38
bertanggung jawab sebagaimana dituntut oleh Code of Conduct for Responsible Fisheries.
4.9.2. Rezim pengelolaan MEY
Rezim pengelolaan MEY memiliki beberapa keuntungan sebagai tujuan pengelolaan perikanan. Keuntungan tersebut diantaranya dapat memberikan
berbagai peluang yang lebih baik dalam memenuhi beberapa kepentingan mendesak seperti pendapatan yang lebih baik bagi nelayan dan harga ikan yang lebih murah.
Rezim MEY sangat fleksibel dan dapat diadaptasikan untuk analisis cost and benefits bagi nelayan komersial Widodo Suadi 2006.
Tabel 6 hasil perhitungan menunjukkan bahwa effort ikan kembung lelaki pada rezim ini paling rendah yaitu sebesar 2.340 trip diantara rezim MSY dan open
access. Effort yang rendah justru menghasilkan rente ekonomi yang paling tinggi yaitu Rp 1.047.410.148,51. Rente ekonomi yang tinggi dapat mencegah terjadinya
alokasi yang tidak tepat karena kelebihan tenaga kerja ataupun modal. Berdasarkan konsisi aktual, pemanfaatan sumberdaya ikan kembung lelaki di
perairan Selat Sunda belum mengalami economic overfishing. Economic overfishing terjadi saat effort kondisi aktual lebih besar dari effort saat kondisi MEY. Effort
penangkapan aktual sebesar 516 triptahun masih jauh lebih rendah dari effort yang diperlukan pada rezim MEY sebesar 2.340 triptahun.
Pengelolaan yang optimal dan efisien secara sosial ada pada rezim MEY Maximum Economic Yield. Rezim MEY ini bisa diperoleh jika perikanan
dikendalikan den gan kepemilikan yang jelas atau disebut dengan istilah “sole
owner”Fauzi 2010. Keuntungan secara fisik biologi dan ekonomis untuk kelestarian sumberdaya ikan maka rezim pengelolaan dalam usaha perikanan yang
ideal berada pada rezim MEY.
4.9.3. Rezim pengelolaan MSY
Konsep MSY dikembangkan dari kurva biologi yang menggambarkan yield sebagai fungsi dari effort Widodo Suadi 2006. Berdasarkan analisis perhitungan
MSY hasil tangkapan ikan kembung lelaki sebesar 69.368,89 kg dengan effort 2.693 triptahun. Nilai tersebut menunjukkan tingkat produksi maksimum lestari yaitu
39
hasil tangkapan ikan kembung lelaki yang dapat ditangkap tanpa mengancam kelestarian sumberdaya ikan. Rezim MSY menghasilkan rente ekonomi lebih rendah
sebesar Rp 1.023.558.603,51 dari rente ekonomi rezim MEY Rp 1.047.410.148,51. Besarnya tingkat effort pada rezim MSY akan berdampak pada peningkatan biaya
operasional yang diperlukan. Rezim yang paling efektif dan efisien pada rezim MEY karena dengan effort yang lebih rendah dari rezim MSY akan tetapi tidak
memberikan dampak eksplotasi yang berlebih terhadap sumberdaya ikan kembung lelaki.
Hasil tangkapan pada kondisi aktual sebesar 17.376 kg dengan effort 516 triptahun. Effort pada kondisi ini belum melampaui effort yang dibutuhkan pada
kondisi MSY yang mencapai 2.693 triptahun. Menurut Widodo Suadi 2006, biological overfishing terjadi ketika tingkat upaya penangkapan melampaui tingkat
yang diperlukan untuk menghasilkan hasil tangkapan MSY. Sumberdaya ikan kembung lelaki dapat disimpulkan belum mengalami biologic overfishing karena
nilai effort aktual masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan effort pada rezim MSY.
4.9.4. Implikasi bagi pengelolaan ikan kembung lelaki