Kondisi Umum Unit Penangkapan Ikan Di Pangandaran .1 Nelayan
                                                                                5  HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1  Kondisi Umum Unit Penangkapan Ikan Di Pangandaran 5.1.1 Nelayan
Nelayan  merupakan  sumberdaya  manusia  yang  mempunyai  peranan  yang sangat penting dalam keberhasilan operasi penangkapan ikan, karena nelayan sebagai
pelaksana  langsung  yang  terjun  dalam  melakukan  operasi  penangkapan  ikan. Berdasarkan data perkembangan jumlah nelayan dari KUD Minasari, sejak terjadinya
bencana tsunami tahun 2006 yang melanda Pangandaran dan sekitarnya, tidak hanya mengakibatkan rusaknya bangunan fisik tetapi juga mengakibatkan jatuhnya korban
sumberdaya  manusia  diantaranya  nelayan  Pangandaran,  maka  hal  ini  berdampak terhadap jumlah nelayan yang mengalami penurunan.
Berdasarkan tabel dan grafik perkembangan jumlah nelayan Pangandaran, pada tahun  2000  sampai  tahun  2001  terjadi  peningkatan  jumlah  nelayan  sebesar  8,71.
Sedangkan  pada  tahun  berikutnya  terjadi  peningkatan  sebesar  0,66.  Pada  tahun 2002 sampai tahun 2007 terjadi penurunan jumlah nelayan secara terus menerus, dan
pada tahun 2006 terjadi penurunan jumlah nelayan secara drastis sebesar 10,87 hal ini  disebabkan  bencana  tsunami  yang  melanda  Pangandaran  yang  mengakibatkan
jatuhnya  korban  manusia.  Sedangkan  pada  tahun  2007  terjadi  penurunan  jumlah nelayan sebesar 8,18 hal ini disebabkan benyak nelayan yang pindah profesi untuk
tidak menjadi nelayan.
Tabel 5 Perkembangan jumlah nelayan Pangandaran tahun 20002007
Tahun Jumlah Nelayan
orang Pertumbuhan
2000 700
 2001
761 8,71
2002 766
0,66 2003
764 0,26
2004 745
2,49 2005
727 2,42
2006 648
10,87 2007
595 8,18
Sumber : LPJ KUD Minasari 20002007
Gambar 10  Perkembangan jumlah nelayan Pangandaran 5.1.2 Perahu atau kapal
Kapal atau perahu yang ada di Pangandaran dapat dikelompokan menjadi tiga macam,  yaitu  perahu  tanpa  motor,  perahu  motor  tempel,  dan  kapal  motor.  Sampai
saat  ini  di  Pangandaran  perahu  yang  paling  banyak  digunakan  yaitu  perahu  motor tempel.  Kapal motor yang beroperasi di  Perairan  Pangandaran masih sangat sedikit
hal ini dikarenakan keterbatasan modal dan keterampilan nelayan yang masih kurang.
Perahu motor tempel di Pangandaran kebanyakan terbuat dari fibre glass yang menggunakan  jenis  mesin  tempel  berkekuatan  7  PK.  Perahu  tersebut  mempunyai
ukuran  dimensi  panjang  total  L
OA
7,011,5  meter,  lebar  B  0,81,2  meter,  dan dalam D 0,71,5 meter. Kapal motor yang beroperasi di Pangandaran  kebanyakan
dimiliki oleh nelayan yang memiliki modal cukup besar dengan ukuran kapal motor yaitu  sebesar  510  GT  yang  terbuat  dari  bahan  kayu  dengan  menggunakan  mesin
jenis  inboard.  Akibat  dari  bencana  tsunami  pada  tahun  2006,  kebanyakan  perahu perahu di Pangandaran mengalami kerusakan yang cukup parah dan hilang sehingga
terjadinya penurunan jumlah perahu. Setelah dilakukan rehabilitasi perikanan tangkap dengan  adanya  bantuan  perahu  motor  tempel  dari  pemerintah  setempat,  maka  di
Pangandaran terjadi peningkatan jumlah perahu motor tempel.
Tabel 6 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Pangandaran tahun 2000
2007
Tahun Perahu tanpa
motor unit Perahu motor
tempel unit Kapal motor
unit
2000 16
566 4
2001 23
589 4
2002 23
639 4
2003 
948 4
2004 
946 4
2005 
946 4
2006 
531 4
2007 
1.260 4
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Ciamis 2006 dan 2007
Gambar 11  Perkembangan jumlah armada penangkapan di Pangandaran Berdasarkan tabel dan grafik perkembangan jumlah armada penangkapan ikan
di  Pangandaran,  dapat  dilihat  bahwa  untuk  perahu  tanpa  motor  perkembangannya berhenti  pada  tahun  2002  hal  ini  disebabkan  nelayan  Pangandaran  memilih  untuk
ganti armada menjadi perahu motor tempel karena lebih praktis dan efisien dalam hal operasi penangkapan. Sedangkan untuk armada perahu motor tempel pada tahun 2000
sampai  2003  terjadi  peningkatan  secara  terus,  hal  ini  disebabkan  banyak  juragan juragan  yang  membeli  mesin  motor  tempel  untuk  disewakan  kepada  nelayan,  dan
Ju la
h u
it
Tahu Perke ba ga  ju lah ar ada pe a gkapa
Perahu ta pa otor
Perahu  otor te pel
Kapal  otor
nelayan  juga  merasa  lebih efektif  dengan  menggunakan  mesin  motor  tempel.  Pada tahun  2005  sampai  tahun  2006  jumlah  mesin  motor  tempel  mengalami  penurunan
secara drastis hal  ini disebabkan bencana  tsunami  yang melanda Pangandaran yang mengakibatkan rusak dan hilangnya perahu mesin motor tempel milik nelayan. Pada
akhir tahun 2006 pemerintah menurunkan bantuan diantaranya  perahu mesin  motor tempel  yang bertujuan  untuk  membantu  nelayan dalam operasi penangkapan pasca
tsunami,  sehingga pada  tahun  2007  jumlah perahu  mesin  motor  tempel  mengalami peningkatan secara drastis.
Sejak tahun 2000 Perkembangan kapal motor yang beroperasi di Pangandaran tidak  mengalami  perubahan,  hal  ini  disebabkan  karena  mahalnya  harga  armada,
kurangnya keahlian yang dimiliki oleh nelayan dalam mengoperasikan perahu kapal motor, dan  tidak  adanya  fasilitas  kolam pelabuhan untuk kapal motor diatas 5  GT.
Pada saat  bencana  tsunami  semua  kapal  motor  yang  terdapat di  Pangandaran  tidak mengalami  kerusakan,  hal  ini  dikarenakan  pada  saat  itu  kapal  motor  sedang
melakukan operasi penangkapan di laut. 5.1.3 Alat tangkap
Alat  tangkap  ikan  adalah  suatu  sarana  atau  fasilitas  yang  merupakan perlengkapan dalam suatu operasi penangkapan  ikan.  Alat  tangkap yang digunakan
nelayan pangandaran berjumlah 5 jenis alat tangkap diantaranya pancing rawai, jaring arad  pukat  pantai,  gillnet  jaring  sirang,  dogol  jogol,  dan  trammel  net
cikerjaring tiga lapis. Tabel 7 Perkembangan jumlah alat tangkap di Pangandaran tahun 20002007
Alat Tangkap Tahun unit
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
Pancing Rawai 195
213 213
84 85
85 50
85 Jaring Arad
Pukat pantai 16
18 18
37 12
12 14
14 gillnet
monofilament 837
747 747
684 598
598 385
1337 gillnet
multifilament 195
174 174
159 139
139 90
311 Dogol
187 187
187 141
158 158
97 97
Trammel net 433
433 433
83 94
94 52
52
Sumber : Dinas Kelautan dan perikanan Kab. Ciamis 2006 dan 2007
Gambar 12  Perkembangan jumlah alat tangkap di Pangandaran Pada  waktu  terjadi  bencana  tsunami  Pangandaran  dan  sekitarnya,  semua  alat
tangkap  yang  berada  di  sekitar  pantai  baik  yang  sedang  beroperasi  maupun  yang sedang  disimpan  mengalami  kerusakan  dan  kehilangan.  Hal  tersebut  menyebabkan
penurunan jumlah  unit alat  tangkap pada  tahun 2006.  Untuk  menstabilkan kembali kondisi perikanan tangkap di Pangandaran, pemerintah setempat memberikan bantuan
kepada  para  nelayan  berupa  alat  tangkap  jaring  gillnet,  dengan  adanya  bantuan tersebut maka terjadi penambahan alat tangkap. Sampai saat ini, alat tangkap gillnet
monofilament  merupakan  alat  tangkap  yang  paling  banyak  digunakan  di  perairan Pangandaran. Nelayan Pangandaran lebih banyak menggunakan alat tangkap gillnet
monofilament karena hasil tangkapan yang didapat merupakan hasil tangkapan yang bernilai ekonomi tinggi seperti  lobster, ikan Bawal putih,  tongkol, dan jenis udang
lainnya.
5.2  Deskripsi Unit Penangkapan Ikan Yang Beroperasi Di Pangandaran 5.2.1 Pancing rawai