dimana ikan banyak ditemukan, sehingga alat tangkap dapat dioperasikan dengan tepat. Kepadatan ikan secara horizontal diperlukan untuk mengetahui lokasi dimana
ikan banyak ditemukan, sehingga dapat mengurangi waktu dan bahan bakar dalam pengejaran kelompok ikan. Hal ini diharapkan akan meningkatkan jumlah hasil
tangkapan.
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang alat bantu rumpon yang dimiliki nelayan, menyebabkan rumponrumpon yang telah dipasang tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh nelayan. Sebaliknya dengan adanya rumpon, nelayan merasa dirugikan dan menimbulkan permasalahanpermasalahan yang berakibat pada
perusakan rumpon yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab. Hal ini disebabkan tidak sesuainya alat tangkap yang digunakan dengan alat tangkap yang
efektif digunakan di sekitar rumpon dan tidak tepatnya letak posisi rumpon yang telah dipasang. Oleh karena itu, perlu dianalisis dari segi unit penangkapan ikan yang
beroperasi dan rumpon yang telah dipasang.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk : 1 Mendeskripsikan kondisi umum unit penangkapan ikan yang beroperasi di
Pangandaran pasca tsunami. 2 Mengidentifikasi permasalahanpermasalahan pengembangan unit penangkapan
ikan dan rumpon. 3 Mengkaji dan merumuskan strategi pengembangan unit penangkapan ikan dan
rumpon di Pangandaran. 1.3 Manfaat
Manfaat penelitian ini yaitu : 1 Sebagai informasi bagi pengelolaan perikanan laut di Pangandaran
2 Sebagai bahan masukan bagi dinas terkait untuk mengembangkan perikanan tangkap di Pangandaran.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Unit Penangkapan Ikan
Unit penangkapan ikan merupakan kesatuan teknis dalam operasi penangkapan ikan, yang terdiri dari nelayan, alat tangkap, dan kapal. Ketiga unsur tersebut saling
berkaitan satu sama lain, sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan operasi penangkapan ikan.
1. Nelayan
Menurut UU No.31 tahun 2004 nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Sedangkan menurut Nurani 1987,
nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, dalam hal ini termasuk juru masak dan ahli mesin yang bekerja di
atas kapal. 2. Alat Tangkap Ikan
Alat tangkap yang beroperasi di Pangandaran diantaranya yaitu pancing rawai, jaring insang gillnet, jaring tiga lapis trammel net, pukat pantai, dan jaring jogol
dogol Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Ciamis 2007. 1 Pancing rawai
Menurut Ayodhyoa 1981, pancing rawai merupakan alat penangkap ikan yang terdiri atas rangkaian tali temali yang bercabangcabang dan pada setiap ujung
cabangnya diikatkan dengan sebuah pancing dan diberi umpan. Pancing rawai terdiri atas tali utama, tali cabang, mata pancing, umpan, pelampung, pemberat, dan bendera
sebagai tanda.
Pancing rawai diklasifikasikan kedalam tiga bagian yaitu berdasarkan letak pemasangannya di perairan, susunan mata pancing pada tali utama, dan jenis ikan
yang menjadi tujuan utama penangkapan. Berdasarkan letak pemasangan di perairan terdiri atas rawai permukaan surface long line, dan rawai pertengahan mid water
long line. Berdasarkan susunan mata pancing yaitu rawai mendatar horizontal long line dan berdasarkan jenis ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan yaitu rawai
tuna tuna long line.
2 Jaring insang gillnet Jaring insang gillnet adalah suatu jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring
yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring mesh size sama Ayodhyoa AU,1981. Jumlah mata jaring gillnet ke arah horizontal mesh
lengthML jauh lebih banyak dari jumlah mata jaring ke arah vertikal mesh depthMD. Dalam pengoperasiannya secara umum jaring insang terdiri atas beberapa
satuan jaring piece yang digabung menjadi satu dengan panjang antara 300500 m dan digunakan untuk menangkap ikan dan udang Subani dan Barus, 1989. Pada
bagian atas dilengkapi pelampung floats dan pemberat sinkers pada bagian bawah, sehingga tubuh jaring terentang secara vertikal didalam perairan. Hal ini diakibatkan
oleh kedua gaya yang berlawanan arah yaitu gaya berat yang dihasilkan oleh pemberat dan gaya apung yang dihasilkan oleh pelampung Ayodhyoa AU,1981.
3 Jaring tiga lapis trammel net
Menurut Nomura dan Yamazaki 1977 trammel net merupakan salah satu jenis jaring insang yang mempunyai konstruksi yang berbeda dengan jaring insang lainnya,
karena trammel net terdiri dari tiga lapis jaring dimana jaring lapisan dalam inner net terletak diantara jaring dengan ukuran lebih besar outer net. Pada umumnya
ukuran outer net adalah 45 kali lebih besar dari pada ukuran inner net. Ikan akan terpuntal pada mata jaring bagian dalam setelah melewati mata jaring bagian luar.
Trammel net memiliki beberapa bagian yang terdiri dari tali ris atas, pelampung, inner net, outer net, tali ris bawah, selvedge, dan pemberat.
Trammel net merupakan jenis alat tangkap yang sasaran utamanya untuk menangkap udang. Jaring insang tiga lapis ini menetap didasar atau hanyut menurut
arus kapal atau ditarik salah satu sisinya. Dua lapis dindingnya mempunyai mata besar sedangkan yang didalamnya bermata kecil dan tergantung longgar. Ikan akan
terpuntal pada jaring bagian dalam setelah menembus dinding bagian luar BPPI Semarang, 1996.
4 Pukat pantai
Pukat pantai beach seine adalah pukat kantong yang cara operasi penangkapannya dilakukan dengan melingkarkan jaring pada suatu areal tertentu dan
menariknya ke arah pantai melalui kedua sayapnya. Tujuan operasi adalah untuk menangkap jenis ikan yang melakukan ruaya ke pantai, baik jenis ikan pelagis
maupun ikan demersal. Perahu yang digunakan berukuran kurang dari 5 GT, dapat menggunakan tenaga dayung, layar, ataupun motor tempel. Ukuran jaring bervariasi
dari 20 sampai 40 meter dihitung dari ujung sayap hingga ke ujung kantongnya. Tali penarik pada masingmasing sayap dapat mencapai 400 meter Monintja, 1989.
5 Jaring jogol dogol
Dogol merupakan alat tangkap yang bagian atas mulut jaringnya agak lebih menjorok kedepan sehingga bentuk atau konstruksinya menyerupai pukat udang
trawl tetapi ukurannya lebih kecil dari pukat udang. Panjang jaring keseluruhan 20 meter yang terdiri atas tiga bagian utama yaitu sayap dengan panjang 13 m, badan
dengan panjang 6 m dan kantong dengan panjang 1,10 m Subani dan Barus, 1989.
Menurut Fauzy et al 1996 jaring dogol merupakan jenis alat tangkap yang ditebar dan ditarik dari kapal atau perahu. Jaring ini ditarik didasar perairan dengan
menggunakan selambar yang sangat panjang yang di ulur untuk mendapatkan sebanyak mungkin ikan yang tergiring masuk kedalam jaring. Tujuan penangkapan
dari alat tangkap ini yaitu ikan dasar atau demersal. Secara garis besar jaring dogol terdiri atas sayap, tali selambar, kantong, pemberat, pelampung, tali ris atas dan tali
ris bawah. Tali ris bawah memiliki ukuran lebih panjang dari tali ris atas sehingga menyebabkan bibir bawah dari jaring lebih menjorok kedalam.
3. Kapal
Menurut UU No.31 tahun 2004 kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lainnya yang di pergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung
operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian eksplorasi perikanan. Sedangkan menurut Iskandar dan
Novita 1997, kapal merupakan suatu bangunan terapung yang berfungsi sebagai wadah, tempat bekerja working area dan sarana transportasi.
2.2 Rumpon