Chansarn 2008, bahwa Bank Komersial yang hanya melakukan kegiatan inti perbankan penyaluran dana tidak akan pernah efisien jika dibandingkan dengan
perbankan yang bermain pada sektor-sektor baru sekuritas dan pasar keuangan. Berbeda dengan bank yang terbentuk dari hasil spin off yang keseluruhannya
merupakan bank syariah. Dimana bank syariah idealnya hanya menyalurkan dana pada sektor riil. Keseluruhan biaya input yang mereka miliki, mereka fokuskan
dialokasikan pada penyaluran dana. Hal ini akan mengakibatkan idealnya rasio antara output terhadap input, sehingga akan menghasilkan efisiensi yang besar.
Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, suatu perbankan akan efisien, apabila dengan jumlah input tertentu penyaluran dana, pendapatan
operasional besar tetapi jumlah NPL nya kecil. Setelah mengetahui skor efsiensi perbankan secara keseluruhan. Selanjutnya
adalah merinci berapakah skor efsiensi perbankan yang melakukan merger- akusisi dan spin off. Untuk itu maka akan ditunjukan pada grafik berikut ini.
B. Hasil Efisiensi Kelompok perbankan yang merger dan akusisi
Perbankan yang melakukan merger dan akusisi pada penelitian ini terdapat tiga sampel yaitu : Bank Mandiri, Bank Artha Internasional dan Bank Permata.
Untuk lebih jelas mengetahui tentang skor efisiensinya berikut ini adalah grafik yang menampilkan skor efisiensi perbankan yang merger dan akuisisi.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 S
ko r E
fi si
e n
si
Triwulan Skor Efisiensi Pada Bank yang Merger dan Akusisi
Artha Inter Mandiri
Permata
Gambar 4.2 grafik hasil efisiensi bank yang merger dan akusisi
Keterangan : perhitungan lap. Keuangan Artha Inter pada 2006-2011, Mandiri 2002-2007, Permata 2005-2010.
Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata urutan skor efisiensi terbaik pada kelompok perbankan yang merger dan akusisi dapat dirinci sebagai
berikut : 1.
Bank Artha Graha Internasional dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 71.43
2. Bank Mandiri dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 65.7
3. Bank Permata dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 65.64
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa skor rata-rata efisiensi tertinggi pada kelompok ini diraih oleh bank Artha Graha Internasional dengan skor sebesar
71.43 dan skor rata-rata efisiensi terendah diraih oleh Bank Permata dengan skor efisiensi sebesar 65.64 . pada kelompok perbankan yang merger dan akusisi,
pergerakan skor efisiensi masing-masing perbankan cenderung menunjukan trend yang fluktuatif. Hanya Bank Artha Graha Internasional yang cenderung memiliki
skor efisiensi paling tinggi dengan trend pergerakan yang relatif stabil bila dibandingkan dengan bank lainnya.
Pada kelompok perbankan yang merger dan akuisisi terlihat hal yang menarik pada Bank Mandiri, dimana selama empat triwulan pertama Bank Mandiri
mengalami efisiensi penuh secara berturut-turut. Kemudian mengalami penurunan pada triwulan lima, dengan skor efisiensi sebesar 75.09. Hal ini disebabkan
karena Bank Mandiri hanya dapat mengefisiensikan penggunaan DPK nya sebesar 75.1, asset tetap sebesar 58, beban tenaga kerja sebesar 75.1 serta
mengefisensikan output yaitu penyaluran dana dan pendapatan operasional masing- masing sebesar 75.1. setelah triwulan keempat Bank Mandiri beroperasi dengan
cukup stabil hingga mencapai efisiensi sebesar 80.52 pada triwulan 8, dan puncaknya mengalami penurunan efisiensi terendah pada triwulan Sembilan dengan
skor 46.99 diakibatkan karena Bank Mandiri hanya dapat mengefisiensikan penggunaan seluruh variabel input dan outputnya sebesar 47. Secara keseluruhan
efisiensi rata-rata Bank Mandiri sebesar 65.7 dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK sebesar 65.67, aset tetap sebesar 43.03, beban tenaga kerja sebesar
65.67 serta kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 64.33 dan pendapatan operasional sebesar 65.67.
Pada Bank Permata, walaupun Bank permata memiliki efisiensi rata-rata paling rendah namun bank ini memiliki trend efisiensi yang cenderung naik diakhir
triwulannya. Efisiensi puncak permata diraih pada triwulan delapan dengan skor 84.58 dimana Bank permata dapat mengefisiensikan penggunaan DPKnya
sebesar 84.6, asset tetap 47, beban tenaga kerja 84.6 dan hasil output penyaluran dana sebesar 84.6 serta pendapatan operasional sebesar 84.5. Secara
keseluruhan efisiensi rata-rata Bank Permata sebesar 65.64 dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK sebesar 65.64, aset tetap sebesar 54.65, beban tenaga
kerja sebesar 64.74 serta kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 65.64 dan pendapatan operasional sebesar 62.88.
Pada Artha Graha Internasional, Bank ini memiliki trend efisiensi yang cenderung stabil jika dibandingkan dengan kedua bank lainnya. Efisiensi terendah
Bank Artha Graha Internasional diraih pada triwulan keenam dengan skor 61.05. hal ini disebabkan karena bank ini hanya dapat memaksimalkan keseluruahan input
dan outputnya sebesar 61.05. efisiensi tertinggi bank ini diraih pada triwulan keempat dengan skor 83.76. Secara keseluruhan efisiensi rata-rata Bank Artha
Graha Internasional sebesar 71.43 dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK sebesar 71.42, aset tetap sebesar 70.66, beban tenaga kerja sebesar 70.33 serta
kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 71.42 dan pendapatan operasional sebesar 63.46.
Setelah melihat efisiensi dari masing masing bank yang melakukan merger dan akusisi. Selanjutnya adalah mengetahui skor rata-rata efisiensi dari keseluruhan
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 S
ko r E
fi si
e n
si
Triwulan Skor Efisiensi Pada Bank yang Spin off
Mega Sy BRIS
BSM
perbankan yang merger dan akusisi. Dari keseluruhan perbankan yang merger dan akusisi didapat skor efeisiensi rata-rata sebasar 67.59.
C. Hasil Efisiensi Kelompok perbankan yang Spin off