E. Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya pada saat jangka waktu
tertentu dengan tambahan pemberian bunga. Pengertian tersebut berlaku bagi perbankan konvensional dengan penetapan sistem bunga.
Dalam dunia perbankan syariah sistem bunga digantikan dengan sistem bagi hasil, dengan demikian pengertian pembiayaan dalam perbankan syariah dapat
diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya pada saat jangka waktu tertentu dengan adanya imbalan berdasarkan bagi hasil yang telah
disepakati. Secara sederhana pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga
13
. Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan
14
. Pengertian memukul atau berjalan ini dianalogikan seperti orang yang bekerja dalam
menjalankan usahanya. Menurut ulama fiqh, mudharabah atau qiradh adalah
13
Ibid., Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.19.
14
Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, h.95.
ی ی
ی
“Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja pedagang untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi
menurut kesepakatan bersama.
15
Secara terminologi, mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola dengan pembagian keuntungan usaha menurut kesepakatan bersama yang telah dituangkan dalam kontrak, apabila terjadi kerugian
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian
pengelola maka yang bertanggung jawab atas kerugian tersebut adalah pihak pengelola.
F. Landasan Hukum