Kopal Pengaruh Cara Pemberian ETRAT 1240 terhadap Produktivitas Penyadapan Kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

mencapai 10.000 mikron, 3-4 kali lebih panjang dari serat kayu daun lebar. Pada dindingnya terdapat noktah-noktah berhalaman. 3. Parenkima Parenkima pada kayu daun jarum mempunyai bentuk dan fungsi yang sama dengan parenkima pada kayu daun lebar. Parenkima adalah sel-sel yang mirip kotak. Dinding selnya relatif tipis. Sel-sel inilah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara hasil fotosintesis, dan mungkin juga sebagai tempat pengolahan lebih lanjut untuk keperluan jaringan di sekitarnya. Parenkima tidak ada atau sangat jarang terlihat pada kayu agathis dan araukaria. Pada beberapa jenis kayu terdapat rongga-rongga antar sel yang berupa saluran-saluran sempit yang dikelilingi oleh parenkima, serta selaput yang terdiri atas sel-sel epitel. Ke saluran interseluler ini, parenkima mengeluarkan zat-zat damar pada jenis-jenis pohon Dipterocarpaceae dan Pinaceae atau zat-zat seperti balsam pada pohon sindur dan pada pohon kenari. Ada dua macam saluran interseluler jika dilihat dari arah bentangannya. Saluran interseluler yang membentang searah dengan sumbu batang dinamakan saluran aksial dan saluran yang membentang searah dengan jari-jari dinamakan saluran radial. Kehadiran saluran interseluler pada suatu jenis kayu mungkin akibat sifat keturunan, seperti yang terdapat pada kayu tusam, atau karena kombinasi faktor keturunan dengan faktor luar, misalnya serangan hama seperti yang sering dijumpai pada kayu dari pohon-pohon suku Dipterocarpaceae dan yang kadang- kadang dijumpai pada pohon sindur dan palapi. Saluran yang hadir karena faktor keturunan dinamakan saluran normal sedangkan saluran yang timbul karena faktor luar disebut saluran traumatik. Pada damar dapat dijumpai saluran radial, kehadiran saluran ini ditandai dengan getah yang berwarna putih ketika disayat Yayan 1992.

2.4 Kopal

Menurut Whitmore 1977, kopal merupakan eksudat dari kulit dalam pohon Agathis spp. berupa cairan kental berwarna jernih atau putih yang semakin lama semakin keras setelah terkontaminasi dengan udara. Schuitmaker dan Koppel 1988 dalam Lempang 1997 menunjukan bahwa di Indonesia kopal hanya diartikan untuk damar yang berasal dari pohon Agathis spp. yang termasuk pohon konifer. Sedangkan dammar adalah semua damar-damar lainnya yang didapat dan utamanya berasal dari Dipterocarpaceae. Menurut Manupputy 1995, istilah kopal sering dikacaukan dengan istilah damar, yaitu getah yang dihasilkan dari pohon-pohon famili Dipterocarpaceae dan Burceraceae. Adapun perbedaan-perbedaan yang tampak pada keduanya adalah pada kopal tidak terdapat lubang-lubang udara, sukar dihaluskan, dan mempunyai sifat larut dalam alkohol, tetapi tidak larut dalam minyak tanah atau terpentin serta akan terjadi nyala yang besar bila terbakar. Sedangkan damar mempunyai sifat- sifat kebalikan dari kopal, yaitu mempunyai banyak lubang udara, bisa dihaluskan, dan tidak larut dalam alkohol tetapi larut dalam minyak tanah atau terpentin, serta akan meleleh dan menetes bila terbakar. Partadiredja dan Koamesakh 1973, menyebutkan bahwa kopal menurut asal dan cara dihasikannya ada dua jenis yaitu kopal sadap dan kopal galian. Kopal sadap yaitu kopal yang diperoleh dengan cara melukai pohon. Sedangkan kopal galian yaitu kopal yang diperoleh dalam tanah, berasal dari sekresi pohon damar yang tertimbun dalam tanah. Jenis kopal ini tanpa disadap, menetes dari pohon damar secara alami. Jenis-jenis kopal yang tergolong dalam kopal sadap adalah kopal loba, dan kopal melengket, sedangkan kopal yang tergolong dalam kopal galian adalah kopal bua. Secara umum kopal digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Kopal loba yaitu kopal yang dipungut dari pohon setelah satu atau beberapa bulan disadap, keadaannya lebih keras dan tidak mudah melengket. Berwarna putih kekuningan sampai kecoklatan tergantung lamanya pembersihan. 2. Kopal melengket yaitu kopal yang dipungut dari pohon sekitar dua sampai tiga minggu setelah penyadapan, masih lembek dan lengket serta kotoran mudah melengket. Berwarna putih sampai kekuningan. 3. Kopal bua yaitu kopal yang tidak disadap, kopal keluar secara alami, sering terjadi setelah bertahun-tahun tertimbun di dalam tanah dan tercampur dengan kotoran sehingga berwarna coklat kehitam-hitaman.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopal