Penentuan Cara Pemberian Asap Cair Tempurung Kelapa

35 dan OmpC pada E. coli K-12 dengan diameter 1.2 nm. Asap cair tempurung kelapa dapat masuk ke dalam membran plasma bakteri Gram negatif melalui protein porin tersebut Helander et al. 1998.

4.3. Aplikasi Asap Cair Tempurung Kelapa pada Bakso Ikan

Tahap pertama untuk aplikasi asap cair tempurung kelapa pada bakso ikan adalah menentukan cara pemberian asap cair berdasarkan kriteria daya awet bakso ikan yang disimpan pada suhu kamar. Selain itu, juga ditentukan konsentrasi asap cair yang digunakan berdasarkan penerimaan konsumen.

4.3.1. Penentuan Cara Pemberian Asap Cair Tempurung Kelapa

Pemberian asap cair tempurung kelapa pada bakso ikan dilakukan dengan tiga cara, yaitu perendaman bakso dalam asap cair selama 30 menit, pencampuran asap cair ke dalam adonan bakso, dan pencampuran asap cair ke dalam air perebus bakso. Tiga cara tersebut dipilih berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya tentang penggunaan asap cair pada beberapa produk pangan. Perendaman produk dalam asap cair telah dilakukan pada daging Martinez et al. 2004 maupun pada fillet salmon Martinez et al. 2007, masing-masing selama 30 menit. Pencampuran asap cair pada produk pangan telah dilakukan pada pembuatan tepung asap Darmadji 2002 serta pada pembuatan mayonaise untuk memberikan aroma asap Kostyra Pikielna 2007, sedangkan pencampuran asap cair ke dalam air perebus telah digunakan dalam pengolahan fillet ikan Siskos et al. 2007. Konsentrasi asap cair yang digunakan pada tahap ini adalah kontrol, 1,0, 1,5, 2,0, dan 2,5. Parameter yang digunakan adalah parameter fisik yaitu timbulnya lendir pada bakso ikan. Kok dan Park 2007 menyatakan bahwa salah satu tanda kerusakan bakso adalah terbentuknya lendir yang menandakan adanya pertumbuhan bakteri . Bakso ikan yang telah diberi perlakuan dikemas dalam plastik HDPE steril dan disimpan pada suhu kamar. Pengamatan dilakukan setiap selang waktu 8 jam sampai bakso telah menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Hasil pengamatan parameter fisik untuk cara pemberian asap cair disajikan pada Tabel 7. 36 Tabel 7 Hasil pengamatan visual bakso ikan selama penyimpanan pada suhu kamar Cara pemberian asap cair Terbentuk lendir jam ke- Kontrol Ac 1,0 Ac 1,5 Ac 2,0 Ac 2,5 Perendaman bakso dalam asap cair 16 24 24 24 24 Pencampuran asap cair dalam adonan bakso 16 24 24 24 24 Pencampuran asap cair dalam air perebus 16 24 24 24 32 Tabel 7 menunjukkan bahwa pencampuran asap cair dalam air perebus lebih efektif untuk meningkatkan daya awet bakso ikan. Cara perendaman dan pencampuran asap cair dalam adonan bakso memberikan hasil yang sama. Lendir mulai terlihat pada jam ke-24 untuk konsentrasi asap cair 1,0 sampai 2,5, sedangkan bakso ikan tanpa penambahan asap cair telah terbentuk lendir pada jam ke-16. Cara perendaman bakso ikan ke dalam asap cair kurang efektif karena pada jam ke-24 bagian luar bakso masih bagus, tetapi bagian dalam sudah berlendir. Pencampuran asap cair dalam adonan bakso juga kurang efektif karena pada jam ke-24 bagian luar bakso sudah berlendir, tidak beda nyata dengan kontrol. Cara pencampuran asap cair dalam air perebus lebih efektif, pada konsentrasi asap cair 2,5 lendir pada bakso mulai terbentuk pada jam ke-32. Siskos et al. 2007 menyatakan bahwa pencampuran asap cair dalam air perebus akan melapisi bagian luar filet dan meresap masuk ke bagian dalam filet. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, cara pencampuran asap cair dalam air perebus digunakan pada tahap penyimpanan bakso ikan.

4.3.2. Penentuan Konsentrasi Asap Cair Tempurung Kelapa