11
13. Angka asam
mg-KOHgr max. 0,8
ASTM D 974 14.
Gliserol bebas - mass
max. 0,02 AOCS Ca 14-56
15. Gliserol total
- mass max. 0,24
AOCS Ca 14-56 16.
Kadar ester alkil - mass
min. 96,5 -
17. Angka iodine
- mass g-I
2
100 gr max. 115
PrEN 14111 18.
Uji Halphen negatif
AOCS Cb 1-25 Sumber : BSN,2006
1. Densitas
Densitas menunjukkan perbandingan berat per satuan volume, karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel per satuan volume bahan bakar.
Densitas salah satu karakteristik penting dalam biodiesel karena injektor mesin diesel bekerja berdasarkan ukuran volume. Dengan demikian, saat massa jenis makin besar maka massa bahan
bakar yang diinjeksikan ke ruang pembakaran juga semakin besar sehingga energi yang dihasilkan pembakaran semakin besar energi biasanya dihitung berdasarkan basis massa. Massa jenis
merupakan massa per unit volume fluida. Solar memiliki massa jenis sekitar 850 kgm
3
, sedangkan biodiesel memiliki massa jenis berkisar antara 870 kgm
3
sampai 890 kgm
3
. Nurinawati,2007
2. Viskositas Kinematik
Viskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa kapiler. Terhadap gaya gravitasi, biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk mengalir pada
jarak tertentu. Jika viskositas semakin tinggi, maka tahanan untuk mengalir akan semakin tinggi. Karakteristik ini sangat penting karena mempengaruhi kinerja injektor pada mesin diesel.
Atomisasi bahan bakar sangat bergantung pada viskositas,tekanan injeksi serta ukuran lubang injektor Shreve, 1956.
Viskositas dan tegangan permukaan merupakan faktor yang penting dalam mekanisme atomisasi bahan bakar sesaat setelah keluar dari noozzle menuju ruang pembakaran Soerawidjaja
et al., 2005. Pada beberapa mesin dibutuhkan viskositas yang rendah karena berkaitan dengan
kehilangan power pada pompa injeksi dan kebocoran injektor. Viskositas yang rendah sangat menguntungkan karena akan meningkatkan daya lumas bahan bakar terhadap mesin kendaraan
diesel meskipun bahan bakar dengan viskositas tinggi tidak diharapkan karena akan menghambat proses pembakaran Tyson, 2004. Pada umumnya, bahan bakar harus mempunyai viskositas yang
relatif rendah agar dapat mudah mengalir dan teratomisasi Hal ini dikarenakan putaran mesin yang cepat membutuhkan injeksi bahan bakar yang cepat pula. Namun tetap ada batas minimal karena
diperlukan sifat pelumasan yang cukup baik untuk mencegah terjadinya keausan akibat gerakan piston yang cepat Shreve, 1956.
Perbedaan viskositas antara minyak nabati dengan biodiesel digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan dalam proses produksi biodiesel Knothe Steidley 2005. Nilai viskositas
dipengaruhi oleh komposisi dan derajat kejenuhan asam lemak serta tingkat kemurnian biodiesel. Viskositas meningkat dengan meningkatnya panajang rantai karbon dan derajat kejenuhan asam
lemak penyusun biodiesel Knothe Steidley 2005.
3. Bilangan Setana
Bilangan setana menunjukkan seberapa cepat bahan bakar mesin diesel yang diinjeksikan ke ruang bakar bisa terbakar secara spontan setelah bercampur dengan udara. Semakin tinggi
bilangan setana bahan bakar maka semakin cepat suatu bahan bakar mesin diesel terbakar setelah diinjeksikan ke dalam ruang bakar Knothe 2010.
Biodiesel yang mengandung asam lemak jenuh asam laurat,miristat, palmitat, stearat, arakhidat dan lain-lain yang tinggi mempunyai bilangan setana yang tinggi sedangkan yang
mengandung asam lemak ikatan rangkap 1 palmitoleat, oleat dan erukat yang tinggi mempunyai
12
bilangan setana sedang serta yang mengandung asam lemak dengan ikatan rangkap 2 atau lebih linoleat, linolenat dan arakhidonat yang tinggi mempunyai bilangan setana yang rendah Tyson,
2004. Angka setana yang tinggi menunjukkan bahwa bahan bakar dapat menyala pada suhu
yang relatif rendah, dan sebaliknya angka setana rendah menunjukkan bahan bakar baru dapat menyala pada suhu yang relatif tinggi. Penggunaan bahan bakar mesin diesel yang mempunyai
angka setana yang tinggi dapat mencegah terjadinya knocking karena begitu bahan bakar diinjeksikan ke dalam silinder pembakaran maka bahan bakar akan langsung terbakar dan tidak
terakumulasi Shreve, 1956.
4. Titik Nyala
Titik nyala adalah titik suhu terendah terbentuknya nyala api pada saat tes pengapian flame test Kinast dan Tyson, 2003. Karakteristik ini berkaitan dengan keamanan dalam
penyimpanan dan penanganan bahan bakar. Residu metanol dalam biodiesel yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap titik nyala. Residu metanol dalam jumlah kecil akan mengurangi flash point
sehingga berpengaruh terhadap pompa bahan bakar, seals dan elastomers dan dapat menimbulkan kekurangan dalam proses pembakaran Tyson, 2004.
5. Titik Kabut
Titik awan adalah suhu pada saat bahan bakar mulai tampak berawan cloudy. Hal ini timbul karena munculnya kristal-kristal dalam bahan bakar. Bahan bakar masih bisa mengalir pada
titik ini, namun keberadaan kristal di dalam bahan bakar bisa mempengaruhi kelancaran aliran bahan bakar dalam filter, pompa, dan injektor. Titik awan sangat penting untuk memastikan
kinerja bahan bakar pada suhu rendah. Titik kabut biodiesel tergantung pada asam lemak penyusunnya. Biodiesel yang mengandung asam lemak jenuh asam laurat,miristat, palmitat,
stearat, arakhidat dan lain-lain yang tinggi mempunyai titik kabut yang tinggi sedangkan yang mengandung asam lemak ikatan rangkap 1 palmitoleat, oleat dan erukat yang tinggi titik
kabutnya sedang serta yang mengandung asam lemak dengan ikatan rangkap 2 atau lebih linoleat, linolenat dan arakhidonat yang tinggi titik kabutnya rendah Tyson, 2004.
Umumnya titik awan biodiesel lebih tinggi dibandingkan dengan solar. Hal ini menimbulkan permasalahan pada negara-negara subtropis pada saat musim dingin. Untuk
mengatasi hal tersebut, biasanya ditambahkan aditif tertentu pada biodiesel untuk mencegah aglomerasi kristal-kristal yang terbentuk dalam biodiesel pada suhu rendah. Teknik lain yang bisa
digunakan untuk menurunkan titik awan dan titik tuang bahan bakar adalah dengan melakukan winterisasi Knothe 2005. Pada metode ini dilakukan pendinginan pada bahan bakar hingga
terbentuk kristal-kristal yang selanjutnya disaring dan dipisahkan dari bahan bakar. Proses kristalisasi parsial ini terjadi karena asam lemak tidak jenuh memiliki titik beku yang lebih rendah
dibandingkan dengan asam lemak jenuh.
6. Kadar Air dan Sedimen