Titer Virus HPAI Subtipe H5 Sediaan Kaporit dan Dosis Klorin Penentuan berat kaporit untuk mendapatkan klorin ± 150 ppm

35 35

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Titer Virus HPAI Subtipe H5

Telur ayam ras konsumsi merupakan salah satu media pembawa agen penyakit Highly Pathogenic Avian Influenza HPAI yang berpotensi menyebarkan penyakit tersebut mengingat telah ada referensi dan bukti lapangan yang menyatakan bahwa virus AI Subtipe H5 dapat ditemukan pada permukaan kerabang. Menurut Mahardika et al. 2005, kerabang dapat mengandung virus Influenza menular akibat kontaminasi kotoran. Titer virus yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 8,5 EID 50 0,1 ml. Hasil tersebut diperoleh dari perlakuan titrasi dengan metode yang mengacu pada Hitchner et al. 1975, dengan rumus perhitungan menggunakan metode Spearman-Karber. Jumlah virus tersebut juga dapat digunakan sebagai campuran feses guna mencemari dan dicemarkan secara langsung pada permukaan kerabang ayam ras konsumsi.

4.2 Sediaan Kaporit dan Dosis Klorin Penentuan berat kaporit untuk mendapatkan klorin ± 150 ppm

Tabel 1 Rata-rata dosis klorin setelah penimbangan kaporit Berat Kaporit gram Dosis Klorin ppm Rata-rata Dosis ppm 0,0255 163,229 0,0259 152,490 0,0259 146,047 153,922 Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1, maka kaporit yang digunakan untuk perlakuan adalah berkisar 0,0255-0,0259 gram. Menurut FPTCDW 2007, klorin dalam bentuk sediaan kaporit mudah rusak dan terurai bila terpapar panas, terkontaminasi material organik dan terpapar kelembaban yang ekstrim Mengingat sifat klorin yang tidak stabil dan mudah rusak tersebut, maka untuk mengantisipasi inkonsistensi jumlah sediaan kaporit yang digunakan dalam menghasilkan dosis klorin, kaporit disimpan di tempat yang terhindar dari panas dengan kelembaban ruangan yang senantiasa terpantau pada wadah yang rapat sehingga tidak terjadi kontaminasi material organik. 36 36 Dosis klorin yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis tunggal, yaitu ± 153 ppm. Hal ini berdasar pada CAC 2000 dan Srikaeo dan Hourigan 2002 yang menyatakan bahwa dosis klorin untuk pencucian telur dalam rangka eliminasi bakteri patogen adalah berkisar antara 100-200 ppm. Dengan mengacu pada kisaran dosis yang telah terbukti efektif dalam mendisinfeksi bakteri, maka apabila hasil yang diperoleh juga efektif untuk mendisinfeksi virus AI, industri telur yang telah mengaplikasikan dosis tersebut tidak perlu merubah dosis penggunannya, meskipun metode yang digunakan berbeda. pH dan Suhu pada berat kaporit terlarut Tabel 2 Rata-rata pH dan suhu larutan klorin Berat Kaporit gram pH Suhu C Rata-rata pH Rata-rata Suhu C 0,0259 10,85 24 0,0258 10,86 24 0,0259 10,84 24 10,85 24 Derajat keasaman pH larutan kaporit yang mengandung klorin ± 153 ppm dengan media akuabides menunjukan suasana yang basa Tabel 2. Berdasarkan hal tersebut, kandungan total klorin yang ada dalam larutan tersebut diperkirakan adalah ion hipoklorit, bukan asam hipoklorit Sawyer et al. 1994. Ion hipoklorit mempunyai daya disinfeksi yang lebih rendah dibandingkan dengan asam hipoklorit Reynolds 1982. Oleh karena itu, kemungkinan daya disinfeksi terhadap virus HPAI Subtipe H5 yang mencemari permukaan kerabang tersebut akan menjadi kurang maksimal. Jenis sediaan klorin dalam bentuk padat yang mampu memberikan suasana asam ketika dilarutkan dalam air dan sudah tersedia secara komersil adalah Triklorit. Sediaan ini merupakan kaporit yang sudah dikombinasikan dengan asam isocyanurat sehingga ketika dilarutkan dalam air akan terbentuk asam hipoklorit yang lebih dominan daripada ion hipoklorit. Kelebihan dari Triklorit adalah ketika sudah dilarutkan tidak mudah rusak atau terurai. Namun demikian, hal ini tentunya menjadi perhatian tersendiri karena bila tidak mudah terurai akan berpotensi mengakibatkan kerusakan lingkungan. 37 37

4.3 Penentuan Demand Klorin Kerabang, Cairan Alantois Murni dan Feses