Analisis Permasalahan Pengembangan Unit Penangkapan Ikan dan Rumpon di Pangandaran

mil laut dan rumpon tidak dipasang secara zig­zag yang dapat mengakibatkan efek pagar. Berdasarkan informasi dari PPI Pangandaran, rumpon­rumpon yang telah dipasang mengalami kerusakan bahkan hilang. Hal ini disebabkan oleh perbuatan nelayan yang tidak bertanggung jawab. Nelayan merasa dirugikan dengan adanya rumpon tersebut karena jaringnya tersangkut pada rumpon, dan terganggunya jalur penangkapan.

5.5 Analisis Permasalahan Pengembangan Unit Penangkapan Ikan dan Rumpon di Pangandaran

Sejak di pasangnya beberapa buah alat bantu penangkapan ikan berupa rumpon di sekitar perairan Pangandaran terdapat beberapa permasalahan yang muncul dan mengakibatkan nelayan Pangandaran tidak mau lagi memanfaatkan rumpon. Permasalahan­permasalahan yang ada dalam pemanfaatan rumpon adalah permasalahan teknis dan permasalahan sosial. Kedua permasalahan ini merupakan permasalahan yang paling menonjol. 5.5.1 Permasalahan teknis Permasalahan teknis merupakan permasalahan utama yang timbul dalam proses pemanfaatan rumpon. Permasalahan ini mengakibatkan terganggunya proses operasi penangkapan ikan yang dilakukan nelayan Pangandaran. Permasalahan ini timbul karena nelayan Pangandaran kebanyakan belum mengetahui dan mengerti akan fungsi dan manfaat dari rumpon, ketidaksesuaian alat tangkap yang beroperasi di Pangandaran dengan alat tangkap yang memanfaatkan rumpon, dan tidak sesuainya letak pemasangan rumpon. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Kabupaten Ciamis 2007 bahwa alat tangkap yang beroperasi di perairan Pangandaran yaitu alat tangkap gillnet monofilament, gillnet multifilament, trammel net, jaring jogol dogol, dan pancing rawai. Menurut Baskoro dan Imron, 2006 alat tangkap yang efektif untuk dioperasikan di sekitar rumpon adalah pancing ulur hand line, huhate pole and line dan mini purse seine. Alat tangkap yang paling dominan yang digunakan oleh nelayan setempat adalah jenis jaring gillnet monofilament sehingga terjadi ketidaksesuaian antara alat tangkap yang digunakan dengan alat tangkap yang efektif di sekitar rumpon. Pengetahuan nelayan yang masih kurang dalam mengoperasikan alat tangkap gillnet dan trammel net di sekitar rumpon, menyebabkan jaring yang dipasang mengalamai kerusakan yang disebabkan tersangkutnya jaring pada rumpon. Perahu yang digunakan nelayan merupakan perahu bantuan tsunami dengan ukuran 1 GT, dimana perahu jenis ini hanya dapat menempuh jarak 5­10 mil, sedangkan di perairan 5­10 mil populasi ikan sudah menurun klik­galamedia.com. Ketidaksesuaian perahu, alat tangkap dan kurangnya pengetahuan nelayan tentang rumpon serta letak posisi rumpon yang tidak sesuai merupakan kendala bagi nelayan untuk tidak lagi memanfaatkan rumpon yang ada. Oleh sebab itu, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah dalam hal ini yaitu pihak PPI dan Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Ciamis untuk segera menyelesaikan permasalahan ini. Sebaiknya pemerintah bekerja sama dengan perkumpulan nelayan Rukun Nelayan Pangandaran untuk memberikan penyuluhan yang lebih intensif kepada para nelayan tentang fungsi dan manfaat rumpon serta alat tangkap yang efektif untuk digunakan di sekitar rumpon. Pemerintah juga harus memberikan pelatihan kepada nelayan melalui studi banding ke daerah yang telah berhasil dalam memanfaatkan alat bantu rumpon, dimana dalam pelatihan ini nelayan Pangandaran belajar untuk mengoperasikan alat tangkap yang efektif digunakan disekitar rumpon. 5.5.2 Permasalahan sosial Permasalahan sosial merupakan permasalahan lanjutan yang diakibatkan dari permasalahan teknis yang terjadi dalam proses pemanfaatan rumpon. Permasalahan ini timbul dari aktivitas nelayan yang melakukan operasi penangkapan ikan disekitar rumpon. Pada saat nelayan melakukan operasi penangkapn ikan disekitar rumpon dengan menggunakan jaring, karena pengaruh arus maka jaring yang dipasang itu tersangkut pada rumpon. Akibatnya nelayan merasa dirugikan karena jaringnya tersangkut dan mengakibatkan kerusakan, hal ini dialami oleh beberapa nelayan Pangandaran. Adanya kejadian seperti itu nelayan Pangandaran tidak hanya dirugikan oleh rusaknya jaring, tetapi nelayan itu dirugikan dengan gagalnya operasi penangkapan ikan yang berdampak pada hasil tangkapan yang menurun. Sesuai pengamatan di lapangan, permasalahan sosial ini terjadi akibat adanya ketidakharmonisan antara pihak PPI, Rukun Nelayan, dan nelayan sendiri. Berdasarkan informasi dari nelayan setempat, nelayan seringkali dirugikan dengan adanya rumpon tersebut. Upaya­upaya telah dilakukan oleh nelayan dengan cara melapor kepada Rukun Nelayan kemudian oleh Rukun Nelayan disampaikan kepada pihak PPI, akan tetapi dari pihak PPI tidak dapat memberikan solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan ini. Dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki nelayan akibat dari kekecewaan permasalahan itu beberapa nelayan yang tidak bertanggung jawab melakukan perusakan terhadap beberapa rumpon yang ada dengan cara menghilangkan tanda rumpon dan memotong beberapa bagian tali rumpon. Sehingga berdasarkan pengamatan dilapangan akibat dari perbuatan nelayan yang tidak bertanggung jawab, rumpon­rumpon itu keberadaannya sudah tidak diketahui. Oleh sebab itu, sebaiknya PPI dan Dinas Kelautan Perikanan serta Rukun Nelayan Pangandaran bekerja sama dengan cara memberikan pengarahan kepada nelayan tentang pentingnya alat bantu rumpon.

5.6 Prospek Pengembangan Unit Penangkapan Ikan dan Rumpon di Pangandaran