Kualitas Telur Terklorinasi HASIL DAN PEMBAHASAN

43 43 In de ks Putih T e lur Klorina s i P utih T e lur Ko ntro l 0.1 0 0.0 9 0.0 8 0.0 7 0.0 6 0.0 5 0.0 4 0.0 3 0.0 2 B oxp lo t In de ks P utih T e lur K on tro l d an T e lu r K lorin asi basa. Dengan demikian klorin yang terkandung dalam larutan tersebut adalah ion hipoklorit. Mengingat ion hipoklorit daya disinfeksinya lebih rendah daripada asam hipoklorit, maka dikhawatirkan daya disinfeksinya belum maksimal sesuai harapan. Dengan melakukan pengujian lanjut inokulasi telur SPF yang lebih dari 1 kali diharapkan daya disinfeksi ion hipoklorit tersebut dapat diketahui lebih jauh lagi.

4.6 Kualitas Telur Terklorinasi

Berdasarkan analisa menggunakan T-test 2 sample diperoleh hasil bahwa nilai P adalah 0,502 P0,05 untuk indeks putih telur dan 0,953 P0,05 untuk indeks kuning telur. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa antara telur yang diberi perlakuan klorinasi dengan telur yang tidak diberi perlakuan kontrol, secara nyata tidak memiliki perbedaan kualitas indeks putih telur dan indeks kuning telur pada 10 hari perlakuan Gambar 9. a. 44 44 In de ks Kuning T e lur T e rklorina si Kuning T e lur Kontro l 0.4 0 0.3 5 0.3 0 0.2 5 0.2 0 Boxplot Inde ks K uning T e lur Kontrol dan T e lur T e rklorinasi b. Gambar 9 Perbandingan indeks putih a. dan kuning telur b. kelompok kontrol dan kelompok klorinasi pada 10 hari perlakuan. Pengujian kualitas melalui penghitungan indeks digunakan karena indeks merupakan salah satu parameter kualitas yang paling bagus untuk menentukan kualitas telur konsumsi Yakubu et al. 2008. Menurut Harahap 2007, semakin lama waktu penyimpanan telur akan menyebabkan lapisan kutikula rusak dan pori-pori kerabang semakin membesar. Hal ini akan mengakibatkan air, gas CO 2 dan bakteri menjadi lebih mudah melewati kerabang sehingga kualitas dan kesegaran telur akan menurun. Penguapan air dan gas akan mengakibatkan pH putih telur menjadi meningkat. Hal ini kemudian mengakibatkan ovomucin menjadi cepat pecah sehingga putih telur menjadi encer. Disamping itu, membran vitelin yang memisahkan putih dan kuning telur menjadi rusak sehingga cairan dari putih telur masuk ke dalam kuning telur mengakibatkan nilai indeks kuning telur menjadi lebih rendah Romanoff dan Romanoff 1963 dalam Harahap 2007. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kualitas telur indeks putih dan kuning yang diklorinasi tidak terpengaruh oleh klorinasi. Keadaan tersebut kemungkinan dapat terjadi karena kutikula yang melapisi dan menutup pori-pori kerabang tidak rusak meskipun telah mengalami kontak dengan klorin. Dengan demikian, penguapan cairan dan gas dari dalam telur tidak lebih cepat dari telur kontrol 45 45 setelah perlakuan selama 10 hari sehingga hasil penghitungan kualitas indeks putih dan kuning telur dari dua kelompok perlakuan tersebut tidak berbeda nyata.

4.7 Residu Klorin pada Putih Telur