Analisis kebutuhan Identifikasi Permasalahan Implementasi Program Minapolitan

59 5 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas UU Nomor 32 tentang Pemerintah Daerah 7 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan 8 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah KabupatenKota 9 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 10 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Daerah 11 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41 Tahun 2008 tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Minapolitan 12 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP.31MEN2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan Kota 13 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP.18MEN2011 tentang Pedoman Umum Minapolitan 14 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 39 Tahun 2011 tentang Penetapan Lokasi Minapolitan 15 Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Propinsi Jawa Barat 2008-2013 16 Peraturan Daerah Kabupataen Sukabumi Nomor 13 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2005-2025 Lembaran Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2009 Nomor 13 Selanjutnya Nasrudin 2010 menambahkan beberapa regulasi terkait lainnya, yaitu 1 Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 523Kep.565- Dislutkan2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan Berbasis Perikanan Tangkap di Kabupaten Sukabumi, dan 2 Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 60 523.05kep566-Dislutkan2010 tentang Tim Pengelola Pengembangan Minapolitan Berbasis Perikanan Tangkap di Kabupaten Sukabumi. Output yang tak dikehendaki meliputi 1 kemiskinan nelayan, 2 penurunan stok sumber daya ikan, 3 konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut, 4 praktek monopoli dan bisnis tidak sehat di kawasan minapolitan, 5 nelayan kecil semakin terpinggirkan, dan 6 pola kerja sama kemitraan yang kurang adil. Melalui sistem kontrol manajemen minapolitan, output yang tak dikehendaki akan dikontrol dan diharapkan dapat memberikan informasi penting dalam pengelolaan selanjutnya. Output ini dapat dikendalikan dengan berbagai cara seperti 1 pengaturan jumlah upaya penangkapan yang beroperasi, 2 pengaturan waktu dan daerah penangkapan ikan disesuaikan dengan musim penangkapan, 3 pengaturan alat tangkap, 4 pembinaan usaha nelayan penangkapan dan pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah, 5 penanganan hasil tangkapan, 6 pola kerja sama kemitraan yang adil, 7 koordinasi dan konsolidasi lintas pelaku, serta 8 keberpihakan kebijakan anggaran yang berorientasi pada kepentingan masyarakat nelayan di kawasan minapolitan. Gambar 16 Struktur sistem minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu. Kebijakan dan Kinerja Kelembagaan Minapolitan Sistem Minapolitan Perikanan Tangkap Purse Seine Manajemen Manajemen Manajemen Integrasi pasar ikan antara zona inti dan zona penunjang Keterkaitan antar wilayah dan antar komoditas Integrasi kelembagaan kemitraan Daya saing industri terkait dalam kondisi optimal K eb ut uh an M en du ku ng K eb ut uh an M en du ku ng - Peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas produk perikanan - Peningkatan pendapatan nelayan - Integrasi pasar, rantai pasok dan kelembagaan minapolitan - Pengembangan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah Hasil yang diharapkan Integrasi rantai pasok komoditas tuna dan layur pemanfaatan sumberdaya Kemitraan bisnis minapolitan yang optimal Industrialisasi Perikanan di kawasan zona inti Mendukung Kebutuhan 61 Berdasarkan hasil identifikasi sistem sebagaimana telah dijelaskan pada Gambar 15, selanjutnya diformulasikan dalam bentuk struktur sistem minapolitan perikanan tangkap Gambar 16. Gambar 16 menunjukkan bahwa sistem minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu mencakup dua subsistem pokok, yaitu 1 industrialisasi perikanan di zona inti PPN Palabuhanratu dan 2 kebijakan dan kinerja kelembagaan minapolitan. Industrialisasi perikanan di PPN Palabuhanratu merupakan salah satu rencana aksi yang menjadi unggulan di kawasan minapolitan. Program tersebut seharusnya menjadi langkah awal dalam menumbuhkembangkan klaster industri perikanan tangkap di kawasan zona inti. Klaster industri perikanan tersebut akan berkembang dengan baik ketika terjadi integrasi rantai pasok supply chain dari komoditas ikan yang menjadi unggulan di kawasan minapolitan. Oleh karena itu, manajemen rantai pasok tuna dan layur merupakan kebutuhan mendasar dalam subsistem industrialisasi perikanan. Manajemen rantai pasok yang optimal dapat menjadi daya dorong bagi peningkatan daya saing industri terkait. Subsistem kebijakan dan kelembagaan minapolitan juga menjadi elemen kunci dalam sistem minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu. Dalam rangka menciptakan kebijakan dan kinerja kelembagaan minapolitan yang optimal membutuhkan integrasi kelembagaan minapolitan yang merupakan elemen kunci efektifnya sistem minapolitan tersebut. Kelembagaan minapolitan harus mampu menciptakan struktur kelembagaan dengan peran dan fungsi yang jelas sehingga tidak terjadi tumpang tindih kewenangan di antara kelembagaan yang ada. Koordinasi yang baik di antara kelembagaan yang berperan dalam sistem minapolitan merupakan kunci sukses terbentuknya integrasi kelembagaan kemitraan minapolitan. Selanjutnya diharapkan dapat terbentuk kemitraan bisnis minapolitan yang optimal dan berkelanjutan. Kebijakan dan kinerja kelembagaan minapolitan juga diharapkan dapat mendukung terjadinya proses integrasi pasar yang dapat mencerminkan adanya keterkaitan antar wilayah dan antar komoditas antara zona inti PPN Palabuhanratu dan zona pendukung daerah sekitarnya. Integrasi pasar dalam kondisi optimal ketika kebijakan pemerintah berorientasi pada optimalisasi dan peningkatan intrastruktur transportasi, fasilitas pelabuhan perikanan, sistem informasi harga dan pasar yang transparan. Integrasi 62 antara zona inti dan zona pendukung tersebut akan memperkuat terbentuknya industrialisasi perikanan di zona inti yang merupakan pusat pertumbuhan ekomomi bagi daerah-daerah sekitarnya. Subsistem industrialisasi perikanan dan subsistem kebijakan dan kelembagaan yang berjalan dengan baik tercermin oleh adanya kemitraan bisnis minapolitan yang optimal, keterkaitan antar wilayah dan komiditas, serta daya saing industri terkait dalam kondisi optimal. Resultan dari kedua subsistem tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan tercapainya tujuan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu seperti 1 peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas produk perikanan, 2 peningkatan pendapatan nelayan, 3 integrasi pasar, rantai pasok dan kelembagaan minapolitan, dan 4 pengembangan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi daerah.

4.2 Analisis Model Integrasi Pasar, Rantai Pasok dan Kelembagaan

Mengacu pada struktur sistem minapolitan perikanan tangkap sebagaimana Gambar 16, analisis model integrasi dalam pengembangan minapolitan dibatasi pada 3 aspek yaitu 1 model integrasi pasar ikan komoditas unggulan, 2 model integrasi supply chain komoditas unggulan, dan 3 model integrasi kelembagaan minapolitan.

4.2.1 Analisis model integrasi pasar ikan tuna dan layur

Data time series yang digunakan untuk menganalisis integrasi pasar tuna adalah harga ikan tuna yang dicatat di PPN Palabuhanratu dan harga ikan tuna yang dicatat di Tokyo Central Wholesale Market TCWM. Data time series yang diolah untuk menganalisis integrasi pasar layur adalah harga ikan layur dicatat di PPN Palabuhanratu, CFR Cina, dan 5 PPITPI lain di kawasan Teluk Palabuhanratu Cibangban, Cisolok, Ciwaru, Minajaya, dan Ujung Genteng. Perbedaan harga ikan di pasar acuan PPN Palabuhanratu, TCWM dan CFR Cina menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya integrasi pasar selain adanya fasilitas sarana dan prasarana pasar, serta jaringan transportasi dan komunikasi yang baik.