32
rasio metanol menunjukkan bahwa perlakuan rasio metanol 2:1 A1, perlakuan rasio metanol 4:1 A2 dan perlakuan rasio metanol 6:1 A3 saling memberikan perbedaan yang nyata terhadap
kadar lemak dalam ampas. Sedangkan hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kecepatan pengadukan 625 rpm B2 tidak berbeda nyata terhadap kecepatan pengadukan 730 rpm B3
tetapi berbeda nyata terhadap kecepatan pengadukan 490 rpm B1.
Berdasarkan hasil pengujian Duncan terhadap interaksi antara faktor kecepatan pengadukan dan rasio metanol menunjukkan bahwa perlakuan A2B3 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan A2B2 begitu pula perlakuan A3B3 tidak membetikan perbedaan nyata dengan perlakuan A3B1 serta perlakuan A3B2. Sedangkan kadar lemak ampas pada perlakuan A1B1,
A1B2, A1B3 dan A2B1 memberikan pengaruh yang nyata. Ampas hasil proses esterifikasi transesterifiaksi in situ tanah pemucat bekas dapat dimenfaatkan kembali sebagi bleaching agent
pada proses pemurnian minyak. Ampas ini dapat dimanfaatkan kembali sebagai bleaching agent dengan melakukan reaktivasi. Kadar lemak ampas berkisar antara 1,65-19,70. Kadar lemak
ampas terendah dan tertinggi berturut-turut diperoleh pada perlakuan A3B2 1,65 dan A1B1 19,70 Gambar 15.
5 10
15 20
25
490 625
730 Kecepatan Pengadukan rpm
Ka d
a r
Le m
a k
A m
p a
s Rasio metanol
2:1
Rasio metanol 4:1
Rasio metanol 6:1
Gambar 15. Kadar lemak ampas biodiesel pada berbagai kondisi operasi
9. Kadar Air dan Sedimen
Air merupakan salah satu pengotor dalam biodiesel. Air yang masih terdapat dalam biodiesel akan menyebabkan terjadinya korosi jika diaplikasikan pada mesin. Kadar air yang
tinggi dalam biodiesel juga akan memicu tumbuhnya mikroorganisme yang akan membentuk endapan dalam biodiesel. Kadar air juga berkaitan erat dengan penyimpanan biodiesel. Kandungan
air yang tinggi dalam biodiesel pada proses penyimpanan dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan bilangan asam biodiesel dan mengakibatkan penurunan mutu biodiesel. Pada negara
yang mempunyai musim dingin kandungan air yang terkandung dalam bahan bakar dapat membentuk kristal yang dapat menyumbat aliran bahan bakar.
Sedimen yang terdapat setelah proses pencucian merupakan sisa-sisa gliserol yang bereaksi dengan air. Keberadaan sedimen dalam biodiesel yang diaplikasikan pada mesin akan
mengakibatkan timbulnya deposit karbon sehingga proses pembakaran berjalan tidak sempurna. Deposit karbon akan menghambat saluran bakar, menghambat pengoperasian mesin dan
menyebabkan pipa injeksi cepat rusak. Endapan ini dapat menyebabkan keausan mesin.
Analisa terhadap air dan sedimen biodiesel menunjukkan hasil yang negatif. Air dan sedimen terdapat dalam jumlah yang sangat kecil atau dapat dianggap tidak ada. Air dan sedimen
ini berasal dari proses pencucian metil ester yang telah terpisah dari gliserol. Air yang digunakan dalam proses pencucian masih terperangkap dalam butir-butir air pada metil ester. Sedangkan
sedimen yang berupa endapan semi padat merupakan sisa-sisa gliserol yang bereaksi dengan air.
33
Tabel 5. Perbandingan karakteristik biodiesel pada kondisi proses A3B2 dengan Standar Biodiesel Indonesia
Parameter Unit
Karakteristik biodiesel hasil proses A3B2
Standar Biodiesel Indonesia
Viskositas kinematik40
o
C cSt
4,69 2,3 – 6,0
Densitas 40
o
C grm
3
0,87 850 - 890
Bilangan asam mg KOHgram
0,54 max. 0,8
Bilangan penyabunan mg KOHgram
416,67 -
Kadar ester alkil 99,87
min. 96,5 Kadar gliserol total
0,0017 max.0,24
Kadar Air dan sedimen Trace
max. 0,05 Berdasarkan hasil pengujian terhadap karakteristik biodiesel yang dihasilkan diketahui
bahwa kondisi proses terbaik yaitu pada kecepatan pengadukan 625 rpm dan rasio metanol terhadap bahan vb sebesar 6:1. Pada rasio metanol dan kecepatan pengadukan tersebut diketahui
pelarut dapat mengekstrak minyak dalam tanah pemucat bekas secara maksimal dan kecepatan pengadukan 625 rpm dapat meningkatkan kontak antara bahan dan pelarut. Biodiesel hasil terbaik
pada penelitian ini akan dilakukan uji gas chromatography untuk mengetahui asam lemak penyusunnya.
Hasil pengujian gas chromatography menunjukkan bahwa asam lemak utama penyusun biodiesel yang dihasilkan pada penelitian ini adalah asam palmitat 29,445, asam oleat
20,68, asam linoleat 5,185, asam stearat 3,185, asam miristat 0,59 dan lain-lain Lampiran 15. Asam lemak penyusun utama biodiesel yang dihasilkan pada penelitian ini tidak
berbeda dengan asam lemak penyusun biodiesel yang dihasilkan oleh Kheang 2006. Akan tetapi konsentrasi asam lemak yang dihasilkan pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan
konsentarsi asam lemak dalam biodiesel yang dihasilkan oleh Kheang 2006. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh kemurnian biodiesel yang dihasilkan masih rendah dibandingkan dengan
biodiesel yang dihasilkan oleh Kheang 2006. Reaksi yang berjalan kurang sempurna dapat mengakibatkan proses konversi metil ester yang kurang sempurna. Asam lemak penyusun
biodiesel ini sangat berpengaruh terhadap karakteristik mutu biodiesel yang dihasilkan. Asam lemak penyusun biodiesel sangat berpengaruh terhadap karakteristik mutu yaitu viskositas,
densitas dan bilangan penyabunan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN