38
38 ppm diperkirakan cukup untuk melakukan klorinasi 8 butir telur bersih dan 5 butir
telur kotor secara berurutan selama 60 detik.
4.4 Viabilitas Virus HPAI Subtipe H5 pada Permukaan Kerabang
Hasil uji HA cepat terhadap viabilitas virus HPAI Subtipe H5 yang digunakan pada penelitian ini disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 5 Hasil uji HA cepat terhadap cairan alantois dari inokulasi langsung uji viabilitas virus yang mencemari permukaan kerabang bersih dan
kerabang kotor selama 21 jam
Berdasarkan data hasil uji HA cepat terhadap cairan alantois yang diperoleh dari inokulasi langsung uji viabilitas virus yang mencemari permukaan kerabang
bersih dan kerabang kotor bervirus, virus HPAI Subtipe H5 mampu bertahan hidup selama 21 jam pada suhu ruang ±25
C baik pada permukaan kerabang bersih maupun telur kotor Tabel 5. Pada kerabang bersih, berdasarkan hasil
analisa data dengan menggunakan Chi-Square SPSS, nilai P adalah 0,236 P0,05 Tabel 6. Dengan demikian, meskipun pola garis yang tampak pada
grafik peluang viabilitas virus Gambar 7 menunjukkan penurunan, dapat
x jam pada suhu ruang ± 25
C Hasil HA Cepat
Telur Bersih Hasil HA Cepat
Telur Kotor HA +
3 2
3 HA -
1 HA +
3 3
6 HA -
HA + 2
2 9
HA - 1
1 HA +
3 2
12 HA -
1 HA +
3 2
15 HA -
1 HA +
2 2
18 HA -
1 1
HA + 1
3 21
HA - 2
39
39 dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan atau pengaruh waktu yang nyata
terhadap viabilitas virus dalam setiap 3 jam pengamatan selama 21 jam. Berikut
ini adalah tabel hasil analisa data viabilitas virus HPAI Subtipe H5 pada permukaan kerabang bersih dan kotor:
Tabel 6 Hasil analisa Chi-Square uji viabilitas virus pada permukaan kerabang
bersih dan kotor
Kerabang Bersih
Value df
Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi-Square
8,029
a
6 0,236
Likelihood Ratio 8,993
6 0,174
Linear-by-Linear Association
3,603 1
0,058 N of Valid Cases
21
Kerabang Kotor
Value df
Asymp. Sig. 2-sided Pearson Chi-Square
2,625
a
6 0,854
Likelihood Ratio 3,957
6 0,682
Linear-by-Linear Association
0,063 1
0,803 N of Valid Cases
21
Pada kerabang kotor, nilai P adalah 0,854 P0,05 Tabel 6. Dengan demikian meskipun pola garis yang tampak pada grafik peluang viabilitas virus
Gambar 7 cenderung meningkat, tidak terdapat perbedaan atau pengaruh waktu yang nyata terhadap viabilitas virus dalam setiap 3 jam pengamatan selama 21
jam. Berikut ini adalah grafik hasil analisa data viabilitas virus HPAI subtipe H5 pada permukaan kerabang bersih dan kerabang kotor :
Gambar 7 Peluang viabilitas virus pada kerabang bersih garis warna merah dan kerabang kotor garis warna hijau.
Peluang Viabilitas Virus
0.25 0.5
0.75 1
1 2
3 4
5 6
7
40
40 Hasil analisa kedua perlakuan kerabang bersih dan kerabang kotor di atas
menunjukkan bahwa pada kedua jenis perlakuan tersebut, virus HPAI Subtipe H5 masih mampu bertahan selama 21 jam pengamatan pada suhu ruang ± 25
C. Selama waktu perlakuan tersebut, viabilitas bersifat konstan. Sehingga,
kemungkinan virus tersebut masih mampu hidup lebih dari 21 jam.
Virus yang terkandung dalam feses segar mampu bertahan lama di lingkungan dan tetap infektif pada beberapa kisaran suhu. Namun pada feses yang dibiarkan
kering semalaman, virus tidak dapat lagi dideteksi WHO 2006, EPA 2006. Viabilitas virus HPAI Subtipe H5 yang mencapai 21 jam tersebut memberikan
petunjuk bahwa apabila virus HPAI mencemari permukaan kerabang, maka telur yang tercemar virus mempunyai resiko untuk berperan sebagai media pembawa
penyebaran virus HPAI.
Virus HPAI selain menginfeksi unggas liar dan unggas domestik, juga dapat menginfeksi hewan lain seperti kucing dan anjing. Sebagaimana unggas, kedua
hewan tersebut mampu menyebarkan virus ke lingkungan melalui ekskresi dan sekresi dari tubuhnya Burgos dan Burgos 2007d. Berkaitan dengan hal tersebut,
banyak sekali peluang jalur maupun potensi unggas domestik dan manusia bisa tertular oleh virus AI. Keberadaan virus AI di lingkungan dapat memberikan
potensi resiko yang berbahaya bila virus tersebut menginfeksi dan beradaptasi pada tubuh hewan rentan maupun reservoir. Tidak ada jaminan bahwa kerabang
telur yang tercemar virus AI tidak akan menimbulkan bahaya penyebaran virus. Oleh karena itu, tindakan disinfeksi terhadap telur konsumsi harus diterapkan
sebagai upaya kehati-hatian untuk mencegah penyebaran virus yang lebih meluas dan berpeluang mengakibatkan penyakit pada unggas dan manusia.
4.5 Klorinasi Telur Ayam Ras Konsumsi