4
Terdapat dua jenis bentonit yang banyak dijumpai, yaitu Na-bentonit dan Ca-bentonit. Na-bentonit termasuk dalam jenis Swelling Bentonite bentonit yang dapat mengembang yaitu
jenis mineral montmorillonit yang mempunyai partikel lapisan air tunggal yang mengandung kation Na
+
yang dapat dipertukarkan. Bentonit jenis ini mempunyai kemampuan mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air dan tetap terdispersi beberapa waktu dalam
air. Sedangkan Ca-bentonit termasuk dalam Non Swelling Bentonite bentonit yang kurang dapat mengembang, yaitu jenis mineral montmorilonit yang kurang dapat mengembang apabila
dicelupkan di dalam air, namun setelah diaktifkan dengan asam akan memiliki sifat menyerap sedikit air dan akan cepat mengendap tanpa membentuk suspensi Supeno, 2007.
Tanah pemucat bleaching earth terdiri dari tanah pemucat alami dan yang telah diaktivasi. Tanah pemucat hasil aktivasi adalah hasil perlakuan tanah pemucat alami dengan asam
mineral, umumnya asam sulfat. Perlakuan dengan asam meningkatkan daya adsorbsi tanah tersebut sedemikian sehingga untuk menghilangkan zat warna dengan jumlah yang sama, tanah
pemucat aktif dibutuhkan hanya setengah dari tanah pemucat netral. Untuk beberapa jenis minyak tertentu seperti minyak kelapa sawit, warna hanya dapat dihilangkan secara efektif dengan tanah
pemucat aktif Devine dan Williams, 1961.
Tanah pemucat yang telah digunakan pada proses bleaching pada minyak kelapa sawit disebut tanah pemucat bekas. Dalam tanah pemucat bekas ini terkandung zat warna betakaroten
dan sejumlah minyak yang terserap. Menurut Kheang 2006 kandungan minyak dalam tanah pemucat bekas sebesar 20-30. Pada umumnya, industri minyak goreng tidak memanfaatkan
kembali limbah tersebut.
B. BIODIESEL
Biodiesel adalah bahan bakar diesel alternatif yang terbuat dari sumber daya hayati terbarukan seperti minyak nabati atau lemak hewani Ma dan Hanna, 1999. Menurut Vicente et
al. 2006 dalam Murniasih 2009 biodiesel didefinisikan sebagai metil ester yang diproduksi dari
minyak tumbuhan atau lemak hewan dan memenuhi kualitas untuk digunakan sebagai bahan bakar di dalam mesin diesel. Secara kimiawi, biodiesel merupakan turunan lipid dari golongan monoalkil
ester asam lemak dengan panjang rantai karbon 12-20 Darnoko et al., 2000. Biodiesel dapat berupa minyak kasar atau monoalkil ester asam lemaknya, umumnya merupakan metil ester. Metil
ester atau etil ester adalah senyawa yang relatif stabil, cair pada suhu ruang titik leleh antara 4- 18
o
C, non korosif dan titik didihnya rendah Allen et al., 1999. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel adalah trigliserida-trigliserida komponen utama minyak
dan lemak dan asam-asam lemak produk samping dari industri pemurnian minyak dan lemak Knothe,2004. Metil ester lebih stabil secara pirolitik dalam proses distilasi fraksional dan lebih
ekonomis sehingga lebih disukai daripada etil ester Sonntag, 1982 dalam Murniasih 2009.
Biodiesel dapat dibuat menggunakan minyak hewani maupun minyak nabati. Namun, minyak nabati lebih banyak digunakan karena lebih ekonomis dibandingkan dengan minyak
hewani. Di sisi lain penggunaan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki kerugian yaitu viskositasnya yang tinggi sehingga dapat meyebabkan penyumbatan pada pompa penginjeksi
bahan bakar mesin diesel sehingga mesin diesel tidak mampu menghasilkan pengkabutan yang baik pada ruang pembakaran. Selain itu, biodiesel berbahan baku minyak nabati memiliki bilangan
setana yang lebih rendah dibandingkan dengan petrodiesel sehingga tenaga yang dapat dihasilkan lebih rendah juga. Meskipun memiliki beberapa kekurangan akan tetapi minyak nabati masih
sangat potensial untuk dikembangkan menjadi bahan baku biodiesel karena perbedaan karakteristik tersebut dapat diatasi dengan proses esterifikasi maupun transesterifikasi.
Keuntungan penggunaan biodiesel, antara lain sifat bahan bakunya yang dapat diperbaharui renewable, pengguanaan energi lebih efisien, dapat menggantikan bahan bakar
diesel dan turunannya dari petroleum, dapat digunakan kebanyakan peralatan diesel dengan tidak ada modifikasi atau hanya modifikasi kecil, dapat mengurangi emisipancaran gas yang
5
menyebabkan pemanasan global, dapat mengurangi emisi udara beracun, bersifat biodegradable, cocok untuk lingkungan sensitif dan mudah digunakan Tyson, 2004. Sifat fisiko kimia biodiesel
memiliki kemiripan dengan bahan bakar solar petrodiesel, tetapi pada beberapa hal biodiesel lebih unggul. Biodiesel memiliki sifat ramah lingkungan dibandingkan dengan petrodiesel karena
biodiesel tidak mengandung sulfur dan senyawa benzena. Kandungan energi, viskositas dan perubahan fase pada biodiesel relatif sama dengan petrodiesel. Penggunaan biodiesel pada mesin
dapat digunakan secara murni atau dicampur dengan petrodiesel dalam rasio tertentu, seperti B10, B20 atau B30 yang artinya kadar pencampuran antara metil ester dengan petrodiesel yakni dengan
kadar 10, 20 dan 30. Tabel 2
. berikut menunjukkan perbandingan karakteristik biodiesel dan
petrodiesel. Tabel 2. Perbandingan Karakteristik Biodiesel dan Solar Petrodiesel
Fisika Kimia Biodiesel
Solar Petrodiesel
Kelembaban 0,1
0,3 Engine power
Energi yang dihasilkan 128.000 BTU Energi yang dihasilkan 130.000 BTU
Viskositas 4,8 cSt
4,6 cSt Densitas
0,8624 gmL 0,8750 gmL
Bilangan setana 62,4
53 Engine torque
Sama Sama
Modifikasi engine Tidak diperlukan
- Konsumsi bahan bakar
Sama Sama
Lubrikasi Lebih tinggi
Lebih rendah Emisi
CO rendah, total hidrokarbon, sulfur dioksida dan nitroksida
CO rendah, total hidrokarbon, sulfur dioksida dan nitroksida
Penanganan Flamable lebih rendah
Flamable lebih tinggi Lingkungan
Toksisitas rendah Toksisitas 10 kali lebih tinggi
Keberadaan Terbarukan renewable
Tak terbarukan Sumber : Pakpahan, 2001 dalam Sahirman 2009
C. PROSES PRODUKSI BIODIESEL