3. Cara baru
Cara ini menggunakan perlukaan-perlukaan tertentu, baik dalam pembuatan luka sadap, penutupan luka sadap, maupun pemberian bahan-
bahan kimia untuk memperlambat penutupan luka sadap. Bentuk luka sadap yang pernah digunakan adalah:
a. Luka sadap bentuk vertikal dan sempit. Pembuatan luka sadap bentuk
vertikal dan sempit, aliran getah baik dan luka cepat kering sehingga harus dilakukan pembaharuan luka. Karena luka yang dibuat sempit
mengakibatkan getah akan mengalir melalui kulit sehingga mudah menjadi kotor.
b. Luka sadap potongan miring. Pada penyadapan pola miring dapat
meningkatkan hasil kopal sebesar 15 dibandingkan dengan pola datar. c.
Luka sadap bentuk V dan V terbalik. Bentuk luka V meningkatkan hasil getah 85 daripada bentuk V terbalik Sumantri dan Endom 1985.
4. Cara perum perhutani
Pelukaan awal dibuat 10 cm di atas permukan tanah dengan lebar 10 cm dan dalam 1 cm, banyaknya koakan perpohon tergantung dari keliling pohon.
Bagian-bagian sadap pada suatu pohon tidak boleh terlalu rapat, jarang satu dengan yang lainnya sekurang-kurangnya 0,8-1 cm, sedalam 1 cm dan lebar
10 cm dilakukan bersama dengan pemungutan getah.
2.7 Peranan Stimulansia Organik dan Zat Pengatur Tumbuh
Hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang
sangat rendah mampu menimbulkan suatu respons fisiologis Frank Cleon 1995.
Etilen merupakan suatu senyawa karbon sederhana yang tidak jenuh dalam bentuk gas yang memiliki sifat-sifat fisiologis yang luas pada aspek pertumbuhan,
perkembangan dan senescen tanaman. Etilen dianggap sebagai hormon tumbuhan karena merupakan hasil metabolisme, bekerja pada jumlah yang kecil,
bekerjasama atau antagonistik dengan hormon-hormon tumbuhan lainnya. Etilen berupa gas yang dibentuk dari pembakaran yang tidak sempurna dari senyawa-
senyawa yang kaya akan ikatan karbon seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam. Tanaman memproduksi etilen melalui proses metabolisma selama
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Buah yang dalam proses pemasakan memproduksi etilen dalam jumlah yang sangat tinggi. Selain iu etilen
juga diproduksi pada jaringan-jaringan dan organ tanaman lainnya seperti bunga, daun, batang, akar, umbi dan biji. Jumlah etilen yang normal di dalam jaringan
tanaman adalah rendah, biasanya kurang dari 0,1 ppm. Tetapi secara lokal konsentrasi etilen dapat meningkat tinggi pada sesuatu waktu tertentu di dalam
masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman Wattimena 1988. Menurut Moore 1979, ethylene dapat menstimulasi pemasakan buah,
absisi daun, menghambat pertumbuhan akar, meningkatkan permeabilitas batang, merangsang pembentukan bunga, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut
Wattimena 1988 fungsi lain dari ethylene adalah merangsang eksudasi atau pengeluaran getah.
Fahutan IPB 1989 menyatakan bahwa getah atau resin terbentuk sebagai akibat proses metabolisme sekunder dalam pohon. Getah berfungsi untuk
melindungi sel-sel yang sedang tumbuh, memacu aktivitas pertumbuhan untuk penutupan luka mekanis jika terjadi serangan hama serta penyakit. Mengenai
proses pembentukan getah, ada beberapa pendapat yang mencoba mengungkapkan, antara lain bahwa resin dibentuk untuk menyeimbangkan
aktivitas hormon. Hormon pada pohon yang berpengaruh pada getah yaitu etilen. Hormon ini aktif bila ada kerusakan mekanis, stress dan terjadinya infeksi
contohnya perlukaan. Suatu tahap pembentukan resin yang polanya cukup konsisten adalah adanya dehidratasi jaringan diikuti pembentukan etilen. Peranan
etilen tersebut terutama mereorganisasi peranan enzim dalam sistem sel untuk sintesa grup polyphenol sehingga dapat mendorong terbentuknya resin dalam
pohon. Oleh karena itu senyawa yang dapat merangsang pembentukan etilen dalam pohon sering dipergunakan sebagai stimulansia bagi peningkatan produksi
resin. Sebagai contoh misalnya penggunaan 2-Chloro ethyl-phosponic acid CEPA-Ethrel.
Produksi getah dalam pohon dapat ditingkatkan dengan memberikan rangsangan terhadap proses metabolisme dalam sel dan struktur jaringan lainnya.
Bahan-bahan yang dapat berfungsi memberi rangsangan tadi bisa berupa bahan- bahan kimiawi atau bentuk perlakuan mekanis pada pohon. Peranan stimulansia
dalam hal ini adalah membantu produksi resin sehingga jumlahnya dalam pohon meningkat, namun adakalanya stimulansia tersebut menimbulkan dampak yang
kurang menguntungkan baik terhadap jumlah dan kualitas resin yang keluar maupun terhadap kondisi jaringan sel-sel penghasil resin itu sendiri Fahutan IPB
1989. Etilen merupakan senyawa yang larut di dalam lemak sedangkan membran
dari sel terdiri dari senyawa lemak. Oleh karena itu etilen dapat larut dan menembus ke dalam membran mitokondria. Apabila mitokondria pada fase
klimakterik diekrasi kemudian ditambah etilen, ternyata terjadi pengembangan volume yang akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga bahan-bahan dari luar
mitokondria akan dapat masuk. Dengan perubahan-perubahan permeabilitas sel akan memungkinkan interaksi yang lebih besar antara substrat buah dengan
enzim-enzim pematangan. Produksi etilen juga dipengaruhi oleh faktor suhu dan oksigen. Suhu rendah maupun suhu tinggi dapat menekan produksi etilen. Pada
kadar oksigen di bawah 2 tidak terbentuk etilen, karena oksigen sangat diperlukan. Oleh karena itu suhu rendah dan oksigen rendah dipergunakan dalam
praktek penyimpanan buah-buahan, karena akan dapat memperpanjang daya simpan dari buah-buahan tersebut Ratna 2008.
Asam sitrat atau asam β-3-hidroksi trikarbosiklis, 2-hidroksi-1,2,3-propana
trikarbosiklis, mempunyai rumus kimia C
6
H
8
O
7.
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus
jeruk-jerukan. Winarno 2002 mengatakan bahwa asam sitrat bersifat sebagai chelating agent
komponen penghambat yaitu senyawa yang dapat mengikat logam-logam divalen seperti Mn, Mg dan Fe yang sangat diperlukan sebagai
katalisator senyawa yang membantu mempercepat suatu reaksi dalam reaksi- reaksi biologis. Karena itu reaksi biologis dapat dihambat dengan penambahan
asam sitrat, dimana asam sitrat dapat berperan seperti asam sulfat yaitu mampu menghambat getah untuk membentuk rantai siklik dan tetap dalam bentuk
aldehida sehingga getah tetap encer.
2.8 Penggunaan Etilen di berbagai bidang