Bilangan Penyabunan PENELITIAN UTAMA

28 Bilangan asam dalam biodiesel diharapkan memiliki nilai sekecil mungkin. Biodiesel dengan bilangan asam yang tinggi akan menyebabkan terbentuknya suasana asam yang menimbulkan korosi pada peralatan injeksi bahan bakar, penyumbatan filter dan pembentukan sedimen. Sedimen ini merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari karbon penyusun asam lemak bebas. Hasil pengujian Duncan menunjukkan bahwa interaksi antara kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bilangan asam biodiesel. Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A2B2, A2B1, A1B1, A2B3, A3B1, A1B3, A1B2 dan A3B3 tidak berbeda nyata. Sedangkan pada perlakuan A3B2 memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan A1B2. 0,2 0,4 0,6 0,8 1 490 625 730 Kecepatan pengadukan rpm B il a n g a n a sa m m g K O H g ra m Rasio metanol 2:1 Rasio metanol 4:1 Rasio metanol 6:1 Gambar 11. Bilangan asam biodiesel pada berbagai kondisi operasi

5. Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan dinyatakan dalam jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak Ketaren, 1986. Bilangan penyabunan menunjukkan berat molekul trigliserida yang diuji sehingga dapat diperkirakan komponen terbesar dalam bahan. Minyak atau lemak yang memiliki bobot molekul rendah akan memiliki bilangan penyabunan yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak atau lemak yang memiliki bobot molekul tinggi. Pada penelitian ini bilangan penyabunan biodiesel yang dihasilkan berkisar antara 293,40-416,67 mg KOHgram. Bilangan penyabunan biodiesel 89 dipengaruhi oleh rasio metanol dan kecepatan pengadukan sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Hasil sidik ragam bilangan penyabunan Lampiran 10 menunjukkan bahwa rasio metanol dan kecepatan pengadukan serta interaksi antara kedua faktor tersebut memberikan pengaruh nyata pada bilangan penyabunan biodiesel. Uji lanjut Duncan terhadap rasio metanol menunjukkan bilangan penyabunan biodiesel pada perlakuan rasio metanol 2:1 A1 tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan bilangan penyabunan biodiesel pada perlakuan rasio metanol 6:1 A3. Akan tetapi, bilangan penyabunan biodiesel pada perlakuan rasio metanol 6:1 A3 berbeda nyata dengan perlakuan rasio metanol 4:1 A2. Hasil uji Duncan terhadap kecepatan pengadukan menunjukkan bilangan penyabunan biodiesel pada perlakuan kecepatan pengadukan 490 rpm B1 memiliki perbedaan yang nyata dengan bilangan penyabunan biodiesel pada perlakuan kecepatan pengadukan 730 rpm B3. Akan tetapi, bilangan penyabunan biodiesel pada perlakuan kecepatan pengadukan 625 rpm B2 memiliki perbedaan nyata dengan perlakuan kecepatan pengadukan 730 rpm B3. Sedangkan pada interaksi faktor rasio metanol dan kecepatan pengadukan, hasil uji Duncan menunjukkan bilangan penyabunan biodiesel pada perlakuan A3B2, A2B2, A2B1, A1B2, A2B3, A3B1, A1B3, A3B3 tidak memiliki perbedaan yang nyata tetapi berbeda nyata dengan perlakuan A1B2. Bilangan penyabunan tertinggi diperoleh dari perlakuan A3B2 416,67 mg KOHgram, sedangkan 29 bilangan penyabunan terendah diperoleh dari perlakuan A2B2 293,40 mg KOHgram Gambar 12. 100 200 300 400 500 490 625 730 Kecepatan pengadukan rpm B il a n g a n p e n y a b u n a n m g KO H g ra m Rasio metanol 2:1 Rasio metanol 4:1 Rasio metanol 6:1 Gambar 12. Bilangan penyabunan biodiesel pada berbagai kondisi operasi Bilangan penyabunan biodiesel dipengaruhi oleh senyawa-senyawa seperti tri-, di-, dan monogliserida yang masih terdapat setelah proses transesterifikasi. Keberadaan senyawa-senyawa tri-, di-, dan monogliserida akibat reaksi yang tidak berlangsung sempurna dibuktikan oleh Attika 2010 yang mengukur jumlah tri-, di-, dan monogliserida yang masih terdapat dalam biodiesel dari minyak kelapa sawit setelah proses transesterifikasi dan memperoleh nilai sebesar 0,19. Keberadaan senyawa tri-, di-, dan monogliserida akan menyebabkan bilangan penyabunan biodiesel menjadi lebih rendah karena bobot molekulnya yang tinggi. Sebaliknya, bilangan penyabunan yang tinggi menunjukkan bahwa jumlah senyawa-senyawa tri-, di-, dan monogliserida telah berkurang karena terkonversi menjadi metil ester. Hal ini disebabkan bobot molekul metil ester memiliki bobot molekul yang lebih rendah sehingga bilangan penyabunannya semakin tinggi. Biodiesel yang dibuat dari bahan baku yang berbeda akan memiliki bilangan penyabunan yang berbeda. Sebagai contoh bilangan penyabunan biodiesel dari minyak biji matahari adalah 179-186 mgKOHg Marinkovic dan Tomasevic 1998. Bilangan penyabunan biodiesel dari minyak biji matahari lebih kecil dari bilangan penyabunan dari penelitian ini. Hal ini disebabkan karena minyak biji matahari didominasi oleh asam lemak tidak jenuh C 18:1 dan C 18:2 , sedangkan komposisi asam lemak minyak sawit hampir berimbang antara asam lemak jenuh C 16:0 dan tidak jenuh C 18:1 .

6. Kadar Gliserol Total