Telur sebagai Media Transmisi Virus Disinfeksi

18 18 Kebanyakan virus H5N1 resisten terhadap amantadin dan rimantadin, sedangkan resistensi terhadap zanamivir dan oseltamivir sangat jarang terjadi CFSPH 2008.

2.5 Telur sebagai Media Transmisi Virus

Wabah Influenza dapat mengakibatkan orang menjadi takut untuk mengkonsumsi produk unggas, termasuk telur Akpabio et al. 2007. Industri peternakan unggas dan poduknya memang mempunyai peran yang sangat penting sebagai pemicu dan pembawa virus. Produk unggas seperti daging dan telur dapat terkontaminasi oleh virus ini. Kerabang dapat mengandung virus Influenza menular yang diakibatkan oleh kontaminasi kotoran Mahardika et al. 2005, Swayne dan Beck 2004. Pemerintah China melalui Animal Quarantine Service in China AQSC menerapkan tindakan karantina yang ketat untuk mendeteksi kemungkinan adanya virus AI yang terbawa oleh unggas dan produknya sebagai upaya untuk mencegah pemasukan penyakit AI dari luar China. Selanjutnya pada tahun 2005, virus Influenza H5N1 pernah berhasil dideteksi oleh AQSC pada 3 telur bebek dan angsa dari total 30 telur yang disita. Air cucian kerabang tersebut memberikan hasil positif adanya virus AI dengan pengujian RT-PCR Li et al. 2006.

2.6 Disinfeksi

Disinfeksi adalah proses yang ditujukan untuk mematikan organisme berbahaya namun bukan berarti membuat suatu kondisi yang steril. Ada 2 faktor yang berpengaruh penting dan perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan disinfeksi, yaitu waktu kontak dan konsentrasi disinfektan. Pada suatu kondisi yang bisa dianggap konstan dengan mengendalikan faktor lain, maka proses disinfeksi dapat digambarkan melalui persamaan sebagai berikut : Kill C n x t n0 .1 Berdasarkan karakteristik tersebut, maka apabila konsentrasi yang digunakan rendah akan membutuhkan waktu kontak yang lebih lama, sedangkan penggunaan konsentrasi yang tinggi akan membutuhkan waktu kontak yang lebih singkat untuk mematikan suatu mikroorganisme Reynolds 1982, Sawyer et al. 1994. 19 19 Virus Influenza sangat peka terhadap beberapa macam disinfektan antara lain adalah klorin sodium hipoklorit, 70 etanol, agen pengoksidasi, amonium kuartener, aldehid formalin, glutaraldehid, formaldehid, fenol, asam, povidon iodine dan pelarut lemak. Agen penyakit ini juga dapat diinaktivasi dengan panas 56 C selama 60 menit, radiasi ionisasi dan pH rendah yang ekstrim pH 2 CFSPH 2008, EPA 2006. Keberadaan material organik seperti sekresi hidung dan feses akan membuat virus lebih resisten terhadap aplikasi bahan kimia maupun pengaruh fisik lingkungan, sehingga untuk tujuan disinfeksi material organik tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu. Dalam hal efektifitas, virus AI yang terlindungi oleh material organik dapat dibasmi dengan mengunakan formaldehid atau glutaraldehid, beta-propiolactone dan binary ethylenimine. Pada kondisi tanpa adanya material organik, virus dapat dibasmi dengan menggunakan fenol, ion amonium, agen pengoksidasi klorin, asam terlarut dan hydroxylamine Swayne dan Halvorson 2003 dalam EPA 2006.

2.7 Klorin dan Klorinasi Klorin