Rumpon Analisis Perikanan Tangkap Pasca Tsunami di Pangandaran Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

2.2 Rumpon

Rumpon fish aggregating device merupakan alat pemikat yang digunakan untuk mengkonsentrasikan ikan, sehingga operasi penangkapan ikan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Menurut Subani 1986 diacu dalam Siddharta 2004 rumpon merupakan suatu benda yang menyerupai pepohonan yang ditanam dalam suatu perairan. Rumpon merupakan suatu sistem throphik level yang komplit, dimana dapat ditemukan mulai dari produsen phytoplankton sampai predator sebagai konsumen. Rumpon merupakan alat bantu yang berfungsi untuk merangsang ikan untuk datang berkumpul di sekitar rumpon, mulai dari ikan­ikan pelagis kecil sampai ikan pelagis besar Monintja dan Zulkarnain 1995. Prinsip suatu penangkapan ikan dengan alat bantu rumpon adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan agar lebih mudah tertangkap. Ada beberapa dugaan penyebab ikan berkumpul di sekitar rumpon diantaranya adalah karena rumpon berfungsi sebagai tempat berlindung dan mencari makanan Subani 1989 diacu dalam Siddharta 2004. Ikan di sekitar rumpon menciptakan suatu area makan dan dimakan, dimulai dengan tumbuhnya bakteri mikroalga dan dilanjutkan hewan­hewan kecil akan menarik perhatian ikan pelagis kecil serta datangnya ikan pelagis besar Subani 1972 dan Sondita 1986. Rumpon sangat mendukung keberhasilan penangkapan ikan dan juga meningkatkan efisiensi operasi penangkapan ikan. Penggunaan dan pemanfaatan rumpon telah banyak berkembang di perairan Pasifik termasuk Indonesia. Indonesia baru memperkenalkan dan berusaha memperbaiki konstruksi rumpon menjelang tahun 1980 melalui Direktorat Jenderal Perikanan dan juga perusahaan BUMN yang bergerak di bidang perikanan Nahumury 2001. Menurut Subani 1989 diacu dalam Siddharta 2004, rumpon terdiri dari tiga komponen utama yaitu pemikat ikan atraktor, jangkar dan pelampung. Atraktor merupakan bagian yang terpenting dari rumpon, karena berfungsi sebagai alat pemikat atau pengumpul ikan. Secara garis besar rumpon terdiri atas empat komponen utama, yaitu Pelampung float, tali panjang rope, pemikat attractor dan pemberat anchor. Panjang tali bervariasi, tetapi pada umumnya 1,5 kali kedalaman laut di mana rumpon tersebut dipasang. Bahan untuk pemberat yang kini banyak dipakai adalah drum yang diisi dengan semen konkrit. Bahan tali­temali yang baik adalah polypropilena, sedangkan untuk pemikat ikan adalah daun kelapa. Pelepah daun kelapa pada jarak tertentu disisipkan pada yang menghubungkan antara pemberat dan pelampung. Menurut Monintja 1987, persyaratan umum untuk komponen­komponen utama dari konstruksi rumpon adalah sebagai berikut : 1 Pelampung float : mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik bagian yang mengapung diatas 13 bagian, konstruksi cukup kuat, tahan terhadap gelombang dan air, mudah dikenali dari jarak jauh dan bahan pembuatannya mudah didapat. 2 Pemikat attractor :mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan, tahan lama, mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal, melindungi ikan­ikan kecil, bentuknya silinder dengan posisi arah ke bawah dan terbuat dari bahan yang kuat, dan murah. 3 Tali rope : terbuat dari bahan yang murah dan tidak mudah busuk, tahan terhadap benda­benda dan terhadap arus, mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap benda­benda lainnya dan tidak bersimpul. 4 Pemberat sinker : bahannya murah, kuat dan mudah didapat dan massa jenisnya besar dan bentuk permukaannya tidak licin. Menurut Barus 1993 diacu dalam Zakri 1993, tipe­tipe rumpon yang dikembangkan hingga saat ini dapat dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu : 1 Berdasarkan posisi dari pemikat atau pengumpul agregator, rumpon dibagi menjadi rumpon perairan permukaan, lapisan tengah dan dasar. Rumpon perairan permukaan terdiri dari perairan dangkal dan perairan dalam. 2 Berdasarkan kriteria permanensi, rumpon dapat dikelompokkan menjadi rumpon yang dijangkar tetapi dapat dipindah­pindahkan 3 Berdasarkan tingkat teknologi yang digunakan, rumpon dapat dikelompokkan menjadi tradisional dan modern. Dua jenis rumpon yang dikenal di Indonesia adalah rumpon laut dangkal, yang biasanya dipasang pada kedalaman kurang dari 100 m dan rumpon jenis kedua adalah rumpon laut dalam yang dipasang pada kedalaman lebih dari 600 m, bahkan bisa sampai sampai 1500 m. Rumpon jenis pertama dikenal dalam perikanan pelagis kecil, sedangkan jenis kedua pada perikanan pelagis besar Monintja dan Zulkarnain, 1995. Menurut Keputusan menteri Pertanian No. 51KPTSIK.2501997 rumpon dibedakan menjadi rumpon perairan dasar, rumpon perairan dangkal dan rumpon perairan dalam. Rumpon perairan dasar dipasang pada dasar perairan laut sampai dengan jarak 3 mil laut yang diukur dari garis pasang surut terendah dan diatas 3 mil­ 12 mil diukur dari garis pasang surut terendah pada waktu air surut. Rumpon perairan dangkal ditempatkan pada kedalaman sampai 200 m lebih. Rumpon perairan dalam adalah alat bantu penangkapan yang dipasang pada kedalaman lebih dari 200 m Sianipar, 2003.

2.3 Unit Penangkapan Ikan yang memanfaatkan rumpon