Faktor Ancaman Implikasi Manajerial

Kucuran pinjaman dana atau pun pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh PTPN VII telah mampu menggerakkan sentra agroindustri keripik di Kota Bandar Lampung untuk terus berkembang.

b. Faktor Ancaman

1 Kompetitor produk sejenis Anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung tentu memiliki kompetitor produk sejenis di luar dari pusat sentra agroindustri tersebut, bahkan lebih dahulu menjalankan usaha agroindustri keripik, seperti pusat oleh-oleh yang ada di daerah Teluk Betung ataupun pusat oleh –oleh di Stasiun Kota Bandar Lampung. Hal tersebut tentu menjadi suatu ancaman yang harus diperhatikan agar pusat sentra anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII tetap menjadi pusat sentra agroindustri keripik unggulan di Kota Bandar Lampung. 2 Ketersediaan bahan baku Bahan baku agroindustri keripik di sentra agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII sebenarnya tidak terlalu mengancam untuk stock persedian bahan baku, namun pernyataan tersebut hanya berlaku untuk bahan baku singkong, untuk bahan baku pisang yang terkadang masih menjadi masalah untuk ketersediaannya. Stock bahan baku untuk pisang sulit didapat dikarenakan sudah mulai berkurangnya petani yang membudidayakan pisang disebabkan alih lahan oleh petani. 3 Kebijakan pemerintah Peraturan dan instruksi yang dikeluarkan oleh pemerintah ataupun PTPN VII di masa yang akan datang akan memberikan tekanan kepada anggota kelompok agroindsutri keripik PKBL PTPN VII bila mulai maju, seperti pungutan pajak. Hal tersebut tentunya akan memberikan beban dan rasa berat para anggota kelompok agroindustri keripik dalam menjalankan usaha, apalagi terkadang usaha belum memberikan hasil yang menguntungkan kepada anggota.

c. Matriks EFE

Matriks EFE diperoleh dari hasil penilaian bobot dan skor alternatif faktor eksternal anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII. Matriks EFE anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII dilihat pada Tabel 27. Pada Tabel 27 terlihat bahwa faktor eksternal untuk peluang yang paling penting terdapat pada peluang 2 yaitu hubungan baik dengan pemasok bahan baku yang diberi bobot 0,173 dinilai oleh PTPN VII Divisi Bina Lingkungan dan Ketua KUB dengan nilai skor alternatif 4. Faktor peluang yang tidak penting terdapat pada peluang 4 yaitu daya dukung pemerintah atau BUMN, yang diberi bobot 0,192 dengan nilai skor alternatif 3. Nilai yang dibobot paling tinggi untuk peluang terletak pada hubungan baik dengan pemasok bahan baku, faktor tersebut sangat direspon oleh anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII terlihat dari nilai yang dibobot paling tinggi sebesar 0,692. Tabel 27. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal EFE anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII Faktor-faktor Eksternal Bobot Skor Alternatif Nilai yang dibobot Peluang 1 Citra produk baik 0,131 3 0,393 2 Hubungan baik dengan pemasok bahan baku 0,173 4 0,692 3 Peluang pasar yang besar sebagai sentra industri keripik 0,155 3 0,465 4 Daya dukung pemerintah atau BUMN 0,129 3 0,387 Jumlah 1,937 Ancaman 1 Kompetitor produk sejenis 0,132 1 0,132 2 Ketersediaan bahan baku 0,192 1 0,192 3 Kebijakan pemerintah 0,089 2 0,178 Jumlah 0,502 Total nilai EFE 1,000 2,439 Faktor eksternal untuk ancaman yang paling penting terdapat pada ancaman 2 yaitu ketersediaan bahan baku, yang diberi bobot 0,192 dinilai oleh PTPN VII dan Ketua KUB dengan nilai skor alternatif 1 . Faktor ancaman yang tidak penting terdapat pada ancaman 3 yaitu kebijakan pemerintah, yang diberi bobot 0,089 dengan nilai skor alternatif 2. Nilai yang dibobot paling tinggi untuk ancaman terletak pada ketersediaan bahan baku, faktor tersebut dianggap paling penting oleh PTPN VII dan Ketua KUB, terlihat dari nilai yang dibobot paling tinggi sebesar 0,192. Jumlah nilai yang dibobot untuk peluang anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII berjumlah 1,937 dan jumlah nilai yang dibobot untuk ancaman anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII berjumlah 0,502. Dari matriks EFE anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII diketahui total nilai EFE sebesar 2,439 yang menunjukkan bahwa kondisi anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII merespon fakor eksternal berada di atas rata-rata.

3. Matriks I-E

Setelah menganalisis dengan menggunakan matriks IFE dan matriks EFE, maka proses selanjutnya dilakukan analisis tahap pencocokan. Pada tahap pencocokan dilakukan dengan menggunakan analaisis matriks IE dan matriks SWOT. Strategi yang dihasilkan pada matriks IE berhubungan dengan strategi yang dihasilkan pada matriks SWOT, sebab pada matriks IE akan diketahui posisi kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII pada saat ini dan menghasilkan strategi umum yang dapat direkomendasikan. Strategi umum tersebut diperjelas secara rinci melelui analisis matriks SWOT. Berdasarkan nilai skor faktor-faktor internal dan eksternal kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII, maka dapat dibuat diagram Matriks I-E. Matriks tersebut dibuat dengan menjumlahkan total skor faktor internal dan eksternal kemudian dihitung selisihnya yaitu total skor faktor kekuatan internal dikurangi kelemahan dan total skor faktor eksternal peluang dikurangi ancaman. Pembobotan untuk diagram Matriks I-E anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Pembobotan untuk diagram faktor internal dan eksternal Uraian Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Bobot x Rating 2,232 0,398 1,937 0,502 Selisih 1,834 1,435 Setelah diperoleh angka dari selisih faktor internal dan faktor eksternal, maka dapat dibuat diagram Matriks I-E seperti ditunjukkan pada Gambar 3. O + III. Stability I. Growth 1,435 W - S + 1,834 IV. Survival II. Diversifikasi T - Gambar 3. Diagram Matriks I-E kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII Berdasarkan diagram Matriks I-E, kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII terletak pada kuadran 1 yang berarti kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII berada dalam kondisi pertumbuhan Growth. Kuadran I merupakan situasi yang sangat menguntungkan dimana kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII berada dalam kondisi pertumbuhan, baik dalam SDA, SDM, partisipasi anggota kelompok atau kombinasi dari semuanya. Agroindustri keripik PKBL PTPN VII ini memiliki peluang dan kekuatan sehingga anggota kelompok dapat memanfaatkan kondisi yang ada untuk perkembangan usahanya. Dengan demikian, strategi yang dapat diterapkan dalam kondisi ini adalah memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada untuk perkembangan agroindustri keripik kedepannya.

4. Matriks SWOT

Analisis matriks SWOT anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimumkan kekuatan dan peluang dan meminimumkan kelemahan dan ancaman. Strategi utama yang dapat disarankan terdapat 4 macam, yaitu strategi SO, ST, WO, WT. Analisis ini menggunakan data yang telah diperoleh dari matriks IFE dan EFE. Analisis SWOT pada anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII dapat dilihat pada Tabel 29. Matriks SWOT ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh Anggota Kelompok Agroindustri Keripik PKBL PTPN VII yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini menghasilkan 4 alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T dan strategi S-T. Kemudian strategi tersebut diberikan nilai pembobotan berdasarkan visi misi dan tujuan diadakannya PKBL PTPN VII. Dari 16 alternatif strategi, didapatkan 10 peringkat dari strategi yang ada. Strategi prioritas didapatkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya Lampiran 13 dan 14. Selain itu juga, ditinjau mengenai visi misi dan tujuan Anggota Kelompok Agroindustri Keripik PKBL PTPN VII. PTPN VII tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan. Tetapi juga memiliki kepedulian terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dan pembangunan ekonomi daerah. Tanggung jawab sosial tersebut terwujud melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL. Semua upaya ini selain untuk menaikkan nilai ekonomis perusahaan juga sebagai bukti pengabdian dan kepedulian. Selain itu, turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Ini merupakan program pembinaan usaha kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh PTPN VII melalui pemanfaatan dana dari bagian laba PTPN VII. Tabel 29. Analisis SWOT anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII SWOT Kekuatan Strength Kelemahan Weakness 1 Perencanaan strategis yang tidak terlalu mahal dan rumit 1 Manajemen masih tradisional 2 Harga produk terjangkau 2 Biaya tenaga kerja tinggi 3 Produk sebagai makanan khas daerah 3 Daya dukung dana rendah 4 Lokasi merupakan sentra usaha keripik 4 Skill dan penguasaan teknologi rendah Peluang Opportunities Strategi SO Strategi WO 1 Citra produk baik 1 Memanfaatkan hubungan yang baik dengan pemasok bahan baku untuk mendapatkan harga yang tidak terlalu mahal. K1, P2 1 Memanfaatkan peluang pasar yang besar sebagai sentra industri keripik untuk merubah manajemen yang baru. L1, P3 2 Hubungan baik dengan pemasok bahan baku 2 Memanfaatkan harga produk yang terjangkau untuk menciptakan citra produk yang baik di mata konsumen. K3, P1 2 Meminimumkan penggunaan tenaga kerja dengan mengatur jumlah pasokan bahan baku. L2, P2 3 Peluang pasar yang besar sebagai sentra industri keripik 3 Memanfaatkan produk sebagai makanan khas daerah untuk mendapatkan peluang pasar yang besar. K4, P3 3 Meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN. L3, P4 4 Daya dukung pemerintah atau BUMN 4 Memanfaatkan lokasi sentra usaha keripik untuk mendapatkan daya dukung pemerintah atau BUMN. K5, P4 4 Meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra produk. L4, P1 Ancaman Threath Strategi ST Strategi WT 1 Kompetitor produk sejenis 1 Memanfaatkan perencanaan strategis untuk mengatasi ketersediaan jumlah bahan baku. K1, A2 1 Merubah manajemen yang masih tradisional, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. L1, A1 2 Ketersediaan bahan baku 2 Memanfaatkan harga produk yang terjangkau, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. K3, A1 2 Memanfaatkan biaya tenaga kerja yang tinggi, agar sejalan dengan kebijakan pemerintah terkait kebijakan UMR. L2, A3 3 Kebijakan pemerintah 3 Memanfaatkan produk makanan khas daerah dengan berbagai variasi rasa, untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis. K4, A1 3 Meningkatkan daya dukung dana yang rendah, agar mampu mengatasi ketersediaan jumlah bahan baku. L3, A2 4 Memanfaatkan lokasi sebagai sentra usaha keripik, untuk mengatasi lemahnya kebijakan pemerintah. K5, A3 4 Meningkatkan skill dan penguasaan tekhnologi yang rendah, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. L4, A1 Eritmetik 2010, aktivitas PKBL oleh PTPN VII di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung dilakukan dengan memberikan pelatihan manajemen usaha kecil dan pemberian dana pinjaman program kemitraan yang bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi rakyat dengan memperluas kesempatan berusaha di UMKM. Semakin tepat pemberian dana pinjaman program kemitraan maka proses dan tujuan pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII akan semakin tercapai. Semakin tinggi minat anggota KUB Telo Rezeki dalam mengembangkan usaha keripik maka proses dan tujuan pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII akan semakin tercapai. Proses pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII mampu meningkatkan keterampilan anggota KUB Telo Rezeki Mitra PTPN VII. Proses pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII mampu meningkatkan modal yang dimiliki anggota KUB Telo Rezeki Mitra PTPN VII. Dari 16 strategi yang diperoleh dari analisa SWOT, maka dilakukan pembobotan pada 16 strategi tersebut berdasarkan visi misi dan tujuan PKBL PTPN VII. Pembobotan strategi anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII dapat dilihat pada Lampiran 13. Strategi prioritas Anggota Kelompok Agroindustri Keripik PKBL PTPN VII adalah strategi yang masuk ke dalam peringkat sepuluh besar yang pembobotannya berdasarkan visi misi dan tujuan PKBL PTPN VII. Strategi ini relevan dan dapat mendukung keberlangsungan usaha anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII kedepannya karena sesuai dengan visi misi dan tujuan diadakannya PKBL. Strategi prioritas anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII pada Tabel 30. Dari sepuluh strategi yang dihasilkan oleh Analisis SWOT, maka ke sepuluh strategi tersebut dijadikan bahan utama dalam penyusunan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif QSPM. Ke sepuluh strategi yang dihasilkan tersebut diberikan nilai alternatif skor mulai dari 0-4 sesuai dengan masing- masing faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Tabel 30. Strategi Prioritas SWOT Anggota Kelompok Agroindustri Keripik PKBL PTPN VII Ranking Strategi Visi Misi Tujuan Skor 1 Meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra produk. 4 3 7 2 Memanfaatkan produk makanan khas daerah dengan berbagai variasi rasa, untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis. 4 3 7 3 Meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN. 3 3 6 4 Meningkatkan skill dan penguasaan tekhnologi yang rendah, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. 4 2 6 5 Memanfaatkan produk sebagai makanan khas daerah untuk mendapatkan peluang pasar yang besar. 2 3 5 6 Memanfaatkan lokasi sentra usaha keripik untuk mendapatkan daya dukung pemerintah atau BUMN. 2 3 5 7 Memanfaatkan hubungan yang baik dengan pemasok bahan baku untuk mendapatkan harga yang tidak terlalu mahal. 3 2 5 8 Memanfaatkan harga produk yang terjangkau untuk menciptakan citra produk yang baik di mata konsumen. 3 2 5 9 Memanfaatkan harga produk yang terjangkau, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. 3 2 5 10 Merubah manajemen yang masih tradisional, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. 2 2 4

4.4.2 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif QSPM adalah alat untuk menyusun strategi dan mengevaluasi berbagai strategi alternatif berdasarkan faktor – faktor keberhasilan eksternal dan internal yang diidentifikasi oleh SWOT. Dari sepuluh strategi yang dihasilkan oleh analisis SWOT, dilakukan pemberian skor alternatif yang disesuaikan dengan faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada. Skor alternatif tersebut dikalikan dengan bobot yang ada, sehingga dapat dihasilkan total skor alternatif. Total alterrnatif skor pada 10 strategi SWOT dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Total alterrnatif skor pada 10 strategi Ranking Strategi Total Alternatif Skor 1 Meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra produk. 4,536 2 Memanfaatkan produk makanan khas daerah dengan berbagai variasi rasa, untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis. 4,398 3 Meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN. 3,873 4 Meningkatkan skill dan penguasaan tekhnologi yang rendah, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. 3,637 5 Memanfaatkan produk sebagai makanan khas daerah untuk mendapatkan peluang pasar yang besar. 3,605 6 Memanfaatkan lokasi sentra usaha keripik untuk mendapatkan daya dukung pemerintah atau BUMN. 3,538 7 Memanfaatkan hubungan yang baik dengan pemasok bahan baku untuk mendapatkan harga yang tidak terlalu mahal. 3,537 8 Memanfaatkan harga produk yang terjangkau untuk menciptakan citra produk yang baik di mata konsumen. 3,484 9 Memanfaatkan harga produk yang terjangkau, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. 3,258 10 Merubah manajemen yang masih tradisional, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. 3,159 Dari 10 strategi SWOT tersebut, dipilih 3 total skor alternatif terbesar. Total skor alternatif terbesar akan menjadi rekomendasi strategi utama dalam penelitian ini. Hasil dari perhitungan ini telah didapatkan tiga strategi utama yang dipertimbangkan menurut hasil analisis QSPM. Tiga strategi prioritas utama menurut QSPM dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Tiga Strategi Utama menurut QSPM Ranking Strategi Total Alternatif Skor 1 Meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN. 4,536 2 Meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra produk. 4,398 3 Memanfaatkan produk makanan khas daerah dengan berbagai variasi rasa, untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis. 3,873 Tabel 32 mengindikasikan bahwa anggota kelompok agroindustri PKBL PTPN VII perlu meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah keseluruhan daya tarik total sebesar 4,536 Lampiran 17. Prioritas kedua adalah meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra produk dengan nilai daya tarik total sebesar 4,398 Lampiran 17 lalu memanfaatkan produk sebagai makanan khas daerah dengan berbagai variasi rasa untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis dengan total nilai sebesar 3,873 Lampiran 17. Strategi pertama yang direkomendasikan terkait dengan aspek keuangan yaitu dengan meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN. Daya dukung dana yang rendah merupakan salah satu hambatan usaha yang dimiliki anggota kelompok agroindustri keripik, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan sumber bahan baku, sehingga jumlah produksi pun terbatas. Untuk dapat meningkatkan daya dukung dana yang rendah artinya kelompok ini perlu lebih aktif mencari atau memanfaatkan sumber-sumber pendanaan dengan bunga yang rendah untuk dapat meningkatkan modal usaha guna mengembangkan usahanya. Dukungan dana dari pemerintah atau BUMN sangat dibutuhkan pula untuk meningkatkan citra produk. Strategi kedua yang direkomendasikan terkait dengan aspek produksi yaitu dengan meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra produk melalui peningkatan mutu produk dan promosi. Karena daya dukung dana yang rendah anggota kelompok tidak dapat berbuat banyak untuk meningkatkan skill dan keterampilan dalam berusaha. Untuk dapat meningkatkan skill dan penguasaan teknologi, maka PTPN VII harus membantu anggota kelompok dengan memberikan pelatihan-pelatihan manajemen dan kewirausahaan kepada Mitra Binaan untuk meningkatkan citra produk keripik. Karena sejauh ini, anggota kelompok masih menggunakan varian rasa berkualitas rendah pada produknya, sehingga rasa produk akan terasa pahit diujung lidah. PTPN VII juga harus membantu para anggota kelompok untuk mengikuti gelar karya PKBL BUMN pada acara-acara seperti Pameran Pasar Murah, Pameran Gebyar PKBL BUMN, Pameran Expo Nusantara, Pameran Gelar Dagang dan Bisnis Expo sebagai ajang mempromosikan usaha mitra binaan anggota kelompok agroindustri keripik. Bila anggota kelompok agroindustri PKBL PTPN VII dapat memanfaatkan citra produk yang baik, maka kesejahteraan anggota akan tercapai karena akan banyak pembeli yang datang untuk berkunjung dan membeli produk keripiknya. Sehingga perputaran persediaan barang akan membaik dan akan terus terjaga kualitasnya. Salah satu cara anggota kelompok untuk dapat meningkatkan citra poduknya yaitu dengan memanfaatkan skill dan penguasaan teknologi yang diberikan oleh PTPN VII terkait dengan meningkatkan mutu dan kualitas produk terhadap rasa dan varian rasa keripik, pengemasan produk berlabel dan pemberian tanggal kadaluarsa agar konsumen yakin terhadap produk yang dijual. Strategi ketiga yang direkomendasikan terkait dengan aspek pemasaran produk yaitu dengan memanfaatkan produk makanan khas daerah dengan berbagai variasi rasa, untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis. Keripik pisang merupakan salah satu makanan khas daerah Lampung, sehingga produk tersebut banyak dicari dan diminati oleh pengunjung baik dalam maupun luar daerah. Dengan memanfaatkan keripik pisang sebagai makanan khas daerah, maka anggota kelompok agroindustri seharusnya dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk menjadikan daerahnya sebagai sentra industri keripik yang terkenal di Kota Bandar Lampung. Karena kini, keripik pisang memiliki banyak variasi rasa baru. Para kompetitor produk sejenis berlomba-lomba untuk dapat meningkatkan mutu dan citra produk, untuk menarik minat konsumen. Dari ketiga strategi yag dihasilkan oleh Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif, pengaruh dari umur, tingkat pendidikan, dan lamanya usaha anggota sangat menentukan keberhasilan PKBL PTPN VII. Semakin tinggi umur anggota, maka semakin enggan anggota dalam menerapkan strategi yang direkomendasikan, karena biasanya mereka masih memakai kebiasaan lama yang diperoleh dari orang tuanya. Namun, anggota yang memiliki umur lebih muda, mereka mau menerapkan ilmu dan strategi yang didapat untuk mengembangkan usahanya, karena anggota muda mau belajar dan menerapkan teknologi terbaru yang diberikan oleh PTPN VII. Tingkat pendidikan anggotapun menentukan keberhasilan PKBL PTPN VII. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin giat dan mau menerapkan strategi yang didapat, begitupun sebaliknya. Selain itu, lamanya berusaha keripik juga akan menentukan keberhasilan PKBL PTPN VII, karena semakin lama anggota berusaha keripik, akan semakin paham dan mengerti tentang seluk beluk usahanya.

4.5 Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial yang harus dilakukan oleh PTPN VII adalah sebagai berikut: 1. PTPN VII harus mempromosikan produk binaannya tersebut kepada para tamu PTPN VII yang berkunjung ke Propinsi Lampung, karena para tamu akan mengingat merk atau produk yang disajikan oleh PTPN VII dan dapat membawa oleh-oleh khas lampung dari hasil produksi mitra binaannya sendiri. 2. PTPN VII harus lebih cermat mengawasi dan mendampingi para anggota kelompok agroindustri dalam mengembangkan usaha keripik dan mencatat sejauh mana perkembangan usaha anggota sejak adanya PKBL PTPN VII. 3. PTPN VII harus membantu anggota kelompok untuk mencari dan memanfaatkan bantuan dana maupun peralatan yang dapat meningkatkan produktivitas usaha keripik. Implikasi manajerial yang harus dilakukan oleh anggota kelompok agroindustri PKBL PTPN VII adalah sebagai berikut : 1. Pada aspek keuangan, anggota kelompok harus lebih aktif mencari dan memanfaatkan sumber-sumber pendanaan yang berbunga rendah. 2. Pada aspek produksi, anggota kelompok perlu meningkatkan skill dan penguasaan teknologi terkait peningkatan mutu dan citra produk dengan cara mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang diadakan oleh berbagai instansi-instansi setempat dan mengaplikasikan teori tersebut pada usaha keripiknya. 3. Pada aspek pemasaran, anggota kelompok perlu meningkatkan promosi produk kepada konsumen dengan mengikuti berbagai pameran-pameran, penggunaan kemasan berlabel, dan memberikan variasi rasa baru untuk meningkatkan minat para konsumen untuk membeli produknya. Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan PKBL PTPN VII mencakup aktivitas yang terkait dengan core business maupun yang sama sekali tidak terkait, sedangkan sumber dana diambilkan dari sebagian laba perusahaan, yang tren lima tahun terakhir jumlahnya terus meningkat. Adapun pelaksanaannya melalui program PTPN 7 merupakan suatu wujud kepedulian perusahaan terhadap kondisi sosial masyarakat, melalui suatu kegiatan pemberdayaan yang mendorong partisipasi masyarakat untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki sehingga mampu meningkatkan kemandirian. Dana Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil menunjukkan peningkatan seiring meningkatnya laba Perusahaan ditambah pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan dan jasa administrasi pinjaman. Pada tahun 2010, jumlah dana disalurkan melalui Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil sebesar 9 milyar rupiah dengan total akumulasi dana sampai dengan 2010 sebesar 44,81 milyar rupiah. Penyaluran Program Kemitraan dengan Usaha Kecil masih difokuskan pada usaha kecilmikro yang benar-benar memerlukan pembinaan dalam bentuk modal maupun bimbingan manajerial. Selain hal tersebut diprioritas pula kepada Usaha Kecil dalam bentuk cluster, antara lain pertanian, keripik, usaha mikro di pasar tradisional. Pada tahun 2010, Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil telah menyalurkan pinjaman sebesar 10,659 milyar rupiah, masing-masing sebesar 8,580 milyar rupiah untuk 750 unit usaha kecil menengah dan pinjaman sebesar 425,5 juta rupiah untuk 210 unit Mikro serta hibah sebesar 1,654 milyar rupiah. Dana tersebut didistribusikan ke sektor-sektor industri, jasa, perdagangan, peternakan, perikanan, pertanian, perkebunan dan jasa lainnya. Disamping bantuan dalam bentuk pinjaman lunak, Mitra Binaan juga menerima pembinaan melalui program-program pelatihan, pemaganganpendampingan, study banding dan promosi atau pameran. Strategi yang dilakukan oleh PTPN VII terkait dengan PKBL, sejalan dengan hasil penelitian ini. Hanya saja perlu fokus utama dan pendampingan lebih akurat untuk dapat mendidik dan melatih para anggota kelompok agar dapat turut serta aktif mengembangkan usahanya. Selain itu, PTPN VII harus gencar dalam membantu mempromosikan produk mitra binaannya kepada seluruh kalangan masyarakat. Karena seperti yang kita ketahui, para anggota tidak berfikir untuk menyisihkan sedikit keuntungannya untuk biaya promosi karena keterbatasan dana yang ada.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Aktivitas pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung dalam PKBL meliputi 1 Mengikuti kegiatan pelatihan teknis yaitu pelatihan manajemen usaha kecil dan 2 Mendapatkan dana program kemitraan bagi yang membutuhkan. Dari adanya pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dapat meningkatkan kinerja anggota kelompok, dan meningkatkan keterampilan anggota kelompok. Kinerja dari aktivitas kelompok dapat dilihat dari pemahaman anggota tentang kelompok, kehadiran anggota dalam setiap pertemuan yang diadakan oleh kelompok, kerjasama antar anggota, produksi keripik, omset penjualan dan pendapatan anggota sedangkan keterampilan anggota kelompok dilihat dari teknis produksi dan pemasaran hasil. Strategi pengembangan kemitraan yang dilakukan oleh PTPN VII untuk mendukung keberhasilan usaha mitra binaannya melalui analisis matriks IFE dan EFE, yang hasilnya digabungkan ke dalam matriks I-E. Masing-masing faktor internal dan eksternal dari IFE dan EFE disilangkan pada analisis SWOT sehingga didapatkan 10 strategi baru. Melalui analisis QSPM, 10 strategi yang dihasilkan oleh SWOT dikerucutkan menjadi 3 strategi. Tiga strategi utama tersebut yaitu : a Meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN; b Meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra produk; dan c Memanfaatkan produk sebagai makanan khas daerah dengan berbagai variasi rasa untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu : 1. Anggota kelompok perlu meningkatkan promosi produk kepada konsumen dengan mengikuti berbagai pameran-pameran, penggunaan kemasan berlabel,