39
hasil tangkapan ikan kembung lelaki yang dapat ditangkap tanpa mengancam kelestarian sumberdaya ikan. Rezim MSY menghasilkan rente ekonomi lebih rendah
sebesar Rp 1.023.558.603,51 dari rente ekonomi rezim MEY Rp 1.047.410.148,51. Besarnya tingkat effort pada rezim MSY akan berdampak pada peningkatan biaya
operasional yang diperlukan. Rezim yang paling efektif dan efisien pada rezim MEY karena dengan effort yang lebih rendah dari rezim MSY akan tetapi tidak
memberikan dampak eksplotasi yang berlebih terhadap sumberdaya ikan kembung lelaki.
Hasil tangkapan pada kondisi aktual sebesar 17.376 kg dengan effort 516 triptahun. Effort pada kondisi ini belum melampaui effort yang dibutuhkan pada
kondisi MSY yang mencapai 2.693 triptahun. Menurut Widodo Suadi 2006, biological overfishing terjadi ketika tingkat upaya penangkapan melampaui tingkat
yang diperlukan untuk menghasilkan hasil tangkapan MSY. Sumberdaya ikan kembung lelaki dapat disimpulkan belum mengalami biologic overfishing karena
nilai effort aktual masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan effort pada rezim MSY.
4.9.4. Implikasi bagi pengelolaan ikan kembung lelaki
Pengelolaan sumberdaya perikanan fisheries resource management tidaklah hanya sekedar proses mengelola sumberdaya ikan tetapi sesungguhnya
adalah proses mengelola manusia sebagai pengguna, pemanfaat, dan pengelola sumberdaya ikan Nikijuluw 2005. Salah satu permasalahan dalam pemanfaatan
sumberdaya perikanan ialah seberapa banyak ikan dapat diambil tanpa mengganggu stok yang ada di alam itu sendiri Sari et al., 2009. Menurut pernyataan Aziz
Boer 2007, pemanfaatan ikan pelagis kecil yang termasuk ikan kembung lelaki ada kecenderungan telah terjadi overfishing di perairan Selat Sunda berdasarkan hasil
kajian Rencana Pengelolaan Perikanan Banten. Penelitian ini setelah dilakukan perhitungan terhadap potensi lestari MSY ikan kembung lelaki di sekitar perairan
Selat Sunda belum mengalami overfishing. Ikan kembung lelaki yang tertangkap belum mengalami overfishing secara biologi bila disesuaikan dengan pernyataan
Aziz Boer 2007 yang berbanding terbalik dengan hasil penelitian.
40
Hasil penelitian didapat dari data penangkapan yang hanya diambil berasal dari satu tempat yaitu PPP Labuan. Provinsi Banten terbagi lagi dalam beberapa
kabupaten, salah satunya Kabupaten Pandeglang dengan sembilan pelabuhan perikanan. PPP Labuan hanya salah satu dari kesembilan pelabuhan perikanan yang
daerah penangkapannya di perairan Selat Sunda. Pengambilan data yang hanya terpusat disatu tempat dan hanya terfokus pada ikan kembung lelaki saja kurang
mewakili untuk dapat dikatakan telah mengalami overfishing di perairan Selat Sunda.
Ikan kembung lelaki yang ditangkap belum mengalami economic overfishing karena effort aktual masih relatif rendah bila dibandingkan dengan effort
pada rezim MEY. Menurut Strydom Nieuwoudt1 1998, pengelolaan perikanan tidak hanya sebatas menyediakan sumber daya secara berkelanjutan tetapi juga
mencapai manfaat ekonomi secara efisien. Sesuai dengan pernyataan tersebut, pengelolaan dapat dilakukan dengan menerapkan rezim pengeloaan MEY yaitu
melakukan penambahan effort di PPP Labuan. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan menerapkan rezim MEY menurut Widodo Suadi 2006 antara lain ialah
memberikan pendapatan yang lebih baik bagi nelayan, harga ikan yang lebih murah, dan pendapatan yang dihasilkan lebih banyak bagi pemerintah daerah.
Penambahan effort sebaiknya dibarengi dengan penerapan Individual Transferable Quota ITQ. Instrumen ini menurut Fauzi 2005 dipandang sebagai
jawaban dari masalah hak kepemilikan yang timbul seperti yang biasa terjadi di dunia perikanan. Penerapan Individual Transferable Quota ITQ prinsip
pelaksanaanya dengan memberikan pre-rasionalisasi dengan menetapkan hak kepemilikan dan hak kepentingan umum menjadi hak kepemilikan sebagian atau
partial property right Fauzi 2005. Hak kepemilikan sebagian ini membuat masing- masing pelaku perikanan memperoleh kepastian terhadap bagian dari penangkapan
yang diperbolehkan. Menurut Satria 2002, selain itu juga penerapan ITQ dianggap dapat menjaga kelestarian sumberdaya dan juga efisiensi usaha penangkapan dapat
tercapai. Berdasarkan hasil matriks pada Tabel 4, penambahan effort lebih dikhususkan pada bulan Juni dan Juli disekitar daerah penangkapan Rakata, Sumur
Panaitan, dan Tanjung Lesung. Bulan-bulan tersebut terdapat TKG 5 yang telah melewati fase pemijahan.
41
Pendekatan selektivitas melalui regulasi ukuran mata jaring mechanical selection juga perlu dilakukan agar ukuran ikan yang belum matang gonad, dalam
proses matang gonad, dan sedang matang gonad tidak ikut tertangkap. Nilai Lm
50
ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki sebesar 208 mm. Pengaturan ukuran mata jaring ini diharapkan dapat menangkap ikan dengan ukuran
melebihi ukuran 208 mm. Ukuran pertama kali matang gonad merupakan indikator ketersediaan stok reproduktif sehingga nelayan diharapkan dapat menangkap ukuran
ikan yang lebih besar dengan TKG yang telah mengalami pemijahan Budimawan et al., 2004.
Hampir seluruh nelayan di Labuan masih menggunakan teknologi secara tradisional. Cara tradisional ini diduga menghasilkan hasil tangkapan aktual yang
masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan hasil tangkapan pada rezim MEY dan juga MSY. Penerapan teknologi modern seperti pengadaan GPS dan fish finder
perlu dilakukan dalam mengembangkan pengelolaan perikanan di PPP Labuan, Banten. Penerapan teknologi modern memudahkan nelayan Labuan melakukan
operasi penangkapan secara efisien dari segi biaya dan waktu. Hasil tangkapan dapat meningkat tanpa perlu membutuhkan waktu melaut yang lama.
Menurut pemaparan yang dijelaskan oleh nelayan, saat nelayan diperkenalkan dengan teknologi modern seperti fish finder, tidak adanya penyuluhan
dan praktek bagaimana penggunaan fish finder. Nelayan yang biasa melaut dengan cara tradisional hanya sementara menggunakan fish finder . Penggunaan yang tidak
dibarengi dengan pengetahuan cara pemakaiannya membuat alat tersebut menjadi rusak. Peran pemerintah dan stakeholder setempat sangat diperlukan demi
terciptanya pengelolaan perikanan yang lestari dan berkelanjutan.
42
5. KESIMPULAN DAN SARAN