102
lebih besar dibandingkan dengan 12 bulan, bahkan dalam waktu 18 bulan terakhir komposisi deposito satu bulan meningkat dari 49.46 persen, menjadi 66.74 persen.
Meskipun deposito menempati urutan teratas dalam kontribusi jumlah dana terhadap dana pihak ketiga, tetapi jika ditinjau dari jumlah rekening yang
tercatat, maka tabungan yang tercatat sebagai kontributor terbanyak. Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah rekening tabungan bulan Juni 2008 mencapai
3 253 320 rekening, dan terjadi pertambahan 1 306 379 rekening selama 18 bulan terakhir dari periode akhir penelitian. Sedangkan jika ditinjau secara rata-rata, tiap
rekening tabungan bersaldo Rp 3 337 468, tiap rekening giro Rp 107 130 740, dan tiap rekening deposito Rp 169 959 931, per posisi akhir Juni 2008.
Tabel 6. Jumlah Rekening Dana Pihak Ketiga, Januari 2007 sampai Juni 2008 Jumlah Rekening
Bulan Giro
Deposito Tabungan
Januari 2007 35 399
76 214 1 946 941
Maret 2007 35 994
80 453 2 064 450
Juni 2007 37 840
86 481 2 264 680
September 2007 41 356
87 147 2 470 520
Desember 2007 42 741
91 714 2 711 374
Januari 2008 43 031
94 346 2 849 220
Maret 2008 43 850
97 475 3 009 490
Juni 2008 47 101
100 875 3 253 320
Tambahan Januari 2007-Juni 2008
11 702 24 661
1 306 379 Sumber : Bank Indonesia, 2007, 2008a.
5.2. Dinamika Eksternal
5.2.1. Indeks Produksi Industri
Awal penggunaan Indeks Produksi Industri IPI bulanan, merupakan pemenuhan komitmen pemerintah Republik Indonesia yang menjadi anggota
International Monetary Fund IMF melalui Special Data Dissemination Standard SDDS. IPI dimaksudkan sebagai sistem pemantauan dini, agar krisis
103
moneter atau ekonomi tidak terulang. Mulai tahun 2000, Badan Pusat Statistik BPS melakukan survei industri besar dan sedang bulanan yang sampelnya
terintegrasi dengan survei industri triwulanan. Sejak tahun 2000, data diolah dari 195 perusahaan hasil survei industi bulanan dan menggunakan tahun 2000 sebagai
tahun dasar. Gambar 26 menunjukkan bahwa selama periode penelitian, IPI pada akhir
triwulan searah dengan Produk Domestik Bruto PDB harga konstan tahun dasar 2000 yang dipublikasikan tiap triwulan. Dengan alasan tersebut, penelitian
menggunakan IPI untuk mendekati PDB yang menggambarkan pertumbuhan sektor riil dengan kurun waktu tiap bulan.
250 300
350 400
450 500
550
4 1
2 3
4 1
2 3
4 1
2 3
4 1
2 3
4 1
2 3
4 1
2 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
Tahun P
D B
H a
rg a
K o
n s
ta n
T a
h u
n D
a s
a r
2
T ri
li u
n R
u p
ia h
85 95
105 115
125 135
145 155
165
In d
e k
s P
ro d
u k
s i
In d
u s
tr i
Produk Domestik Bruto
Indeks Produksi Industri
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008 Gambar 26. Produk Domestik Bruto Harga Konstan Tahun Dasar 2000 dan
Indeks Produksi Industri, Triwulan IV 2002 sampai II 2008
Ditinjau perkembangan posisi IPI pada Gambar 27, terdapat lima kali penurunan IPI, dengan dua kali penurunan tajam yaitu pada Desember 2002 dan
November 2004, sedangkan penurunan lain yang cukup berarti juga terjadi pada November 2003, November 2005, dan Oktober 2006. Kondisi yang melingkupi
penurunan IPI pada Desember 2002, adalah kenaikan Indek Harga Konsumen
104
IHK sebesar 1.85 persen, pada bulan November 2002, yang merupakan kenaikan IHK terbesar dalam sepuluh bulan terakhir. Terjadinya tragedi bom di
Bali pada 12 Oktober 2002, ikut mempengaruhi kondisi perekonomian, yang berimbas kepada kinerja sektor sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta
industri pengolahan.
November 2003 100.40
Desember 2002 87.42
Oktober 2006 113.80
November 2005 106.16
November 2004 106.00
80 90
100 110
120 130
140
1 1
1 2
1 2 3
4 5
6 7
8 9 1
1 1
1 2
1 2
3 4 5
6 7
8 9
1 1
1 1
2 1
2 3
4 5 6
7 8
9 1
1 1
1 2
1 2
3 4
5 6 7
8 9
1 1
1 1
2 1 2
3 4
5 6
7 8 9
1 1
1 1
2 1
2 3 4
5 6
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008
Tahun In
d e
k P
ro d
u k
s i
In d
u s
tr i
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008. Gambar 27. Indeks Produksi Industri, November 2002 sampai Juni 2008
Penurunan tajam yang kedua adalah November 2004. Kondisi yang terjadi sebelumnya dan berdampak pada penurunan IPI adalah terjadi penurunan
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika akibat tekanan eksternal berupa ekspektasi kenaikan bunga bank sentral Amerika dan kenaikan harga minyak
dunia di atas 40 dolar per barel, akibatnya sektor-sektor yang membutuhkan bahan impor menjadi tertekan, seperti sektor otomotif dan perusahaan minyak.
Meskipun IHK pada November 2004 rendah, tetapi dari Indek Harga Pedagang Besar IHPB ternyata meningkat cukup tajam. Pada saat itu beberapa perusahaan
makanan dan minuman masih menunda kenaikan harga produknya, meskipun mengalami kenaikan harga input.
105
Penurunan yang terjadi pada November 2003, karena penurunan kinerja beberapa industri, seperti: industri kertas, percetakan dan penerbitan, industri
logam dasar, serta industri tekstil, pakaian jadi dan kulit. Terjadinya pelonggaran barang impor menjadikan mengalirnya barang-barang substitusi yang berasal dari
impor. Penurunan pada November 2005, diakibatkan peningkatan biaya produksi seiring dengan kenaikan harga BBM pada Oktober 2005 dan terjadinya depresiasi
nilai tukar. Penurunan pada Oktober 2006, disebabkan karena penurunan daya beli masyarakat dan perlambatan kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta
beberapa subsektor industri pengolahan.
5.2.2. Kredit Bank Umum
Perkembangan posisi kredit bank umum selama periode penelitian menunjukkan kenaikan, mulai dari posisi Rp 363 928 miliar sampai dengan
Rp 1 148 356 miliar pada posisi Juni 2008, mengalami pertambahan
Rp 784 428 miliar atau meningkat 3.16 kali lipat, ditunjukkan pada Gambar 28.
363,928 1,148,356
Juni 2005 629,062
200,000 400,000
600,000 800,000
1,000,000 1,200,000
1 1
1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
1 1
2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1 1
1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
1 1
2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1 1
1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
1 1
2 1 2 3 4 5 6 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
Tahun K
re d
it B
a n
k U
m u
m M
il ia
r R
u p
ia h
Sumber : Bank Indonesia, 2008c. Gambar 28. Kredit Bank Umum, November 2002 sampai Juni 2008
106
Meskipun terlihat tidak terdapat dinamika dalam kredit bank umum, jika ditinjau dengan pertambahan tiap bulan maka terlihat dinamika seperti
ditunjukkan pada Gambar 29. Dari dinamika pertumbuhan kredit bulanan, tampak bahwa selama periode penelitian, beberapa kali mengalami kenaikan dan
penurunan posisi kredit.
Juni 2008 52,142
Januari 2007 17,463 18.87
Agustus 2005 14.33
Mei 2006 16.64
20,000 10,000
- 10,000
20,000 30,000
40,000 50,000
60,000
1 1
1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
1 1
2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1 1
1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
1 1
2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1 1
1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
1 1
2 1 2 3 4 5 6 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
Tahun P
e ru
b a
h a
n K
re d
it M
il ia
r R
u p
ia h
- 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
12.00 14.00
16.00 18.00
20.00
S u
k u
B u
n g
a K
re d
it P
e rs
e n
Sumber : Bank Indonesia, 2008c. Gambar 29. Perubahan Kredit Bank Umum Bulanan dan Suku Bunga Kredit,
November 2002 sampai Juni 2008
Terdapat tiga kali posisi kredit mengalami penurunan, yaitu Januari 2006, Januari 2008 dan pada Januari 2007, sedangkan kenaikan terbesar terjadi pada
Juni 2008. Penurunan Januari 2006, secara umum selain faktor internal bank, seperti kemampuan menghimpun dana pihak ketiga juga diakibatkan pelemahan
daya beli masyarakat pasca kenaikan harga BBM pada Oktober 2005 dan penurunan kegiatan usaha industri akibat kenaikan biaya produksi. Penurunan
Januari 2008, lebih disebabkan perilaku musiman masyarakat yang melakukan pelunasan kredit pada awal tahun, khususnya untuk jenis kredit modal kerja.
Demikian pula pada Januari 2008, penurunan Rp 17 463 miliar, disebabkan faktor internal penurunan dana pihak ketiga dan perilaku musiman pelunasan kredit,
107
karena pada bulan berikutnya terjadi kenaikan kredit kembali. Apabila dihubungkan antara pertambahan kredit tiap bulan dengan suku
bunga kredit yang berlaku, ditunjukkan pada Gambar 29, terdapat tiga periode yang menggambarkan hubungan tersebut. Pertama antara November 2002 sampai
Agustus 2005, tingkat bunga kredit cenderung turun dan terjadi pertambahan kredit, periode kedua antara Agustus 2005 sampai Mei 2006, tingkat bunga
mengalami kenaikan, dan kredit mengalami penurunan, periode ketiga antara Mei 2006 sampai Juni 2008, suku bunga kredit mengalami penurunan dan kredit
secara rata-rata meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan periode pertama. Jika dianalisis secara sektoral, maka pangsa terbesar kredit bank umum
posisi Juni 2008 adalah sektor lain-lain yang mencapai 28.76 persen, diikuti sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 21.03 persen, Sektor pertanian
berada pada posisi kelima, dengan porsi sebesar 5.35 persen, di bawah jasa dunia usaha, ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Pangsa Penyaluran Dana Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi 2007
2008 Sektor Ekonomi
Jan Juni
Des Jan
Juni 1. Pertanian, kehutanan, dan
sarana pertanian 5.59
5.46 5.68
5.62 5.35
2. Pertambangan 1.89
2.37 2.62
2.37 2.65
3. Perindustrian 23.15
21.61 20.52
20.51 20.38
4. Listrik, gas dan air 0.72
0.74 0.79
0.82 0.89
5. Konstruksi 4.02
4.37 4.40
4.31 4.56
6. Perdagangan, restoran dan hotel
20.33 21.22
21.64 21.04
21.03 7. Pengangkutan, pergudangan
dan komunikasi 3.44
3.26 3.67
4.07 4.08
8. Jasa dunia usaha 10.15
10.57 10.95
11.05 11.14
9. Jasa sosial masyarakat 1.37
1.29 1.39
1.22 1.17
10. Lain-lain 29.35
29.11 28.34
29.00 28.76
Total 100.00 100.00 100.00 100.01 100.00
Sumber : Bank Indonesia, 2008c.
108
Jika dibandingkan dengan data pada pembiayaan perbanakan syariah pada periode yang sama, maka terdapat perbedaan porsi utama, karena pada perbankan
syariah porsi terbesar adalah sektor jasa dunia usaha dan sektor lain-lain, yang jika keduanya digabung memiliki porsi 54.81 persen, sedangkan pada bank umum
gabungan tiga sektor utama mencapai 70.17 persen.
5.2.3. Jakarta Islamic Index
Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa
pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinisp syariah. Di Bursa Efek Indonesia terdapat Jakarta Islamic Index JII yang merupakan 30 saham
sebagai bagian dari keseluruhan saham yang tercatat menjadi Indeks Harga Saham Gabungan IHSG, yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan Dewan
Syariah Nasional DSN. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur
benchmark untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indek ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor
untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. JII Jakarta Islamic Index adalah indeks yang diumumkan oleh PT. Bursa Efek Jakarta mulai tanggal
3 Juli 2000, melengkapi indeks harga saham yang sudah ada yaitu, IHSG Indeks Harga Saham Gabungan, IHSI Indeks Harga Saham Individu, Indeks Sektoral
dan LQ-45. Penetapan JII adalah dalam rangka mengakomodir keinginan sebagian
besar investor muslim untuk menanamkan modal dalam bentuk portofolio surat berharga yang lebih Islami serta untuk mengembangkan pasar modal yang sesuai
109
dengan prinsip syariah Ayatullah, 2003. Perusahan yang ikut dalam JII adalah 30 perusahaan yang terpilih melalui proses yang disebut screening process dan
telah memenuhi beberapa kriteria tertentu seperti yang difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional DSN.
Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan, akad, serta cara pengelolaan perusahaan emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek
syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Jenis kegiatan tersebut adalah: 1 perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang, 2 lembaga keuangan konvensional termasuk perbankan dan asuransi, 3 produsen, distributor, pedagang makanan dan
minuman yang haram, dan 4 produsen, distributor atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Selain kriteria tersebut, dalam proses pemilihan saham yang masuk JII, Bursa
Efek Indonesia
melakukan tahap-tahap
pemilihan yang
juga mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu:
1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir dengan rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90 persen. 3.
Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
110
508.95 430.29
62.17 Agts 2005
turun 24.89 Mei 2006
turun 24.78 Maret 2008
turun 60.52 Okt 2007
Naik 63.31
- 100
200 300
400 500
600 700
1 1
1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
1 1
2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1 1
1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
1 1
2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
1 1
1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
1 1
2 1 2 3 4 5 6 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
Tahun
J a
k a
rt a
I s
la m
ic I
n d
e x
400 800
1200 1600
2000 2400
2800
IH S
G
JII IHSG
Sumber : Bank Indonesia, 2008c. Gambar 30. Jakarta Islamic Index dan Indeks Harga Saham Gabungan,
November 2002 sampai Juni 2008
Gambar 30 menunjukkan pergerakan JII memiliki pola yang hampir sama dengan pergerakan IHSG, karena dari 66 bulan periode penelitian hanya tujuh kali
saja yang berbeda arah gerakannya, selebihnya ketika IHSG naik maka JII juga naik, demikian pula sebaliknya. Pada November 2002, JII berada pada posisi
62.17 dan IHSG berada pada posisi 390.42, kemudian secara umum menunjukkan terjadi peningkatan dengan ditunjukkan grafik naik sampai pada posisi tertinggi
508.96 pada Februari 2008. Setelah November 2002, JII mengalami penurunan sampai akhir penelitian Juni 2008 pada posisi 430.29, dan IHSG pada posisi
2 349.11. Dari pertambahan indeks tiap bulan, dapat diketahui bahwa terdapat empat
kali JII mengalami perubahan besar, yaitu kenaikan pada Oktober 2007 sebesar 63.31, penurunan 60.52 pada Maret 2008, penurunan 24.89 pada Agustus 2005,
dan penurunan 24.78 pada Mei 2006. Kenaikan JII pada Oktober 2007 didukung oleh faktor domestik dan faktor eksternal yang membaik. Di sisi mikro, kinerja
emiten membaik yang ditunjukkan oleh peningkatan keuntungan cukup besar
111
terutama pada triwulan ketiga tahun 2007. Ekspektasi peningkatan keuntungan terus berlanjut, khususnya emiten tambang dan pertanian, sehubungan dengan
meningkatnya harga komoditas tersebut di pasar internasional. Dari sisi eksternal, peningkatan kinerja pasar modal Indonesia dipengaruhi
oleh sentimen positif di bursa saham internasional dan regional yang membaik. Walaupun pasar saham global pada tahun 2007 sempat digoncang oleh dampak
subprime mortgage di AS, pecahnya bubble di China, dan peningkatan harga minyak dunia, namun langkah otoritas global dalam menangani krisis tersebut
saat itu masih mampu mengembalikan optimisme para pelaku pasar sehingga indeks harga saham kembali meningkat.
Penurunan JII pada Maret 2008 sebesar 60.52, disebabkan faktor risiko domestik yang meningkat seperti tekanan inflasi dan faktor risiko fiskal, situasi
pasar keuangan global yang masih labil juga memberikan tekanan tersendiri pada kinerja pasar saham. Penurunan indeks sebesar 24.89 pada Agustus 2005,
disebabkan karena indeks mengalami tekanan bersamaan dengan kenaikan harga minyak dunia dan tanggapan minor pelaku pasar terhadap asumsi-asumsi APBN
tahun 2006. Penurunan indeks sebesar 24.78 pada Mei 2006 karena dipicu oleh aksi ambil untung yang dilakukan oleh investor, terkait dengan tren penurunan di
bursa regional lainnya. Penurunan indeks bursa regional dipicu perkiraan bahwa Amerika Serikat meneruskan kebijakan peningkatan suku bunga guna menekan
inflasi. Koreksi IHSG juga dipicu oleh aksi jual investor asing yang cukup besar dan diikuti oleh investor domestik.
112
VI. APLIKASI MODEL VECTOR ERROR CORRECTION UNTUK MENGANALISIS PEMBIAYAAN BANK