5. Pencairan dana sesuai permohonan yang diterima.
6. Nasabah melakukan pengembalian pinjaman dengan sistem angsuran.
Selanjutnya penulis akan memberikan penjelasan lebih rinci tentang proses pengajuan pembiayaan hingga pencairannya. Berikut ini adalah pemaparan hasil penelitian
tentang prosedur dan analisis kelayakan pembiayaan mudharabah di BMT Tanjung Sejahtera dan BMT Al-Kautsar.
A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Mudharabah
Proses awal pengajuan pembiayaan mudharabah adalah pemberian penjelasan oleh customer service CS kepada calon mudharib tentang persyaratan dan sistem
bagi hasil yang diterapkan di BMT. Berikut ini beberapa persyaratan pengajuan pembiayaan mudharabah di BMT Tanjung Sejahtera yang harus dipenuhi oleh calon
mudharib yaitu : 1.
Plafond pembiayaan mudharabah yang diajukan antara Rp. 500.000,- sampai Rp. 500.000.000,-.
2. Calon mudharib telah memiliki rekening tabungan di BMT Tanjung Sejahtera.
3. Jumlah tabungan calon mudharib minimal 30 dari nilai plafond yang
diajukan. 4.
Tidak pernah memiliki tunggakan di BMT Tanjung Sejahtera. 5.
Mengisi aplikasi permohonan pembiayaan.
6. Melengkapi berkas yang dibutuhkan antara lain foto kopi KTP suami-istri,
foto kopi Kartu Keluarga KK, foto kopi akta nikah dan foto kopi data penghasilan.
7. Jaminan untuk pembiayaan Rp.10.000.000,- adalah BPKB kendaraan
bermotor sedangkan untuk pembiayaan Rp.10.000.000,- adalah sertifikat atau Akte Jual Beli AJB tanah maupun bangunan.
BMT Tanjung Sejahtera memiliki kebijakan internal tentang beberapa nasabah yang diprioritaskan dalam pemberian pembiayaan yaitu nasabah yang pernah
melakukan pembiayaan dan kolektibilitasnya selama pengembalian pembiayaan termasuk dalam kategori lancar.
27
Persyaratan yang telah disebutkan diatas tidak jauh berbeda dengan persyaratan yang ditetapkan oleh BMT Al-Kautsar. Di BMT Al-kautsar permohonan
plafond pembiayaan tidak boleh melebihi Rp. 20.000.000,- dan calon mudharib harus menyerahkan pas foto ukuran 4x6 sebanyak 2 dua lembar. Hal lain yang menjadi
perbedaan dalam persyaratan pengajuan pembiayaan antara BMT Tanjung Sejahtera dan BMT Al-Kautsar adalah di BMT Al-Kautsar tidak ditetapkan adanya jaminan
berupa sertifikat maupun surat berharga lainnya. Pihak BMT Al-Kautsar mengedepankan analisis kelayakan terhadap usaha mudharib sebab masih banyak
calon mudharib yang usahanya menguntungkan tetapi mereka tidak memiliki harta
27
Hasil wawancara dengan Nuraini, Customer Service BMT Tj.Sejahtera, Rabu 27 Agustus 2008
yang bisa dijadikan jaminan. Biasanya calon mudharib menjaminkan usahanya tersebut jika terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan.
28
Setelah semua berkas dan persyaratan dilengkapi, calon mudharib dapat langsung menyerahkannya kepada customer service. Pada saat penyerahan berkas
pengajuan pembiayaan, calon mudharib akan dijelaskan tentang prosedur pemberian pembiayaan mudharabah. Customer service juga harus memberitahukan tentang
sistem bagi hasil antara mudharib sebagai mudharib dan BMT sebagai shahibul maal, sebab banyak nasabah yang belum mengetahui tentang sistem bagi hasil,
mereka menganggap BMT masih menggunakan persentase bunga terhadap pengembalian pinjaman.
Setelah berkas pengajuan pembiayaan diserahkan, CS akan memberikan tanda terima berkas pengajuan dan mencatat ke dalam daftar survei dan memberikan berkas
permohonan pembiayaan tersebut kepada account officer untuk segera dilaksanakan rangkaian kegiatan survei, seluruh data yang diperoleh dikumpulkan ke dalam
rekapitulasi hasil survei yang nantinya akan dibahas dalam rapat komite pembiayaan untuk menentukan keputusan pembiayaan. BMT Al-Kautsar memiliki kebijakan
internal tentang jumlah-jumlah tertentu yang ditetapkan sebagai kewenangan pejabat untuk meluluskan suatu permohonan pembiayaan calon mudharib. Ada jumlah
nominal tertentu yang cukup disetujui oleh Account Officer dan ada jumlah nominal tertentu yang harus disetujui oleh jajaran Direksi.
28
Hasil wawancara dengan Budi Sudirja, Manajer Pembiayaan BMT Al-Kautsar, Senin 2 Sept 2008
Rapat komite pembiayaan terdiri dari account officer, funding officer dan manajer pembiayaan. Hasil keputusan komite pembiayaan harus segera
diinformasikan kepada calon mudharib. Jika pengajuan pembiayaan tersebut direalisasikan, langkah selanjutnya adalah penentuan kesepakatan nisbah bagi hasil
dan pelaksanaan akad pembiayaan mudharabah. Mudharib dapat memilih sistem angsuran sesuai jangka waktu yang disepakati misalnya harian, mingguan atau
bulanan. Kemudian dapat dilakukan kesepakatan antara calon mudharib dan pihak BMT untuk menentukan nisbah bagi hasil dari keuntungan usaha tersebut.
Persentase nisbah bagi hasil yang disepakati kedua belah pihak dimasukkan ke dalam akad pembiayaan mudharabah. Akad tersebut bersifat mengikat kedua pihak
sesuai ketentuan yang berlaku sampai jangka waktunya habis. Setelah dilakukan ijab kabul dan penandatanganan akad oleh kedua belah pihak, plafond pembiayaan yang
diajukan dapat segera dicairkan. Pencairan pembiayaan dilakukan oleh teller setelah memperoleh memo atau instruksi pencairan dari manajer pembiayaan. Rangkaian
proses pengajuan hingga pencairan pembiayaan di BMT Tanjung sejahtera berlangsung sekitar 3-5 hari. Sedangkan di BMT Al-Kautsar seluruh prosesnya
berlangsung sekitar 2 minggu. Proses pengajuan hingga pencairan pembiayaan mudharabah di BMT Al-Kautsar terjadi lebih lama karena Sumber Daya Manusia
SDM di BMT tersebut masih terbatas dan lokasi usaha calon mudharib cukup jauh dari kantor BMT. Beberapa lokasi usaha mudharib antara lain Pasar Jati Negara,
Pasar Mainan Prumpung dan Pasar Tanah Abang.
Mudharib yang telah menerima pencairan pembiayaan mudharabah dapat segera mamanfaatkan dana tersebut sesuai dengan kebutuhan usahanya. Mudharib
juga diberikan arahan tentang perhitungan pembagian keuntungan bagi BMT dan nasabah. Dalam sistem bagi hasil terdapat dua pola perhitungan, pertama profit
sharing pembagian keuntungan. Profit sharing digunakan dengan cara membagi
laba bersih yang diperoleh mudharib. Pola perhitungan bagi hasil yang kedua adalah revenue sharing
pembagian pendapatan. Hasil yang dibagikan berdasarkan persentase nisbah adalah total pendapatan mudharib tanpa dikurangi dengan biaya-
biaya. Pola revenue sharing masih banyak digunakan di bank-bank syariah dengan alasan untuk menghindari kecurangan mark up biaya oleh mudharib.
Bagi hasil yang berlaku di BMT Tanjung sejahtera ini adalah murni profit sharing
. Nisbah bagi hasil yang telah disepakati berlaku untuk pembagian keuntungan yang diperoleh nasabah. Berikut ini rumus perhitungan bagi hasil di
BMT Tanjung Sejahtera :
Profit = TR – TC Keterangan :
TR = Total Revenue atau total pendapatanomzet TC = Total Cost atau biaya produksi
Dana pembiayaan yang telah dicairkan harus segera dialokasikan untuk usaha yang telah direncanakan. Nasabah dilarang menggunakan dana tersebut di luar
kebutuhan usahanya, apalagi jika dana tersebut dipergunakan untuk kepentingan
pribadi. Penyalahgunaan alokasi dana side streaming dapat menyebabkan rusaknya akad pembiayaan mudharabah.
Jika operasional usaha telah berjalan maka pengembalian pembiayaan mudharabah melalui pembayaran angsuran dapat dilakukan sesuai jangka waktu yang
tertulis pada akad. Pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah di BMT Tanjung Sejahtera hanya berlaku bagi profit atau keuntungan yang di dapat mudharib. Jadi,
pokok modal pembiayaan mudharabah tetap digunakan oleh mudharib sampai berakhirnya jangka waktu perjanjian pembiayaan mudharabah.
Contoh perhitungannya sebagai berikut : Jika nisbah yang disepakati 45 untuk nasabah dan 55 untuk BMT maka
45 x net profit = keuntungan untuk mudharib 55 x net profit = keuntungan untuk BMTangsuran
Berbeda dengan BMT Tanjung sejahtera, pihak BMT Al-Kautsar menggunakan sistem revenue sharing pembagian pendapatan dengan jumlah
angsuran yang dibayarkan adalah pokok dan bagi hasilnya. Contoh : pembiayaan sebesar Rp. 2.000.000,- dengan nisbah bagi hasil 55:45 dengan angsuran harian
selama 100 hari maka perhitungannya adalah :
Revenuependapatan = Price harga x Quantity jumlah barang
Angsuran harian = 55 x revenue
100 hari
B. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mudharabah