31
Gambar 14. Kadar ester alkil biodiesel pada berbagai kondisi operasi Kadar ester alkil biodiesel menunjukkan tingkat kemurniannya. Biodiesel yang dihasilkan
biasanya tersusun dari 3 mol senyawa ester dan 1 mol gliserol yang dihasilkan dari pemecahan 1 mol trigliserida melalui reaksi transesterifikasi yang berjalan sempurna. Apabila reaksi
transesterifikasi tidak berjalan sempurna akan menghasilkan senyawa senyawa seperti tri-, di-, monogliserida serta sisa asam lemak bebas. Keberadaan senyawa-senyawa tersebut akan
menurunkan kemurnian biodiesel yang dihasilkan dan juga akan meningkatkan viskositas biodiesel.
Kadar ester alkil terendah diperoleh pada perlakuan kecepatan pengadukan 625 rpm dan rasio metanol sebesar 2:1 vb. Rendahnya kadar ester alkil pada biodiesel tersebut dapat
disebabkan karena adanya senyawa-senyawa pengotor seperti tri-, di- dan monogliserida. Keberadaan senyawa-senyawa tersebut disebabkan oleh reaksi yang tidak berjalan sempurna
sehingga dapat menurunkan kemurnian biodiesel yang dihasilkan. Reaksi yang tidak sempurna dapat dikarenakan oleh kurangnya kontak antara trigliserida dengan metanol dalam hubungannya
dengan kecepatan pengadukan.
Bilangan penyabunan, bilangan asam dan kadar gliserol total berhubungan erat dengan kadar ester alkil dalam biodiesel. Bilangan penyabunan tertinggi diperoleh pada biodiesel hasil
perlakuan kecepatan pengadukan 625 rpm dan rasio metanol terhadap bahan sebesar 6:1 A3B2. Hal ini diduga karena interaksi antara kecepatan pengadukan dengan rasio metanol membuat
reaksi berjalan sempurna sehingga konversi menjadi metil ester dapat berjalan sempurna pula. Senyawa metil ester yang dihasilkan menyebabkan bobot molekul menjadi rendah sehingga
berimplikasi terhadap naiknya bilangan penyabunan. Pada kondisi tertentu, bilangan asam menunjukkan nilai yang rendah sehingga dapat dipastikan kadar ester alkil yang dihasilkan akan
tinggi.
8. Kadar Lemak Ampas
Analisa juga dilakukan terhadap ampas sisa proses esterifikasi transesterifikasi in situ tanah pemucat bekas. Ampas yang dianalisa berupa padatan yang terpisah pada proses
penyaringan setelah proses esterifikasi transesterifikasi in situ . Analisa yang dilakukan adalah kadar lemak pada ampas yang menunjukkan kadar bahan yang tidak terekstrak selama proses
esterifikasi transesterifikasi in situ . Apabila dalam suatu kondisi proses diperoleh rendemen yang tinggi maka persen kadar lemak dalam ampas akan rendah begitu pula sebaliknya.
Hasil sidik ragam terhadap kadar lemak ampas lampiran 13 menunjukkan bahwa rasio metanol memberikan pengaruh nyata terhadap kadar lemak ampas sedangkan kecepatan
pengadukan tidak berpengaruh nyata. Sedangkan interaksi antara faktor rasio metanol dan kecepatan pengadukan berpengaruh nyata terhadap kadar lemak ampas. Hasil uji Duncan terhadap
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110
490 625
730
Kecepatan Pengadukan rpm
K a
d a
r E
st e
r A
lk il
Rasio metanol 2:1 Rasio metanol 4:1
Rasio metanol 6:1
32
rasio metanol menunjukkan bahwa perlakuan rasio metanol 2:1 A1, perlakuan rasio metanol 4:1 A2 dan perlakuan rasio metanol 6:1 A3 saling memberikan perbedaan yang nyata terhadap
kadar lemak dalam ampas. Sedangkan hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kecepatan pengadukan 625 rpm B2 tidak berbeda nyata terhadap kecepatan pengadukan 730 rpm B3
tetapi berbeda nyata terhadap kecepatan pengadukan 490 rpm B1.
Berdasarkan hasil pengujian Duncan terhadap interaksi antara faktor kecepatan pengadukan dan rasio metanol menunjukkan bahwa perlakuan A2B3 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan A2B2 begitu pula perlakuan A3B3 tidak membetikan perbedaan nyata dengan perlakuan A3B1 serta perlakuan A3B2. Sedangkan kadar lemak ampas pada perlakuan A1B1,
A1B2, A1B3 dan A2B1 memberikan pengaruh yang nyata. Ampas hasil proses esterifikasi transesterifiaksi in situ tanah pemucat bekas dapat dimenfaatkan kembali sebagi bleaching agent
pada proses pemurnian minyak. Ampas ini dapat dimanfaatkan kembali sebagai bleaching agent dengan melakukan reaktivasi. Kadar lemak ampas berkisar antara 1,65-19,70. Kadar lemak
ampas terendah dan tertinggi berturut-turut diperoleh pada perlakuan A3B2 1,65 dan A1B1 19,70 Gambar 15.
5 10
15 20
25
490 625
730 Kecepatan Pengadukan rpm
Ka d
a r
Le m
a k
A m
p a
s Rasio metanol
2:1
Rasio metanol 4:1
Rasio metanol 6:1
Gambar 15. Kadar lemak ampas biodiesel pada berbagai kondisi operasi
9. Kadar Air dan Sedimen