Penduduk Kondisi Lokasi Penelitian Produktivitas Kopal Menggunakan ETRAT 1240

beberapa gua alam karst gamping. HPGW merupakan sumber air bersih yang penting bagi masyarakat sekitarnya terutama di bagian selatan yang mempunyai anak sungai yang mengalir sepanjang tahun, yaitu anak sungai Cipeureu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas dan Legok Pusar. Kawasan HPGW masuk ke dalam sistem pengelolaan DAS Cimandiri Badan Eksekutif HPGW 2009.

4.5 Vegetasi

Tegakan Hutan di HPGW didominasi tanaman damar Agathis loranthifolia, pinus Pinus merkusii, puspa Schima wallichii, sengon Paraserianthes falcataria, mahoni Swietenia macrophylla dan jenis lainnya seperti kayu afrika Maesopsis eminii, rasamala Altingia excelsa, sonokeling Dalbergia latifolia, Gliricidae sp., Shorea sp., dan mangium Acacia mangium. Di HPGW paling sedikit terdapat 44 jenis tumbuhan, termasuk 2 jenis rotan dan 13 jenis bambu. Selain itu terdapat jenis tumbuhan obat sebanyak 68 jenis. Potensi tegakan hutan ± 10.855 m 3 kayu damar, 9.471 m 3 kayu pinus, 464 m 3 puspa, 132 m 3 sengon, dan 88 m 3 kayu mahoni. Pohon damar dan pinus juga menghasilkan getah kopal dan getah pinus. Di HPGW juga ditemukan lebih dari 100 pohon plus damar, pinus, kayu afrika sebagai sumber benih dan bibit unggul Badan Eksekutif HPGW 2009.

4.6 Penduduk

Penduduk di sekitar HPGW umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, peternak, tukang ojek, pedagang hasil pertanian dan bekerja sebagai buruh pabrik. Pertanian yang dilakukan berupa sawah lahan basah dan lahan kering. Jumlah petani penggarap yang dapat ditampung dalam program agroforestry HPGW sebanyak 300 orang petani penggarap. Hasil pertanian dari lahan agroforestry seperti singkong, kapolaga, pisang, cabe, padi gogo, kopi, sereh dll. Jumlah ternak dombakambing di sekitar HPGW sebanyak 1875 ekor, jika setiap ekor dombakambing memerlukan 5 kg rumput, maka diperlukan hijauan sebanyak 9.375 ton. Hijauan pakan ternak tersebut sebagian besar berasal dari HPGW. Penyadap getah kopal sebanyak 15 orang dengan karakteristik yang beragam baik dari segi pendidikan dan umur. Mayoritas penyadap berdomisili di desa sekitar HPGW yakni Desa Nangerang, Desa Citalahap, Desa Cipereu dan Desa Cijati. Penghasilan rata-rata yang diperoleh penyadap dari hasil menyadap kopal adalah Rp 400.000-Rp 500.000bulan Badan Eksekutif HPGW 2009. . V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Lokasi Penelitian

Penyadapan kopal dilakukan di Petak Penelitian Permanen Teknologi Penyadapan Getah Agathis yang letaknya berdekatan dengan base camp. Petak penelitian ini mempunyai luasan 2,5 Ha dengan topografi landai dan didominasi oleh tegakan Agathis loranthifolia. Diameter pohon agathis yang ada di lokasi penelitian berkisar antara 40-80 cm dengan kondisi pohon sehat walaupun ada sedikit pohon yang ditemui terserang jamur. Gambar 7 Kondisi lokasi penelitian.

5.2 Produktivitas Kopal Menggunakan ETRAT 1240

ETRAT merupakan formulasi terbaru dimana dalam satu larutan mengandung Zat Pengatur Tumbuh ZPT dan stimulansia organik. Dengan demikian ETRAT mempunyai 2 fungsi yaitu meningkatkan kapasitas produksi getah dan memperlancar keluarnya getah Santosa 2011. ETRAT 1240 yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari CV. Permata Hijau Lestari. ETRAT 1240 merupakan produk yang diimplementasikan pada hutan dengan komposisi 100 ppm ethylene dan 150 ppm asam sitrat. Penelitian ini menguji pengaruh ETRAT 1240 terhadap produktivitas penyadapan kopal dengan berbagai cara pemberian. Bahan kimia yang terkandung dalam ETRAT 1240 tidak berbahaya baik bagi kesehatan para penyadap, kondisi pohon yang disadap dan lingkungan sekitar. Penggunaan stimulansia organik sebelumnya pernah dilakukan pada pohon pinus berupa ekstraksi lengkuas dan jeruk Azis 2010. Pada penyadapan getah pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat sudah digunakan ETRAT 1240 dengan cara disemprotkan namun untuk penyadapan kopal baru pertama kali dilakukan setelah sekian lama menggunakan stimulansia anorganik berupa Cairan Asam Sulfat. ZPT yang digunakan dalam ETRAT 1240 adalah ethylene. Aplikasi ethylene telah banyak digunakan di bidang pertanian untuk pengelolaan pasca panen buah. Ethylene memiliki fungsi di berbagai proses fisiologis seperti menstimulasi pemasakan buah, absisi daun, menghambat pertumbuhan akar, meningkatkan permeabilitas batang, merangsang pembentukan bunga dan lain sebagainya. Selain fungsi-fungsi yang disebutkan sebelumnya, salah satu fungsi ethylene adalah merangsang eksudasi atau pengeluaran getah Wattimena 1988. Dari hasil pengamatan selama 15 kali panen getah dengan periode sadap 3 hari sekali, dapat diketahui produktivitas getah dengan menggunakan 4 perlakuan yaitu kontrol, penyemprotan ETRAT 1240 pada kayu, penyemprotan ETRAT 1240 pada luka sadapan dan penyemprotan ETRAT 1240 pada kulit. Produktivitas rata- rata penyadapan kopal dengan berbagai perlakuan tersaji dalam Tabel 3. Tabel 3 Produktivitas rata-rata penyadapan kopal dengan berbagai perlakuan gquarrehari Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa produktivitas kopal yang paling tinggi yaitu pada perlakuan C atau ETRAT 1240 yang disemprotkan pada luka sadapan dengan rata-rata produktivitas kopal sebesar 5,89 gquarrehari dan yang paling rendah adalah perlakuan kontrol dengan rata-rata produktivitas kopal sebesar 3,31 gquarrehari. Rata-rata produktivitas kopal perhari dari masing-masing perlakuan dibandingkan terhadap kontrol sehingga diperoleh persentase peningkatan produktivitas getah. persentase peningkatan produktivitas kopal dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Persentase peningkatan produktivitas kopal Perlakuan Rata-rata produktivitas kopal gquarrehari Persentase peningkatan produktivitas kopal 1 = perlakuan : kontrol x 100 Kontrol 3,31 - Kayu 5,49 165,86 Luka sadapan 5,89 177,95 Kulit 4,38 132,33 Berdasarkan pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase peningkatan kopal yang paling tinggi adalah penyemprotan ETRAT 1240 pada luka sadapan yaitu Panen ke- Kontrol Penyemprotan pada Penyemprotan pada Penyemprotan pada kayu luka sadapan kulit 1 2,95 3,68 4,70 3,60 2 2,63 2,88 3,33 2,70 3 2,70 4,15 4,38 3,08 4 3,40 5,60 6,40 5,27 5 3,12 5,75 6,13 3,12 6 2,67 6,23 6,07 4,12 7 3,30 6,33 7,28 5,10 8 3,68 7,27 6,80 5,62 9 4,00 7,53 8,00 6,68 10 3,75 6,57 6,97 5,82 11 2,67 5,10 5,77 4,23 12 3,67 5,30 5,22 3,95 13 3,60 5,55 6,53 4,27 14 3,23 3,97 4,07 2,92 15 4,27 6,37 6,68 5,30 Total 49,63 82,28 88,33 65,77 Rata-rata 3,31 5,49 5,89 4,38 sebesar 177,95 diikuti oleh penyemprotan ETRAT 1240 pada kayu sebesar 165,86 kemudian yang paling kecil yaitu penyemprotan ETRAT 1240 pada kulit sebesar 132,33. Untuk mengetahui grafik kecenderungan produktivitas rata-rata penyadapan kopal dalam setiap panennya, dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Produktivitas rata-rata penyadapan kopal berdasarkan perlakuan gquarrehari. Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa produksi kopal yang disemprotkan ETRAT 1240 pada luka sadapan mengalami peningkatan yang paling tinggi dibandingkan cara pemberian yang lain, kemudian diikuti dengan penyemprotan ETRAT 1240 pada kayu, penyemprotan ETRAT 1240 pada kulit dan yang paling kecil yaitu kontrol. Pada panen pertama produktivitas getah yang dihasilkan dari semua perlakuan tinggi, ini karena deposit getah yang ada di dalam pohon keluar akibat pelukaan. Keluarnya getah merupakan respon dari pohon ketika ada bagian tanaman yang tersakiti, terinfeksi atau mengalami suhu yang ekstrim. Setelah itu pada panen kedua mengalami penurunan karena pada rentang waktu ini pohon belum stabil untuk membentuk getah sehingga belum bisa mengisi deposit getah. Pada panen ke tiga dan panen ke empat, ethylene sudah dapat mempengaruhi pohon sehingga laju produktivitasnya sudah mulai stabil dan meningkat. Sampai akhirnya pada panen ke lima mengalami penurunan kembali. Hal ini disebabkan 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Produkt iv it as rat a-rat a peny adapan kopal berdasarkan perl akuan gram quarrehari Panen ke- kontrol Penyemprotan pada kayu Penyemprotan pada luka sadapan Penyemprotan pada kulit karena faktor eksternal yaitu hujan. Aliran batang pada saat hujan dapat meluruhkan ETRAT 1240 yang telah disemprotkan. Selanjutnya untuk panen ke enam sampai panen ke sembilan, kembali mengalami peningkatan. Namun pada panen selanjutnya sampai panen terakhir, grafik bergerak secara fluktuatif dikarenakan hujan yang tidak menentu.

5.3 Mekanisme ETRAT 1240 Menyerap ke dalam Batang Pohon