Uji Aktivitas Antibakteri Asap Cair Tempurung Kelapa

33 Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa toksisitas akut dari asap cair tempurung kelapa rendah. Bila toksisitas akut suatu senyawa rendah, artinya pada dosis yang cukup besar saja menyebabkan hanya sedikit kematian, atau bahkan tidak menyebabkan kematian, maka dianggap bahwa semua toksisitas akut yang berbahaya dapat diabaikan dan LD 50 tidak perlu ditentukan Lu 2006.

4.2. Uji Aktivitas Antibakteri Asap Cair Tempurung Kelapa

Pengujian aktivitas antibakteri asap cair tempurung kelapa menggunakan Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa sebagai bakteri uji. Kedua jenis ini mewakili jenis bakteri Gram negatif dan Gram positif, selain ikut berperan dalam kontaminasi dan kerusakan makanan. S. aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk kokus dengan diameter 0,7-0,9 µm dan tumbuhnya secara anaerobik fakultatif. Bakteri ini memproduksi enterotoksin yang menyebabkan keracunan dan sering ditemukan pada jenis makanan yang mengandung protein tinggi seperti ikan, telur, daging dan sebagainya. Enterotoksin yang diproduksi oleh S. aureus bersifat tahan panas dan masih aktif setelah dipanaskan pada suhu 100 C selama 30 menit Fardiaz 1993. S. aureus banyak mencemari pangan karena tindakan yang tidak higienis dalam penanganan pangan Sunen 1998. Suhu optimum pertumbuhan S. aureus adalah 35-37 C dan dapat tumbuh pada pH 4,0-9,8 dengan pH optimum sekitar 7,0-7,8. P. aeruginosa merupakan salah satu bakteri yang sering menimbulkan kebusukan pada makanan seperti susu, daging, dan ikan. P. aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif, bersifat aerob dan dapat tumbuh pada media sederhana, bentuk sel bervariasi dari batang, koma, dan kadang-kadang bulat Doyle et al. 2001. P. aeruginosa mudah tumbuh dan menyebabkan kerusakan pada beragam produk pangan karena kemampuannya untuk menggunakan berbagai sumber karbon bukan karbohidrat dan komponen nitrogen sederhana sebagai sumber energi, mampu mensintesis sendiri vitamin dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya, dan tumbuh baik pada suhu dingin, serta menghasilkan senyawa-senyawa penyebab bau busuk pada pangan Frazier Westhoff 1988. Penentuan nilai MIC Minimum Inhibitory Concentration asap cair tempurung kelapa terhadap S. aureus dan P. aeruginosa dilakukan dengan metode 34 kontak pada medium cair. Nilai MIC dinyatakan sebagai konsentrasi terendah asap cair tempurung kelapa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri sebanyak 90 selama inkubasi 24 jam Cosentino et al. 1999 di dalam Sara 2004. Nilai MIC asap cair tempurung kelapa memberikan gambaran adanya respon ketahanan yang berbeda dari kedua jenis bakteri uji. Hasil pengujian nilai MIC disajikan pada Gambar 5 dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4,5,6, 7 dan 8. Gambar 5 Nilai MIC asap cair tempurung kelapa terhadap bakteri uji Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai MIC asap cair tempurung kelapa terhadap S. aureus sebesar 0,40 dengan penghambatan 91,11, sedangkan nilai MIC asap cair tempurung kelapa terhadap P. aeruginosa sebesar 0,22 dengan penghambatan 91,59. S. aureus lebih resisten daripada P. aeruginosa terhadap asap cair tempurung kelapa. S. aureus merupakan bakteri Gram positif dengan dinding sel disusun oleh rantai tetrapeptida yang terdiri dari L-alanil-D- isoglutaminil-L-lisil-D-alanin dan jembatan interpeptida yang terdiri dari lima unit glisin. Unit asam muramat disubstitusi oleh tetrapeptida yang dihubungkan oleh jembatan interpeptida dengan ikatan kovalen yang akan menghasilkan struktur yang kuat, sehingga struktur ini sangat tahan terhadap kerusakan Thorpe 1995. P. aeruginosa lebih sensitif diduga karena bakteri ini mempunyai protein porin PAO1 dengan diameter 2 nm, lebih besar dibanding protein porin OmpF 35 dan OmpC pada E. coli K-12 dengan diameter 1.2 nm. Asap cair tempurung kelapa dapat masuk ke dalam membran plasma bakteri Gram negatif melalui protein porin tersebut Helander et al. 1998.

4.3. Aplikasi Asap Cair Tempurung Kelapa pada Bakso Ikan