89 kemitraan rantai pasok yang pada akhirnya memberikan dampak positif terhadap
kinerja kemitraan.
4. Sumberdaya rantai pasok
Sumberdaya rantai pasok khususnya sumberdaya ikan merupakan faktor penting yang harus dijaga kelestariannya. Jika kelestarian sumberdaya ikan
terganggu akan berdampak pada semakin susahnya nelayan produsen mendapatkan ikan bahan baku produk. Penurunan produksi nelayan berdampak
pada penurunan kinerja anggota rantai pasok lainnya. Pihak perusahaan juga akan mengalami kerugian yang cukup besar jika pasokan ikan dari nelayan tidak lancar
bahkan pada tingkat kerugian tertentu perusahaan akan bangkrut.
Gambar 25 Trend produksi layur di PPN Palabuhanratu tahun 2003-2011.
Gambar 26 Trend produksi tuna di PPN Palabuhanratu tahun 2003-2011.
- 50,000
100,000 150,000
200,000 250,000
300,000
Tahun
Pr o
d u
k s
i K
g
Ikan Layur 114,591
145,537 188,993
222,642 246,691
203,203 103,230
36,730 147,864
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011
- 500,000
1,000,000 1,500,000
2,000,000 2,500,000
3,000,000
Tahun P
ro d
u ks
i K
g
Yellowfin tuna 178,089
641,702 1,495,105
677,842 683,271
590,557 542,584
1,730,949 1,069,438
Bigeye tuna 69,865
103,625 273,246
562,035 1,289,866
1,403,295 1,272,155
2,525,957 1,940,034
Rata-rata 123,977
372,664 884,176
619,939 986,569
996,926 907,370
2,128,453 1,504,736
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011
90 Gambar 25 menunjukkan bahwa produksi layur cenderung naik mulai tahun
2003 sampai 2007 kemudian cenderung turun hingga tahun 2010. Produksi layur tahun 2011 naik dibanding dua tahun sebelumnya tetapi tidak setinggi tahun 2007.
Produksi layur tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu mecapai 246.691 kg sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2010 yang hanya mencapai
36.730 kg 15 dari produksi tertinggi yang dihasilkan pada tahun 2007. Produksi layur tahun 2011 hanya mencapai 60 dari produksi tertinggi yang
pernah dicapai tahun 2007. Lubis dan Sumiati 2011 menganalisis data hasil tangkapan layur di PPN Palabuhanratu tahun 1996-2005 untuk memproyeksi hasil
tangkapan layur 10 tahun ke depan dengan motode peramalan model dekomposisi multiaplikatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa proyeksi produksi
layur tahun 2008-2017 cenderung menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumya sehingga proyeksi tahun 2017 hanya mencapai 136,9 ton. Dijelaskan pula bahwa
penurunan produksi tersebut dapat diantisipasi dengan meningkatkan pelayanan terhadap unit penangkapan pancing ulur agar mau mendaratkan hasil
tangkapannya di PPN Palabuhanratu dan mendatangkan ikan layur dari TPI-TPI yang berada di Teluk Palabuhanratu.
Kondisi yang berlawanan terjadi pada sumberdaya ikan tuna Gambar 26, di mana trend produksi cenderung naik sejak tahun 2003 hingga 2012. Akan
tetapi jika dilihat dari jenis tunanya, terjadi fluktuasi produksi yang cukup tajam pada yellowin tuna. Trend produksi yellowfin naik pada periode tahun 2003-2005
dan kemudian trend produksi kembali turun pada periode tahun 2006-2008. Puncak produksi yelllowfin tertinggi selama 9 tahun terakhir terjadi pada tahun
2010 1.730.949 kg, tetapi tahun 2011 produksinya kembali turun 1.069.438 kg. Pada jenis bigeye tuna, produksinya cenderung meningkat sejak tahun 2003-2010.
Puncak produksi bigeye tuna terjadi pada tahun 2010 2.525.957 kg meskipun pada tahun 2011 produksinya kembali turun 1.940.034 kg. Fenomena yang
menarik dan perlu dikaji lebih lanjut adalah terjadinya pergeseran dominasi hasil tangkapan bigeye tuna sejak tahun 2007 dimana pada beberapa tahun sebelumnya
didomisasi oleh yelllowfin. Fenomena tersebut diduga karena terjadi perubahan struktur komunitas sumber daya tuna di perairan Selatan Jawa. Perubahan struktur
komunitas dapat terjadi akibat terjadinya perubahan pola migrasi ikan tuna atau
91 pun gejala over fishing dan over capacity. Perubahan struktur komunitas tuna
tersebut kemungkinan direspon nelayan dengan melakukan adaptasi unit penangkapan yang digunakan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa jumlah
armada longline semakin meningkat sejak tahun 2007 dimana hasil tangkapannya didominasi oleh jenis bigeye tuna. Proyeksi produksi tuna PPN Palabuhanratu
menurut Lubis dan Sumiati 2011 cenderung meningkat hingga tahun 2017 dengan proyeksi produksi mencapai 1.2911,2 ton. Proyeksi ikan tuna di PPN
Palabuhanratu yang menunjukkan peningkatan, dapat menjadi peluang untuk meningkatkan produktivitas industri pengolahan ikan berbahan baku ikan tuna.
Trend produksi tuna dan layur yang terjadi selama 9 tahun terakhir di
Palabuhanratu harus menjadi perhatian pihak pemerintah pengambil kebijakan dan pihak anggota rantai pasok. Pemerintah harus dapat mengkaji dan memahami
fonomena trend produksi tuna dan layur untuk mengetahui sejauh mana gejala over fishing
telah terjadi pada sumberdaya ikan tersebut. Selain itu, perlu dikaji dan dipahami juga mengenai optimalisasi alokasi unit penangkapan tuna dan
layur. Proses kajian tersebut tidak harus dilakukan sendiri oleh pihak pemerintah tetapi dapat dilakukan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi terkait. Dalam
kasus ini, link and match antara pihak perguruan tinggi, pihak pemerintah dan pihak industri perikanan merupakan faktor penting yang harus dipahami oleh
ketiga pihak tersebut. Selain suberdaya ikan, sumberdaya fisik infrastruktur transportasi,
pelabuhan dan telekomunikasi harus dapat mendukung pengembangan industrialisasi perikanan di PPN Palabuhanratu. Kondisi transportasi darat di
Palabuhanratu relatif cukup baik, namun masih perlu beberapa peningkatan kualitas jalan sehingga dapat mempercepat proses distribusi produksi ikan.
Kemacetan jalur Sukabumi-Jakarta merupakan masalah yang dikeluhkan pihak perusahaan sedangkan kualitas jalan dari TPIPPI lain ke PPN Palabuhanratu
merupakan masalah yang dikeluhkan pihak pedagang pengumpul. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan 2010, pengembangan kawasan minapolitan
Palabuhanratu akan didukung dengan rencana makro Jawa Barat tentang penuntasan jalan lintas selatan Jawa Barat. Sepanjang 376,53 km, jalan lintas
selatan Jawa Barat yang semula non status dan jalan provinsi menjadi jalan
92 nasional. Gambar 27 menunjukkan bahwa jalan lintas selatan Jawa Barat yang
diusulkan berstatus jalan nasional terdiri dari 3 segmen yaitu: 1 Segmen 1 status Provinsi:
1 Bagbagan Palabuhanratu - Surade Sukabumi Selatan : 57,74 km 2 Cilautereun - Pameungpeuk
: 10,43 km 2 Segmen 2 Non Status :
1 Surade - Kalapagenep Ciamis : 257,75 km
3 Segmen 3 Status Provinsi : 1 Kalapagenep - Pangandaran Ciamis
: 50,25 km 2 Kalipucang-Batas Jawa Tengah
: 0,36 km
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan 2010
Gambar 27 Rencana penuntasan jalan lintas selatan Jawa Barat.
Selain rencana pengembangan infrastruktur jalan lintas selatan Jawa Barat, rencana pengembangan PPN Palabuhanratu menjadi Pelabuhan Perikanan
Samudera merupakan salah satu solusi untuk mempercepat proses industrialisasi perikanan di kawasan PPN Palabuhanratu. Dalam rangka mewujudkan status PPN
menjadi PPS, KKP telah merencanakan lokasi pengembangan PPN seluas 120 hektar Gambar 28. Pada tahun 2011, KKP telah mengalokasikan dana 8 milyar
untuk membebasan lahan 20 hektar guna pengembangan darmaga III kolam
93 pelabuhan beserta fasilitasnya. Akan tetapi, Panitia 9 yang dibentuk oleh Pemda
gagal merealisasikannya karena kendala waktu yang terlalu singkat. Akibatnya, dana harus dikembalikan ke kas negara. Sebagai tindak lanjut, pada tahun 2012,
KKP telah menyetujui alokasi anggaran sebesar 3,2 milyar. Total pembangunan darmaga III membutuhkan angaran sekitar 25 milyar dimana realisasi
pembangunannya akan dilakukan secara bertahap. Dalam mewujudkan kawasan industri perikanan di PPN Palabuhanratu, telah dibuat rencana lokasi kawasan
industri perikanan seluas 100 haktar. Pembiayaan rencana tersebut diharapkan dari Pemda propinsi dan kabupaten, namun realisasinya sangat tergantung dari
kebijakan anggaran Pemda.
Sumber: PPN Palabuhanratu 2012
c
Gambar 28 Rencana lokasi industri perikanan dan pengembangan pelabuhan di kawasan PPN Palabuhanratu.
Menurut Lamatta 2011, PPN Palabuhanratu telah memiliki rencana kegiatan prioritas di kawasan inti minapolitan sampai tahun 2014, yaitu 1
kegiatan prioritas di kawasan inti minapolitan tahun 2011 meliputi pengembangan areal pelabuhan berupa kegiatan pembebasan lahan dan pensertifikatan tanah serta
pembangunan pasar ikan lanjutan, 2 kegiatan prioritas di kawasan inti minapolitan tahun 2012 berupa pembangunan darmaga III untuk kapal di atas 500
94 GT, 3 kegiatan prioritas di kawasan inti minapolitan tahun 2013 berupa kegiatan
areal industri pelabuhan perikanan meliputi kegiatan pembebasan lahan dan pensertifikatan tanah, 4 kegiatan prioritas di kawasan inti minapolitan tahun 2014
berupa pembangunan areal industri pelabuhan perikanan dengan penataan unit bisnis perikanan terpadu.
Hasil studi review masterplan dan detail pengembangan PPN Palabuhanratu tahuan III Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011
b
menyebutkan bahwa rencana pengembangan PPN Palabuhanratu akan diimplementasikan dalam
tiga tahapan, antara lain; 1 Pengembangan jangka pendek
Pengembangan jangka pendek Lampiran 9 diarahkan pada penyediaan fasilitas yang dapat digunakan untuk menampung operasional armada yang
sudah ada dan merangsang pertumbuhan armada sehingga dapat memanfaatkan potensi perikanan yang ada. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap pengembangan jangka pendek adalah membangun fasilitas pelabuhan, yaitu ;
1 Membangun fasilitas pokok pelabuhan yang meliputi a breakwater yang membentuk kolam pelabuhan baru, b pengerukan kolam pelabuhan
sampai dengan kedalaman -5,5 m LWS dan membuat alur pelayaran, c dermaga yang dapat menampung pertumbuhan armada kapal, d rambu
navigasi, e jaringan jalan agar pelabuhan dapat diakses dengan mudah dan f jaringan drainase.
2 Membangun fasilitas fungsional pelabuhan yang meliputi a fasilitas muat termasuk gudang perbekalan, tempat distribusi BBM, dan pabrik es, b
fasilitas bongkar ikan tuna segar berupa cool room, c fasilitas bongkar ikan tuna beku berupa cold storage, d tempat perbaikan jaring, e kantor
pelabuhan perikanan, dan f toilet umum. 3 Membangun fasilitas fungsional pelabuhan yang meliputi a jaringan
komunikasi, b jaringan listrik, c unit pengolahan limbah baik padat dan cair, serta d tempat pembuangan sampah.
95 2 Pengembangan jangka menengah
Pengembangan jangka menengah Lampiran 10 diarahkan untuk meningkatkan dan melengkapi fasilitas laut dan darat pelabuhan agar dapat
berjalan sesuai proyeksi sebagai Pelabuhan Perikanan Samudera PPS. Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:
1 Membangun dan melengkapi fasilitas dasar yang meliputi a keperluan dermaga muat dan tambat untuk kapal dengan kapasitas sampai dengan
500 GT, b pengerukan kolam pelabuhan sampai dengan kedalaman -6,0 m LWS sehingga dapat mempertahankan kedalaman kolam -5,5 m LWS,
dan c menambah jaringan drainase; 2 Membanguna dan melengkapi fasilitas fungsional pelabuhan, meliputi a
pembanguna shelter nelayan, b tempat perbaikan termasuk bengkel dan gudang peralatan, c pembangunan ruang genset dan utilitas, serta d
pembangunan pos jaga pelabuhan; 3 Membangun dan melengkapi fasilitas penunjang pelabuhan, meliputi a
pembangunan gedung serbaguna, b fasilitas umum termasuk kantin, c pembanguna tempat rekreasi, dan d persiapan lahan untuk zona industri di
wilayah pelabuhan perikanan. 3 Pengembangan jangka panjang
Pengembangan jangka panjang Lampiran 11 diarahkan untuk mencapai kelas pelabuhan sebagai pelabuhan perikanan samudera dengan
melengkapi dan meningkatkan fasilitas yang ada. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai arahan pengembangan jangka panjang tersebut adalah 1
pemeliharaan terhadap fasilitas pokok pelabuhan, termasuk di dalamnya yaitu pengerukan berkala, 2 melengkapi dan merawat fasilitas fungsional yang
sudah ada, 3 melengkapi dan merawat fasilitas penunjang yang telah dibangun sebelumnya, dan 4 persiapan lahan untuk zona industri II di sekitar
wilayah pelabuhan.
5. Proses bisnis rantai pasok
Proses bisnis rantai pasok yaitu aktivitas- aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan. Menurut Marimin dan Maghfiroh 2011, proses
96 bisnis rantai pasok menerangkan bagaimana mekanisme bisnis yang terjadi di
dalam rantai pasok. Oleh karena itu, faktor penting yang perlu diketahui adalah bagaimana keterkaitan yang terjadi di antara anggota rantai pasok dan
pengaruhnya bagi proses bisnis. Pada penelitian ini, deskripsi proses bisnis rantai pasok tuna dan layur dibatasi pada aspek, yaitu 1 hubungan proses bisnis rantai,
dan 2 pola distribusi. 1 Hubungan proses bisnis rantai
Hubungan proses bisnis rantai pasok tuna dan layur menggambarkan hubungan di antara para pelaku dalam rantai pasok dan keterkaitan yang terjadi
serta pengaruhnya dalam proses bisnis. Proses bisnis dapat terjadi karena adanya proses permintaan dan penawaran dari produsen sampai dengan konsumen.
Menurut Chopra dan Meindl 2004 diacu Marimin dan Maghfiroh 2011 menjelaskan bahwa hubungan rantai bisnis yang terjadi dalam rantai pasok dapat
ditinjau dari segi siklus rantai pasok dan proses pullpush. Pada proses pull tarik, proses dilakukan untuk merespon pesanan konsumen, kemudian pada proses push
dorong, proses dilakukan untuk mengantisipasi pesanan konsumen yang akan datang.
Gambar 29 Siklus-siklus proses dalam rantai pasok tuna dan layur.
Pemilik Kapal pedagang pengumpul
Nelayan
Perusahaan pengekspor di Palabuhanratu
Konsumen Pull
Push Pull
Push Pull
Push Pelanggan di pasar
tujuan ekspor