Kota Bandar Lampung dalam PKBL meliputi 1 meningkatnya kinerja anggota kelompok dan 2 meningkatnya keterampilan anggota kelompok. Kinerja
kelompok dilihat dari beberapa indikator yaitu pemahaman anggota tentang kelompok, kehadiran anggota dalam setiap pertemuan yang diadakan oleh
kelompok, kerjasama antar anggota, produksi keripik, omset penjualan dan pendapatan anggota sedangkan keterampilan anggota kelompok dilihat dari teknis
produksi dan pemasaran hasil. Hasil penelitian terhadap pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL dapat diuraikan sebagai berikut:
4.3.1 Aktivitas Pemberdayaan
a.
Terlaksananya Kegiatan Pelatihan Teknis
Terlaksananya kegiatan pelatihan teknis yaitu terlaksananya pelatihan manajemen usaha kecil. Pelatihan yang dilakukan ditujukan agar para mitra
binaan yaitu anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL PTPN VII mampu memanajemen usaha yang dikembangkannya. Sebagian besar responden
telah mengikuti pelatihan manajemen usaha kecil bagi anggota kelompok pada setiap tahunnya. Waktu pelaksanaan biasanya diadakan pada akhir tahun.
Pelatihan manajemen usaha kecil telah dilaksanakan sebanyak 5 kali dan diikuti oleh para anggota kelompok mitra binaan PTPN VII. Materi pada pelatihan
manajemen usaha kecil meliputi pelatihan mengenai cara-cara pembukuan, manajemen keuangan, manajemen produksi, pengemasan, analisis usaha,
pemasaran, dan lain-lain. b. Penyaluran Dana Program Kemitraan
Pemberian dana program kemitraan bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi rakyat dengan memperluas kesempatan berusaha di
UMKM. Sebagian besar dana program kemitraan telah disalurkan kepada responden dan jumlah dana yang diterima responden sesuai dengan yang
diusulkan. Dana kemitraan diperuntukkan untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan.
Tersalurkannya dana program kemitraan dapat mempermudah anggota KUB Telo Rezeki mitra PTPN dalam mengembangkan usahanya.
4.3.2 Hasil Pemberdayaan
a.
Kinerja anggota kelompok
Kinerja anggota kelompok dilihat dari kehadiran, kerjasama, produksi, omset penjualan, pendapatan dan pengetahuan dalam kelompok. Kehadiran anggota
kelompok dalam berbagai kegiatan pelatihan-pelatihan teknis dan pertemuan kelompok dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Kehadiran anggota kelompok dalam berbagai kegiatan pelatihan teknis dan pertemuan kelompok
No. Nama Responden
Pelatihan teknis kali
Pertemuan kelompok kali
1 Sucipto Adi 5
6 2 Gunawan
4 4
3 Wagiman 4
5 4 Een Sarwani
2 4
5 Mardiyah 3
5 6 Suheri
4 4
7 Firmansyah 2
3 8 Hariyanto
4 5
9 Suwarno 5
4 10 Suhartono
4 2
11 Ratnawati 5
5 12 Heriyanto
5 6
Jumlah 47
53 Rata-rata
3,92 4,42
Pelatihan teknis yang telah dilakukan oleh PTPN VII mulai dari adanya bantuan dana pinjaman PKBL tahun 2007-2012 sebanyak 5 kali dan pertemuan
kelompok yang telah diadakan oleh KUB Telo Rezeki selama kurun waktu tahun 2007-2012 sudaha sebanyak 6 kali pertemuan. Sementara sebagian besar anggota
masih banyak yang belum mengikuti kedua kegiatan itu secara rutin. Tidak semua responden melakukan kerjasama dengan anggota lain.
Kerjasama yang dilakukan oleh responden berupa penentuan harga jual apabila terjadi kenaikan bahan baku, pencarian bahan baku secara bersama agar
mendapatkan harga yang murah dan penjualan hasil produksi. Produksi keripik di setiap responden bervariasi tergantung dari bersarnya permintaan pasar. Secara
rinci sebaran responden berdasarkan jumlah produksi keripik per bulan dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Volume produksi keripik per bulan dari masing-masing anggota kelompok
Volume Kg No
Nama Keripik pisang
Keripik Singkong Keripik
Sukun Keripik
Mantang Keripik
Nangka Keripik
Talas Responden
Gurih Anek
Rasa Gurih
Aneka Rasa
1 Sucipto Adi 233
600 350
150 100
200 233
2 Gunawan 600
900 700
300 3 Wagiman
500 750
1.000 350
100 100
4 Een Sarwani 250
550 700
500 35
50 5 Mardiyah
300 700
600 200
6 Suheri 100
240 350
150 35
40 50
7 Firmansyah 200
400 650
150 8 Hariyanto
100 300
1.000 333
9 Suwarno 300
900 600
200 200
10 Suhartono 250
750 500
200 200
70 11 Ratnawati
67 200
400 200
200 12 Heriyanto
50 150
300 100
Jumlah 2.950
6.440 7.150
2.833 170
990 233
220 Rata-rata
245,83 536,67
595,83 236,08
14,17 82,50
19,42 18,33
Tabel 23 menunjukkan bahwa jumlah produksi yang dihasilkan oleh tiap responden berbeda-beda. Hasil penelitian di lapang menunjukkan bahwa produksi
keripik telah memenuhi target responden. Jumlah produksi erat kaitannya dengan besarnya permintaan pasar. Keripik yang diproduksi oleh responden bervariasi
yaitu keripik pisang, singkong, sukun, mantang, nangka, dan talas. Namun pada kios-kios responden, mereka tidak hanya menjual produk-produk tersebut
melainkan ada produk-produk lain yang dititipkan oleh produsen-produsennya dari beberapa daerah yaitu seperti kelanting, kemplang, peyek, dodol, kopi bubuk,
keripik tempe, dan lain-lain. Indikator lain dalam menilai kinerja kelompok adalah besarnya omset
penjualan. Secara rinci sebaran responden berdasarkan omset penjualan keripik
per bulan dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Omset penjualan anggota kelompok per bulan dalam ribu rupiah No.
Nama Responden Omzet Penjualan
1 Sucipto Adi 72.900
2 Gunawan 46.500
3 Wagiman 70.550
4 Een Sarwani 54.500
5 Mardiyah 51.000
6 Suheri 28.150
7 Firmansyah 37.000
8 Hariyanto 62.655
9 Suwarno 67.000
10 Suhartono 56.560
11 Ratnawati 31.000
12 Heriyanto 21.500
Jumlah 599.315
Rata-rata 49.942,92
Tabel 24 menunjukkan besarnya omset penjualan yang bervariasi pada setiap responden penelitian. Peningkatan produksi keripik di tiap responden
menyebabkan peningkatan omset penjualan. Omset penjualan adalah jumlah penjualan keripik dalam kurun waktu tertentu Per Bulan, yang dihitung
berdasarkan jumlah uang yang diperoleh. Omset penjualan keripik dipengaruhi oleh produksi dan harga keripik. Harga setiap keripik bervariasi tergantung pada
besarnya biaya produksi. Pendapatan anggota yang dilihat adalah pendapatan dalam usaha keripiknya.
Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan dan biaya. Biaya yang dihitung meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang
relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak dan sedikit Soekartawi, 2002. Biaya tetap dalam usaha keripik ini
meliputi sewa bangunan, pembelian etalase, pembelian peralatan produksi alat- alat penggorengan, ember, kompor dan lain-lain, timbangan, sealer dan
tupperwareember wadah keripik. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya variabel meliputi
pembelian bahan baku keripik pisang, singkong, sukun, nangka, mantang dan talas, minyak goreng, minyak tanah, penyedap, aneka rasa, tenaga kerja, kemasan
dan lain-lain.
Pendapatan responden bervariasi tergantung pada besarnya omset penjualan dan biaya operasional produksi yang dikeluarkan. Pendapatan diperoleh dari
selisih antara penerimaan dan biaya. Secara rinci sebaran responden berdasarkan pendapatan keripik per bulan dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Pendapatan anggota kelompok per bulan dalam ribu rupiah
No Nama
Responden Dalam ribu rupiah
Omzet Biaya
Pendapatan Penjualan
a Operasional
b a-b
1 Sucipto Adi 72.900
52.564 20.336
2 Gunawan 46.500
42.000 4.500
3 Wagiman 70.550
49.750 20.800
4 Een Sarwani 54.500
48.090 6.410
5 Mardiyah 51.000
38.400 12.600
6 Suheri 28.150
21.700 6.450
7 Firmansyah 37.000
29.580 7.420
8 Hariyanto 62.655
25.064,80 37.590,2
9 Suwarno 67.000
40.720 26.280
10 Suhartono 56.560
43.550 13.010
11 Ratnawati 31.000
24.490 6.510
12 Heriyanto 21.500
19.430 2.070
Jumlah 599.315
435.338,80 163.976,20
Rata-rata 49.942,92
36.278,23 13.664,68
b. Keterampilan anggota kelompok dalam teknis produksi dan pemasaran