan dalam proses ini
adalah insang dan ginjal. Osmoregulasi memerlukan energi yang jumlahnya tergantung pada perbedaan konsentrasi garam yang ada antara lingkungan
eksternal dan fluida dalam tubuh ikan. Toleransi dan preferensi salinitas dari
organisme laut bervariasi tergantung tahap kehidupannya, yaitu telur, larva, juvenil, dan dewasa. Salinitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan reproduksi pada beberapa ikan dan distribusi berbagai stadia hidup Re ddy 1993.
Menurut Wyrtki 1961 salinitas bulanan rata-rata di Selat Malaka bervariasi antara 29,8‰ – 31,5‰ dimana salinitas minimum terjadi pada bulan
Desember pada musim penghujan dan salinitas maksimum terjadi pada bulan Juni pada saat musim kemarau.
2.2.4 Front