tenaga kerja 84.8 serta dapat memaksimalkan penyaluran dana sebesar 84.8 dan pendapatan operasional sebesar 76.9. Secara keseluruhan efisiensi rata-rata Bank
Syariah Mandiri sebesar 76.23 dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK sebesar 76.23, aset tetap sebesar 60.66, beban tenaga kerja sebesar 76.23 serta
kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 75.14 dan pendapatan operasional sebesar 74.68.
Setelah melihat skor efisiensi dari masing-masing bank yang terbentuk dari hasil Spin off. Selanjutnya adalah mengetahui skor rata-rata efisiensi dari
keseluruhan perbankan yang terbentuk dari hasil Spin off. Dari keseluruhan perbankan yang yang terbentuk dari hasil Spin off didapat skor efeisiensi rata-rata
sebesar 81.25.
D. Hasil Efisiensi Rata-rata Bank yang Merger – Akusisi dan Spin Off
Untuk melihat perbandingan dari skor efisiensi rata-rata setiap triwulan dari keseluruhan perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi serta spin off,
maka akan dijelaskan kedalam sebuah tabel dan digambarkan kedalam sebuah grafik. Hal ini untuk melihat bagaimana perbandingan skor efisiensi rata-rata dari
keseluruhan perbankan tiap triwulannya antara kedua kelompok perbankan. Untuk lebih jelas mengetahui perbandingan skor efisiensi dari kedua kelompok perbankan
berikut ini adalah tabel yang menampilkan skor efisiensi dari kedua kelompok perbankan tersebut.
Tabel 4.2
Efisiensi Rata-rata Bank yang Merger – Akusisi dan Spin Off
Triwulan Bank yang Terbentuk dari
Merger dan Akuisi Spin off
1 76.95
96.04 2
73.7 92.27
3 79.16
96.38 4
83.24 95.01
5 67.65
86.62 6
64.72 81.05
7 70.18
82.2 8
79.59 82.62
9 56.89
78.1 10
57.41 68.49
11 60.65
70.01 12
70.24 74.33
13 68.1
76.96 14
61.01 68.62
15 63.58
74.01 16
69.17 78.92
17 65.37
82.43 18
61.63 78.38
19 66.49
82.54 20
72.96 85.88
21 65.29
76.88 22
60.78 75.68
23 62.5
81.39 24
64.82 85.09
Rata-rata
67.59 81.25
Untuk mengetahui pergerakan rata-rata efisiensi kedua kelompok perbankan, makan akan digambarkan pada grafik dibawah ini.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sk o
r E
fisi e
n si
Triwulan Efisiensi Rata-rata Bank yang Merger
– Akusisi dan Spin Off
Merger-Akusisi Spin Off
Gambar 4.4 grafik
Efisiensi Rata-rata Bank yang Merger – Akusisi dan Spin Off
Dari grafik perbandingan dua kelompok perbankan dapat diketahui bahwa perbankan yang terbentuk dari hasil spin off memiliki pergerakan efisiensi rata-rata
dengan trend yang lebih stabil jika dibandingkan dengan kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi. Pada kelompok perbankan yang
terbentuk hasil spin off mengalami rata-rata efisiensi tertinggi pada triwulan ketiga sebesar 96.38 dan triwulan keempat sebesar 95.01. efisiensi rata-rata terendah
dialami perbankan yang terbentuk dari hasil spin off pada triwulan kesepuluh sebesar 68.49.
Pada kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi terlihat cenderung memiliki trend pergerakan efisiensi rata-rata yang fluktiatif.
Namun kelompok perbankan ini selalu mengalami peningkatan efisiensi setiap empat triwulan kemudian mengalami penurunan pada triwulan berikutnya
kemudian mengalami peningkatan lagi hingga triwulan terakhir. Skor efsiensi rata- rata tertinggi pada kelompok perbankan ini diraih pada triwulan keempat sebesar
83.24 dan triwulan kedelapan sebesar 79.59. Serta efisiensi terendahnya dialami pada triwulan kesembilan sebesar 56.89.
Setelah melihat grafik dari pergerakan efisiensi rata-rata dari kedua kelompok perbankan. Untuk mengetahui kelompok perbankan manakah yang beroperasi
lebih efisien diantara keduanya, maka dibuat rata-rata dari seluruh triwulan untuk melihat hasil efisiensi keseluruhannya. Hasil efsiensi keseluruhan dari perbankan
yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi adalah sebesar 67.59, dengan rata- rata efisiensi penggunaan DPK sebesar 67.58, asset tetap 56.12, beban tenaga
kerja 66.92 serta kemampaun menghasilkan penyaluran dana sebesar 67.13 dan pendapatan operasional sebesar 64.68. Hasil efisiensi perbankan yang
terbentuk dari hasil spin off adalah sebesar 81.25, dengan rata-rata efisiensi penggunaan DPK sebesar 81.26, asset tetap 75.13, beban tenaga kerja 79.07
serta kemampuan memaksimalkan penyaluran dana sebesar 80.89 dan pendapatan operasional sebesar 75.29.
Dari kedua hasil efisiensi keseluruhan ini diketahui bahwa kedua kelompok perbankan ini memiliki kecenderungan yang sama yaitu mereka memiliki memiliki
efisiensi yang tinggi dari jumlah DPK, dikarenakan jumlah DPK yang akan
digunakan dalam penyaluran dana sudah ditentukan batasnya oleh Bank Indonesia, apabila penggunaan DPK tidak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia maka
perbankan yang bersangkutan akan mendapatkan tambahan dari perhitungan jumlah GWM giro wajib minimum yang harus disetorkan kepada Bank
Indonesia. Untuk itu perbankan pastinya akan menghindari uangnya untuk masuk kedalam sektor-sektor yang kurang produktif.
Serta kedua kelompok perbankan ini memiliki efisiensi yang buruk dari sisi aset tetap dikarenakan aset tetap merupakan komponen yang sulit untuk diatur
penggunaannya, dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa bank yang memiliki jumlah kantor sangat banyak akan mengalami inefisiensi dari sisi penggunaan aset
tetap. Berbeda dengan Bank Mega Syariah dan BRI Syariah yang jumlah kantornya lebih sedikit mereka memiliki efisiensi penggunaan aset tetap yang lebih
baik. Apabila terjadi inefisiensi dari sisi asset tetap maka perbankan tidak akan semudah itu untuk mengurangi jenis input yang satu ini, seperti melakukan
penjualan gedung dan kantor. Biasanya hal ini terjadi dikarenakan perbankan terlalu banyak memiliki jumlah kantor, namun kantor-kantor tersebut tidak dapat
memberikan output yang optimal terhadap perbankan. Untuk itu, seperti yang telah dijelaskan oleh Wilson Arafat 2006, diperlukan
pengukuran efisiensi pada kantor cabang perbankan agar dapat diketahui masalah apa yang terjadi terkait inefisiensinya dan tidakan apa yang harus dilakukan
supaya perbankan dapat efisien.
Berikutnya, suatu unit akan dikatakan efisien adalah, ketika suatu unit dapat beroperasi secara tepat. Secara matematis dapat dijelaskan ketika setiap rasio input
ideal akan menghasil output yang ideal, dan rasio ideal itulah yang dikatakan sebagai efisiensi. Untuk itu maka harus dilihat berapakah potential improvement
yang harus dilakukan suatu perbankan untuk mencapai hasil yang efisien. Dalam penelitian ini potential improvement tersebut dilihat dari nilai to gain yang harus
dicapai perbankan. Nilai to gain adalah persentase yang harus dicapai perbankan supaya input dan outputnya dapat menghasilkan rasio yang efisien.
Dalam penelitian ini nilai to gain dilihat dari dua orientasi pengukuran. Orientasi tersebut terdiri dari pengukuran berorientasi input dan pengukuran
berorientasi output. Berikut ini dapat dijelaskan bagaimana potential improvement tersebut menggunakan pengukuran berorientasi input dan pengukuran berorientasi
output.
E. Analisis Potential Improvement Menggunakan Orientasi Input