Analisis Kelayakan Pembiayaan Mudharabah

B. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mudharabah

Sebelum membahas bagaimana proses analisis kelayakan pembiayaan, penulis akan memberikan gambaran tentang hal-hal yang harus dimiliki seorang account officer antara lain : 1. kemampuan menggali informasi dari calon mudharib dan lingkungannya 2. mengetahui harga dan situasi pasar 3. kemampuan membaca karakter seseorang 4. memahami prosedur dan peraturan pembiayaan di BMT 5. memahami sistem peraturan dan perizinan Setelah berkas pengajuan dicatat ke dalam daftar survei, customer service memberikannya kepada Account Officer AO untuk segera dilakukan proses analisis kelayakan pembiayaan, agar tidak terjadi kesalahan pemberian pembiayaan yang dapat merugikan BMT. Proses analisis kelayakan pembiayaan dilakukan secara kualitatif berdasarkan gambaran usaha secara langsung. Proses tersebut dimulai dengan memeriksa legalitas berkas pengajuan. Pada aplikasi permohonan pembiayaan harus ditandatangani oleh suami-istri sehingga tidak dibenarkan mengajukan pembiayaan tanpa diketahui oleh suamiistri. Jika legalitas berkas telah memenuhi syarat, langkah selanjutnya adalah survei lapangan terhadap calon mudharib dan keadaan usahanya. Kegiatan survei baik di BMT Tanjung Sejahtera maupun BMT Al-Kautsar tersebut mengacu pada prinsip umum 5 C antara lain : 1. Character Karakter Account officer melakukan penilaian terhadap karakter dari calon mudharib. Proses penilaian tersebut dilakukan dengan cara wawancara langsung terhadap calon mudharib dan orang-orang di lingkungan usahanya. Hasil dari wawancara tersebut dapat menunjukkan sifat calon mudharib, apakah calon mudharib tersebut dapat dipercaya dan bertanggung jawab terhadap pembiayaan yang akan diberikan. 2. Capacity Kemampuan Penilaian dilakukan oleh account officer untuk mengetahui tingkat kemampuan calon mudharib dalam mengembalikan pinjaman. Penilaian tersebut dapat dilihat dari kondisi usaha calon mudharib meliputi jumlah omzet per hari dan volume penjualannya. Account officer juga melihat mutasi dari rekening tabungan calon mudharib untuk mengetahui frekwensi menabungnya. 3. Capital Modal Dalam melakukan survei lapangan, account officer melihat kegiatan usaha dari calon mudharib. Penilaian dilakukan terhadap modal usaha yang selama ini digunakan, asset yang dimiliki dan yang paling penting adalah komoditi usahanya harus halal dan legal. Walaupun semua aspek penilaian memenuhi syarat tetapi terdapat komoditi barang yang tidak halal, maka BMT tidak dapat memberikan pembiayaan terhadap usaha tersebut. 4. Collateral Jaminan Dalam sebuah pengajuan pembiayaan di BMT, jaminan menjadi aspek komplementer yang turut disertakan. Disebut sebagai komplementer karena tidak semua calon mudharib wajib mencantumkan. Jika calon mudharib memiliki asset seperti kendaraan atau tanah maka BPKB dan sertifikatnya menjadi barang jaminan. Account officer memeriksa legalitasnya juga melihat langsung barang jaminan sehingga dapat diketahui harga perolehan dari jaminan tersebut. Calon mudharib di BMT sebagian besar adalah UKM sehingga BMT tidak dapat memaksakan adanya jaminan dalam pengajuan pembiayaan. Jika calon mudharib tidak memiliki asset yang dapat dijaminkan maka usahanya tersebut yang dijadikan jaminan oleh BMT. 5. Condition Keadaan Account officer melihat kegiatan usaha calon mudharib dan keadaan lingkungannya. Penilaian dilakukan terhadap usahanya apakah sesuai dengan keadaan perekonomian masyarakat sekitar, apakah memiliki letak yang strategis, apakah kegiatan usahanya masih diminati masyarakat dan memiliki market share yang cukup besar. Penilaian ini termasuk kedalam analisis eksternal karena melihat keadaan di luar usaha nasabah. Aspek lain yang diperhatikan dalam melakukan analisis kualitatif yaitu melihat variable internal usaha tersebut antara lain : a. Pola manajemen yang digunakan UKM dalam menjalankan usahanya. Meskipun masih sederhana hal ini dapat terlihat dari pencatatan pemasukan dan pengeluaran sehari-hari. Keuangan usaha jangan sampai tercampur dengan keuangan rumah tangga. b. Kemampuan pengorganisasian atau pembagian kerja dan tugas masing- masing pekerja. c. Sumber Daya Manusia SDM yang dipekerjakan untuk usaha tersebut. d. Sistem promosi yang digunakan untuk menarik minat masyarakat Berikut ini penulis akan memberikan sebuah hasil observasi terhadap kasus dari nasabah BMT Tanjung Sejahtera yang melibatkan seorang ibu pemilik warung makan dalam mengajukan pembiayaan mudharabah di BMT Tanjung Sejahtera untuk kebutuhan modal membuka cabang baru warung makannya. Plafond yang diajukan senilai Rp. 10.000.000,- untuk seluruh kebutuhan pembukaan cabang baru warung makan tersebut. Dari pengajuan permohonan tersebut dilakukan analisis kelayakan pembiayaan mudharabah dengan melakukan kegiatan survei lapangan oleh Account Officer dan wawancara yang disaksikan langsung oleh penulis sebagai observer. Hasil dari kegiatan survey lapangan tersebut yaitu : 1. Character Karakter Dari hasil wawancara tersebut diperoleh informasi antara lain ibu tersebut berasal dari Tegal, Jawa Tengah dengan logat bicara daerah yang masih kental. Pada saat diwawancarai, ibu tersebut terlihat antusias dan terbuka menceritakan tentang kondisi keluarga dan awal beliau menjalankan usahanya. Usaha tersebut merupakan usaha keluarga yang dibangun bersama suami dan anak-anaknya. 2. Capacity Kemampuan Ibu tersebut memiliki rekening tabungan di BMT Tanjung Sejahtera dengan saldo rata-rata perbulan Rp. 200.000,- selama 3 bulan. Dilihat dari mutasi rekening tabungan tersebut beliau dianggap mampu mengembalikan pembiayaan dengan sistem angsuran harian atau mingguan. 3. Capital Modal Warung makan pertama yang telah dijalankan oleh ibu tersebut berjalan cukup maju di sebuah kios milik sendiri yang juga digunakan sebagai tempat tinggal beliau dan keluarganya. Makanan yang disediakan di warung tersebut adalah asli makanan Indonesia yang terjamin kehalalannya. Peralatan yang digunakan sudah cukup memadai untuk kegiatan memasak sehari-hari. Warung makan tersebut buka 24 jam nonstop dengan omzet Rp. 1.000.000 sampai Rp.1.200.000 per hari. 4. Collateral Jaminan Ibu tersebut hanya memberikan jaminan berupa BPKB motor Supra X tahun 2006 karena tidak ada lagi surat-surat berharga yang dapat dijadikan jaminan.. 5. Condition Keadaan Account officer melihat letak kios tempat sasaran pembukaan cabang baru warung makan tersebut sangat strategis yaitu di samping pasar lontar dengan sekelilingnya adalah pemukiman penduduk yang cukup ramai. Setelah penulis melakukan observasi terhadap kasus tersebut, dapat diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan survei untuk mengetahui kelayakan usaha yang dilakukan di BMT berlangsung sederhana namun tetap mengacu pada prinsip 5C dalam analisis kelayakan pembiayaan. Jika bank-bank syariah masih mewajibkan adanya jaminan dalam pemberian pembiayaan, hal tersebut tidak berlaku di BMT. Pihak BMT menjadikan jaminan sebagai instrument tambahan untuk menjaga keamanan dana pembiayaan mudharabah tersebut.

C. Proses Pengawasan dan Pembinaan bagi Nasabah Pembiayaan