112
VI. APLIKASI MODEL VECTOR ERROR CORRECTION UNTUK MENGANALISIS PEMBIAYAAN BANK
SYARIAH
Model Vector Error Correction VEC merupakan model Vector Autoregression VAR yang terestriksi. Restriksi karena data yang tidak stasioner
namun terkointegrasi.
Spesifikasi Model VEC merestriksi hubungan jangka panjang variabel-variabel endogen agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasinya, namun
tetap membiarkan keberadaan dinamisasi jangka pendek. Istilah kointeg
rasi dikenal juga sebagai istilah error correction, karena deviasi terhadap ekuilibium jangka
panjang dikoreksi secara bertahap melalui penyesuaian jangka pendek. Jika data tidak stasioner namun berkointegrasi, maka model VAR yang
digunakan adalah Model VEC. Tahapan pembentukan model VAR atau model VEC diawali uji stasioneritas data, dilanjutkan dengan pencarian lag optimal dan
uji kointegrasi.
6.1. Pengujian - Pengujian Statistik 6.1.1. Uji Stasioneritas Data
Analisis model ekonometrika runtun waktu mempunyai syarat stasioner agar data terhindar dari regresi lancung spurious regression. Regresi lancung
terjadi ketika hasil regresi menunjukkan hubungan yang signifikan antar peubah dengan koefisien determinasi yang tinggi, padahal terjadi karena hubungan
contemporaneous dan tidak memiliki makna kausal. Salah satu metode untuk menguji stasioner data adalah uji akar unit unit
root test. Dickey dan Fuller mengembangkan uji Augmented Dickey-Fuller ADF untuk mendeteksi stasioneritas data, sehingga dapat diketahui data
113
stasioner pada tingkat level yang biasa ditulis I0, atau tingkat difference yang biasa ditulis I1. Prosedurnya adalah membandingkan nilai absolut statistik ADF
dengan nilai kritis, jika nilai ADF lebih besar dari nilai kritis maka data menunjukkan stasioner. Hasil rangkuman uji stasioneritas pada tingkat level pada
Tabel 8, sedangkan perhitungan lengkap uji stasioner dari software eviews, pada Lampiran 4.
Tabel 8. Uji Stasioneritas Data Level
Peubah Nilai ADF
Nilai Kritis Mac Kinnon 5 persen
Keterangan
LNPBS -0.964060
-3.478305 Tidak Stasioner
LNDPK -1.475614
-3.478305 Tidak Stasioner
LNKBU -1.317010
4.100935 Tidak Stasioner
LPA -4.340584
-3.478305 Stasioner
NPF -1.986726
-3.478305 Tidak Stasioner
LNIPI -6.522181
-3.478305 Tidak Stasioner
LNJII -2.648214
-3.478305 Tidak Stasioner
LNSWBI -2.631570
-3.478305 Tidak Stasioner
Karena pada tingkat level hanya satu peubah yang stasioner, maka dilanjutkan dengan menguji peubah di first difference. Hasil ringkasan uji
stasioner pada derajat pertama, pada Tabel 9. Tabel 9. Uji Stasioneritas Data Derajat Pertama
Peubah Nilai ADF
Nilai Kritis Mac Kinnon 5 persen
Keterangan
LNPBS -4.044185
-2.906923 Stasioner
LNDPK -9.862839
-2.906210 Stasioner
LNKBU -7.793568
-2.906210 Stasioner
LPA -10.09750
-2.914517 Stasioner
NPF -8.149104
-2.906210 Stasioner
LNIPI -8.513479
-2.906923 Stasioner
LNJII -7.962883
-2.906210 Stasioner
LNSWBI -7.175081
-2.906210 Stasioner
Hasil uji akar-akar unit pada Tabel 9, diketahui bahwa seluruh data telah stasioner pada tingkat I1. Masing-masing nilai absolut ADF lebih tinggi dari
114
nilai kritisnya. Selanjutnya adalah menguji hubungan kointegrasi antar peubah, sebelum melakukan uji kointegrasi menentukan menentukan panjang lag
maksimal dan optimal dari persamaan.
6.1.2. Kelambanan Optimal
Pemilihan kelambanan atau lag yang tepat menghasilkan residual bersifat gaussian, terbebas dari permasalahan autokorelasi dan heteroskedastisitas
Enders, 1989. Langkah menentukan lag optimal didahului oleh penentuan lag maksimum dengan mempertimbangkan kriteria stabilitas sistem, selanjutnya
menentukan kandidat kriteria lag optimal, terakhir menentukan lag optimal. Lag maksimum yang terbentuk adalah lag empat, karena pada lag tersebut
sistem masih stabil yang ditandai dengan besaran modulus kurang dari satu, yaitu sebesar 0.99, lengkapnya pada Lampiran 5. Dari lag empat sebagai lag
maksimum ,
tersebut, terdapat pilihan kandidat lag optimal dari berbagai kriteria informasi yang disediakan oleh software eviews pada Tabel 10, atau pada
Lampiran 6. Tabel 10. Kandidat Kriteria Kelambanan Optimal
Lag LR
FPE AIC
SC HQ
1 890.3046
5.68e-19 -19.32350
-16.89476 -18.36670
2 96.85249
5.85e-19 -19.38419
-14.79657 -17.57689
3 89.93390
5.51e-19 -19.69019
-12.94368 -17.03240
4 82.19121
4.86e-19 -20.34152
-11.43613 -16.83324
Keterangan : = Lag terseleksi oleh kriteria informasi
LR = Sequential modified LR test statistic FPE = Final Prediction Error
AIC = Akaike Information Criterion SC = Schwarz Information Criterion
HQ = Hannan-Quinn Information Criterion
Tiga kandidat lag optimum yang terbentuk yaitu lag satu, lag tiga atau lag
115
empat, ditandai dengan tanda asterik di atas. Dipilih lag satu karena berdasarkan kriteria Schwarz information criterion dan Hannan-Quinn information criterion,
lag yang optimal adalah ordo satu, selain itu kriteria SC dan HQ menunjukkan lag terkecil, sehingga tidak berkurang degree of freedom dan efisiensi dari model.
6.1.3. Uji Kointegrasi
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan jangka panjang antar peubah dilakukan uji kointegrasi. Jika terjadi kointegasi maka diperoleh kombinasi linier
antar peubah yang bersifat stasioner. Uji kointegrasi Johansen dengan menggunakan lag optimal satu, tahap pertama adalah menentukan asumsi tren
deterministik. Berdasarkan data yang ada, bentuk tren deterministik adalah asumsi keempat yaitu data level dan persamaan kointegrasi mempunyai tren linier, hal
tersebut diperkuat dengan Akaike Information Criteria dan Schwarz Criteria yang menunjuk pada asumsi tersebut.
Tahapan kedua adalah menentukan jumlah kointegrasi, dari lag optimum dan bentuk deterministik tren yang telah dicari sebelumnya, trace statictic
menunjukkan bahwa terjadi dua kointegrasi, ditunjukkan pada Tabel 11, dan pada Lampiran 7.
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Kointegrasi Johansen
Hipotesis H
; r H
1
; r Trace Statistic
Nilai Kritis 5 persen
r = 0 r 0
210.3884 182.82
r ≤ 1
r 1 147.7327
146.76
r ≤ 2 r 2
100.6815 114.90
r ≤ 3
r 3 69.74108
87.31 r
≤ 4 r 4
41.89161 62.99
r ≤ 5
r 5 20.81606
42.44 r
≤ 6 r 6
11.40328 25.32
r ≤ 7
r 7 4.035113
12.25
116
Tabel 11 menunjukkan bahwa hipotesis ketiga H ; r ≤ 2, nilai trace
statistic lebih kecil dari critical value dalam tingkat lima persen
100.68 114.90, maka H diterima, sehingga kesimpulan adalah dalam sistem
terdapat dua matrik kointegrasi.
6.1.4. Estimasi Model
Karena tujuan utama penelitian adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah, maka estimasi model VEC yang dianalisis,
difokuskan pada estimasi pembiayaan perbankan syariah, LNPBS, terutama persamaan jangka panjang.
Tabel 12. Estimasi Kointegrasi
Peubah Kointegrasi 1
Kointegrasi 2 LNPBS-1
1.000000 0.000000
LNDPK-1 0.000000
1.000000 NPF-1
0.425923 0.338193
0.06432 0.05125
[ 6.62151] [ 6.59907]
LPA-1 -0.055478
-0.499084 0.19393
0.15451 [-0.28608]
[-3.23021] LNKBU-1
7.362829 3.850769
1.91127 1.52276
[ 3.85232] [ 2.52881]
LNJII-1 0.599937
-0.449242 0.57016
0.45426 [ 1.05222]
[-0.98895] LNIPI-1
0.289373 2.692673
0.94007 0.74898
[ 0.30782] [ 3.59513]
LNSWBI-1 0.070917
-0.066402 0.12648
0.10077 [ 0.56071]
[-0.65896] TREND02:11
-0.177753 -0.087566
0.04044 0.03222
[-4.39583] [-2.71802]
C -108.2131
-68.74216 Keterangan: Standard errors pada , dan t-statistik pada [ ]
= signifikan t
58 α ;5 persen
= 2.00 R
2
= 0.4578 F-statistik = 4.64 F
7,58 α ;5 persen
= 2.16
117
Tabel 12 menunjukkan estimasi vektor kointegrasi yang keseimbangan jangka panjang. Menggunakan uji kointegrasi metode Johansen dengan lag
optimal satu maka terjadi dua kointegrasi dalam sistem VECM. Dengan terdapat kointegrasi dalam sistem, menunjukkan bahwa terjadi hubungan struktural jangka
panjang antara peubah pembiayaan perbankan syariah dengan peubah internal perbankan, kondisi makroekonomi, kebijakan moneter, dan pasar modal. Dengan
meletakkan peubah pembiayaan sebagai peubah yang dijelaskan, sesuai fokus penelitian, maka hasil estimasi pembiayaan perbankan syariah jangka panjang
seperti persamaan berikut: LNPBS-1 = -0.43 NPF-1 +0.05 LPA-1 -7.36 LNKBU-1
-0.60 LNJII-1 -0.29LNIPI-1 +0.07 LNSWBI-1 +0.18 TREND +108.21 ................................................6.1
Jika dilakukan uji koefisien parsial menggunakan uji t, maka dari t statistik masing-masing peubah dibandingkan dengan t tabel, peubah pembiayaan
bermasalah, NPF, dan peubah kredit bank umum, LNKBU, yang signifikan pada tingkat kesalahan lima persen, sedangkan peubah laba per aset, LPA, peubah
indeks produksi industri, LNIPI, peubah Jakarta Islamic index, LNJII, dan peubah sertifikat wadiah Bank Indonesia, LNSWBI, tidak signifikan.
Meskipun dalam uji koefisien parsial hanya dua peubah yang signifikan, tetapi jika ditinjau secara keseluruhan, peubah-peubah yang terdapat dalam
model, signifikan mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah. Hal tersebut ditandai dengan nilai F statistik yang lebih besar dari nilai F tabel, artinya secara
bersama-sama semua peubah independen mempengaruhi pembiayaan. Koefisien determinasi R
2
menunjukkan angka 45.78 persen, artinya kemampuan seluruh peubah independen menjelaskan peubah pembiayaan sebesar
118
45.78 persen, sedangkan sisanya sebesar 54.22 persen dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
Bagian kedua estimasi output model VEC adalah vektor koreksi kesalahan yang melibatkan seluruh peubah pada derajat pertama, I1, dan koreksi kesalahan
yang terbentuk. Bentuk lengkap dapat terlihat pada Lampiran 8, sedangkan jika difokuskan pada persamaan jangka pendek pembiayaan, DLNPBS, maka
estimasi yang terbentuk ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13. Estimasi Model Koreksi Kesalahan
Peubah DLNPBS
Standard error t-statistik
Koreksi Kesalahan 1 -0.060284
0.02011 [-2.99718]
Koreksi Kesalahan 2 0.004337
0.02457 [ 0.17652]
DLNPBS-1 -0.401060
0.12384 [-3.23849]
DLNDPK-1 -0.160552
0.09094 [-1.76547]
DNPF-1 0.018428
0.01128 [ 1.63361]
DLPA-1 0.018680
0.01481 [ 1.26136]
DLNKBU-1 0.655438
0.34986 [ 1.87343]
DLNJII-1 0.034706
0.05916 [ 0.58667]
DLNIPI-1 0.085003
0.06419 [ 1.32416]
DLNSWBI-1 -0.015919
0.01219 [-1.30636]
C 0.043139
0.00818 [ 5.27372]
= P0.05 t
58 α ;5 persen
= 2.00 = P0.10 t
58 α ;10 persen
= 1.67
Tabel 13 menunjukkan bahwa salah satu peubah koreksi kesalahan signifikan terhadap pembiayaan sebesar -0.06, artinya terdapat penyesuaian dari
persamaan jangka pendek menuju persamaan jangka panjang sebesar 0.06 persen. Dapat pula diartikan bahwa setiap bulan, kesalahan dikoreksi sebesar 0.06 persen
menuju keseimbangan jangka panjang. Dari beberapa peubah yang mempengaruhi pembiayaan dalam jangka pendek, hanya peubah diferensi satu dari pembiayaan
yang signifikan pada tingkat kesalahan lima persen, dan jika ditingkatkan menjadi 10 persen, terdapat tiga peubah yang signifikan, yaitu pembiayaan,
119
dana pihak ketiga dan kredit bank umum pada diferensi satu dan lag satu. Berikut hasil estimasi persamaan jangka pendek pembiayaan perbankan syariah:
DLNPBS = -0.06 LNPBS-1 +0.43 NPF-1 -0.06 LPA-1 +7.36 LNKBU-1 +0.60 LNJII-1 +0.29 LNIPI-1
+0.07 LNSWBI-1 -0.18 TREND-108.21 +0.00 LNDPK-1 +0.34 NPF-1 -0.50 LPA-1
+3.85 LNKBU-1 -0.45 LNJII-1 +2.69 LNIPI-1 -0.07 LNSWBI-1 -0.09 TREND -68.74
-0.40 DLNPBS-1 -0.16 DLNDPK-1 +0.02 DNPF-1 + 0.02 DLPA-1
+0.66 DLNKBU-1 + 0.03 DLNJII-1 +0.09 DLNIPI-1 -0.02 DLNSWBI-1 +0.04 ........6.2
Sesuai tujuan pertama penelitian, untuk menganalisis keterkaitan kebijakan moneter syariah, makroekonomi, pasar modal syariah, industri
perbankan dan internal bank syariah terhadap pembiayaan bank syariah, maka estimasi yang digunakan adalah persamaan jangka panjang model VEC yang
terbentuk melalui proses kointegrasi pada sub bab 6.1.3. Ringkasan estimasi jangka panjang pembiayaan perbankan syariah pada
Persamaan 6.1, dengan tambahan sisi penawaran dan permintaan dan signifikansi hubungan, pada Tabel 14. Tabel 14 menunjukkan bahwa dari sisi
penawaran, peubah pembiayaan bermasalah, sertifikat wadiah Bank Indonesia, dan laba per aset, menunjukkan arah sesuai dengan dugaan awal, dari sisi
penawaran, kredit bank umum, indeks produksi industri, dan Jakarta Islamic index menunjukkan arah berbeda dengan dugaan awal.
120
Tabel 14. Ringkasan Estimasi Kointegrasi Jangka Panjang Pembiayaan
Deskripsi Peubah Koefisien
T-Statistik Signifikansi
Sisi Penawaran:
Pembiayaan bermasalah - 0.43
-6.62 Signifikan
Laba per aset 0.06
0.29 Tidak signifikan
Sertifikat wadiah Bank Indonesia
- 0.07 -0.56
Tidak signifikan
Sisi Permintaan:
Kredit bank umum - 7.36
-3.85 Signifikan
Indeks produksi industri - 0.29
-0.31 Tidak signifikan
Jakarta Islamic index - 0.60
-1.05 Tidak signifikan
Dari sisi penawaran, hanya peubah pembiayaan bermasalah yang signifikan mempengaruhi pembiayaan dengan koefisien sebesar -0.43, artinya
setiap kenaikan satu persen pembiayaan bermasalah, pembiayaan yang ditawarkan mengalami penurunan sebesar 0.43 persen. Dapat pula berarti bahwa jika
perbankan syariah mampu menekan pembiayaan bermasalah sebesar satu persen, maka perbankan syariah mampu menambah penawaran sebesar 0.43 persen
pembiayaan kepada masyarakat. Dua peubah sisi penawaran lainnya, laba per aset dan sertifikat wadiah Bank Indonesia secara parsial tidak signifikan menentukan
pembiayaan perbankan syariah. Signifikannya pembiayaan bermasalah menunjukkan bahwa kondisi
pembiayaan bermasalah pada bank syariah harus mendapat perhatian, karena jika terjadi pembiayaan bermasalah, maka akan mengurangi potensi kemampuan bank
menyalurkan pembiayaan selanjutnya. Apabila terjadi pembiayaan bermasalah, bank wajib menyediakan cadangan khusus untuk menutup kemungkinan resiko,
yang dimasukkan pada pos Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP. Penyediaan dana pada pos tersebut mengurangi potensi penawaran pembiayaan
121
pada periode berikutnya. Di sisi permintaan, temuan menarik bahwa, kredit bank umum signifikan
mempengaruhi permintaan pembiayaan perbankan syariah. Koefisien kredit bank umum menunjukkan arah negatif sebesar 7.36, artinya setiap kenaikan satu persen
kredit bank umum, menurunkan permintaan pembiayaan perbankan syariah sebesar 7.36 persen, atau permintaan pembiayaan perbankan syariah naik
7.36 persen, jika terjadi penurunan kredit bank umum sebesar satu persen. Hal tersebut tidak sesuai dengan dugaan awal bahwa jika terjadi kenaikan
kredit bank umum, maka permintaan pasar keuangan domestik juga meningkat, termasuk permintaan pembiayaan perbankan syariah. Justru yang terjadi
sebaliknya, selama periode penelitian, hubungan jangka panjang antara pembiayaan perbankan syariah dengan kredit bank umum menunjukkan hubungan
substitusi. Jika diasumsikan pasar pembiayaan dan kredit tetap, maka yang berperan adalah kategori nasabah yang floating consumer, yaitu nasabah yang
mudah berpindah dari bank konvensional ke bank syariah, atau sebaliknya. Dua peubah sisi permintaan lainnya, indeks produksi industri dan Jakarta
Islamic index, tidak signifikan secara parsial untuk mempengaruhi pembiayaan. Tidak signifikannya indeks produksi industri menunjukkan bahwa kinerja sektor
manufaktur formal tidak mampu mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah, demikian pula dengan Jakarta Islamic index, yang menunjukkan kinerja pasar
modal juga tidak mampu mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah. Hal tersebut sejalan dengan komposisi pembiayaan berdasarkan golongan
pembiayaan, termasuk usaha kecil menengah, atau non usaha kecil menengah. Data per Juni 2008, menunjukkan bahwa golongan nasabah usaha kecil menengah
mencapai 70.70 persen, sedangkan sebesar 29.30 persen adalah golongan nasabah
122
non usaha kecil menengah.
6.1.5. Diagnostik Model
Sebelum membentuk model, dilakukan chow test untuk mengetahui adanya struktural break dari data series yang yang digunakan. Dari hasil
pengujian tiap peubah tiap bulan, tidak terdapat satu bulanpun yang menunjukkan bahwa tiap peubah mengalami structural break pada bulan yang sama, sehingga
disimpulkan tidak terdapat structural break yang mempengaruhi sistem persamaan. Fenomena yang terjadi selama periode penelitian juga tidak
menunjukkan adanya peristiwa yang mengakibatkan goncangan besar pada perkembangan pembiayaan perbankan syariah. Dari hasil pengujian AR root
tabel maupun grafis, tampak bahwa model VEC stabil yang ditandai dengan modulus yang kurang dari satu dari tabel dan secara grafis tidak ada yang keluar
dari lingkaran, ditunjukkan pada Lampiran 9. Hasil uji residual yang terdiri dari uji heteroskedastisitas, serial korelasi
dan normalitas data, menunjukkan bahwa model tidak mengalami gangguan tersebut. VEC residual heteroskedasticity Tests menunjukkan probabilitas sebesar
0.1442, VEC residual serial correlation LM Tests pada lag satu menunjukkan probabilitas sebesar 0.2082, dan VEC residual normality tests menunjukkan
probabilitas sebesar 0.9511, ditunjukkan pada Lampiran 10, artinya probabilitas di atas 0.05, berarti tidak ada masalah heteroskedastisitas, serial korelasi, dan
normalitas data.
6.2. Analisis Respon Pembiayaan