Hasil Efisiensi Keseluruhan Perbankan

74

BAB IV Hasil Analisis Data

A. Hasil Efisiensi Keseluruhan Perbankan

Berikut ini adalah tabel skor efisiensi dari kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi serta kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil spin off secara keseluruhan. Tabel 4.1 Hasil Efisiensi Keseluruhan Triwulan Nama Bank Mega Sy BRIS BSM Artha Inter Mandiri Permata 1 100 100 88.11 75 100 55.84 2 97.69 95.04 84.09 65.59 100 55.5 3 100 100 89.15 76.68 100 60.79 4 100 100 85.02 83.76 100 65.96 5 100 88.36 71.51 64.91 75.09 62.96 6 100 76.73 66.41 61.05 74.34 58.77 7 100 81.12 65.47 65 76.62 68.93 8 100 79.74 68.12 73.67 80.52 84.58 9 84.13 80.18 69.98 69.03 46.99 54.66 10 63.13 75.49 66.86 68.44 49.03 54.75 11 64.95 72.98 72.11 66.8 55.23 59.93 12 70.45 77.95 74.58 78.22 60.54 71.95 13 68.03 78.05 84.79 74.83 54.02 75.46 14 64.72 66.52 74.63 67.85 47.64 67.55 15 74.53 70.68 76.83 72.63 52.87 65.25 16 84.88 72.56 79.32 82.7 57.84 66.97 17 91.64 80.8 74.84 77.58 50.94 67.58 18 88.69 75.15 71.29 66.98 55.02 62.9 19 99.28 73.99 74.35 69.11 61.81 68.55 20 100 75.41 82.22 71.85 70.7 76.32 21 79.22 74.24 77.19 72.64 52.84 70.39 Dari tabel diatas maka dapat dirinci secara keseluruhan skor rata-rata tingkat efisiensi perbankan yang merger-akusisi dan spin off selama rentang waktu 5-6 tahun, yaitu sebagai berikut : 1. Bank Mega Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 87.34 2. BRI Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 80.16 3. Bank Syariah Mandiri dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 76.23 4. Bank Artha Graha Internasional dengan skor efisensi rata-rata sebesar 71.43 5. Bank Mandiri dengan skor efsiensi rat-rata sebesar 65.7 6. Bank Permata dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 65.64 Dari skor diatas dapat diketahui bahwa skor efisiensi tertinggi diraih oleh Bank Mega Syariah dengan skor 87.34 dan BRI Syariah dengan skor 80.16 dimana ketiga bank dengan efisensi tertinggi tersebut terbentuk dari hasil spin off dan kedua bank tersebut adalah bank syariah. Kemudian skor efisiensi terendah diraih oleh bank permata dengan skor efisiensi sebesar 65.64. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perubahan efisiensi perbankan serta perbandingan efisiensi antar bank setiap triwulannya maka dapat dilihat melalui grafik yang menggambarkan skor efisiensi dalam 24 triwulan secara keseluruhan, yang digambarkan pada grafik dibawah ini. 22 79.09 73.17 74.77 68.12 47.02 67.2 23 89.17 79.04 75.96 69.81 53.46 64.24 24 96.59 76.68 81.99 72.09 54.15 68.23 Rata-rata 87.34 80.16 76.23 71.43 65.7 65.64 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 S ko r E fi si e n si Triwulan Skor Efisiensi Keseluruhan Perbankan Mega Sy BRIS BSM Artha Inter Mandiri Permata Gambar 4.1 grafik Hasil Efisiensi keseluruhan Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa skor efisiensi perbankan tiap triwulannya cenderung fluktuatif . walaupun skor efisiensi rata-rata Bank Mega Syariah paling tinggi, hanya BRI Syariah dan Bank Artha Internasional yang memiliki skor efisiensi dengan trend yang cenderung stabil, jika dibandingkan dengan perbankan lainnya. Bahkan Bank Mandiri yang memiliki asset dan dana pihak ketiga yang cenderung besar tidak menjamin bank tersebut mampu beroperasi dengan skor efisiensi yang stabil. Disisi lain walaupun BRI Syariah dan Bank Mega Syariah merupakan bank baru dan dengan jumlah asset dan DPK dibawah bank lainnya namun kedua bank ini memiliki skor efisiensi rata-rata paling tinggi dimana BRI Syariah memiliki trend efisiensi yang cenderung stabil. Adapun perbankan yang dikategorikan efisien secara penuh adalah perbankan yang memiliki skor efisiensi sebesar 100 dan skor dibawah itu dianggap inefisien. Bank yang memiliki skor efisiensi 100 adalah bank yang mampu beroperasi dengan tepat, dimana ia dapat menggunakan sumber dayanya dengan tepat untuk menghasilkan output. Berikut ini adalah perbankan yang beroperasi dengan efisien dalam penelitian ini. Bank Mega Syariah, BRI Syariah dan Bank Mandiri beroperasi dengan efisiensi pada triwulan 1. Bank Mandiri pada triwulan 2. Bank Mega Syariah, BRI Syariah dan Bank Mandiri pada triwulan 3. Bank Mega Syariah, BRI Syariah pada triwulan 5. Bank Mega Syariah berturut-turut pada triwulan 6,7,8 dan terakhir pada triwulan 20. Dari hasil diatas Bank Mega Syariah mengalami efisiensi penuh paling banyak yaitu selama delapan triwulan. Bank Mandiri dengan empat triwulan dan BRI Syariah selama tiga triwulan. Sedangkan Bank Syariah Mandiri, Bank Artha Internasional dan Bank Permata tidak pernah mencapai efisiensi penuh sekalipun. Setelah melihat hasil efisiensi keseluruhan diatas, maka dapat diketahui bahwa, Perbankan yang terbentuk dari hasil spin off memiliki efisiensi keseluruhan yang lebih besar dari pada perbankan yang terbentuk dari merger dan akusisi. Yang artinya, perbankan yang terbentuk dari hasil spin off dapat memanfaatkan sumber daya yang ada input untuk menghasilkan output yang optimal. Jika dibandingkan dengan perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi. Faktor utama yang diduga mempengaruhi hasil efisiensi kedua kelompok perbankan tersebut adalah penggunaan variabel yang digunakan dalam pengukuran efsiensi. Penggunaan variabel yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada karakteristik bank islam dimana, penggunaan variabel ini tidak memungkinkan perbankan bermain pada sektor surat berharga, pasar uang antar bank serta kegiatan usaha yang tidak mengacu pada sektor riil. Tentu saja hal ini tidak memihak pada perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi. Pada bank yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi yang keseluruhannya merupakan bank konvensional, tentu mereka memiliki karakteristik untuk bermain pada sektor non penyaluran dana seperti surat berharga, transaksi valas dll. keseluruhan biaya yang mereka gunakan input, tentu tidak hanya dialokasikan pada sektor riil saja tetapi juga pada sektor non riil. Pada penelitian ini karena variabel yang digunakan mengacu pada karakteristik bank islam maka output yang digunakan hanya penyaluran dana ke sektor riil. Hal ini akan mengakibatkan rasio antara output terhadap input menjadi lebih kecil, sehingga efisiensi pada bank yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi akan menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan penelitian Supachet Chansarn 2008, bahwa Bank Komersial yang hanya melakukan kegiatan inti perbankan penyaluran dana tidak akan pernah efisien jika dibandingkan dengan perbankan yang bermain pada sektor-sektor baru sekuritas dan pasar keuangan. Berbeda dengan bank yang terbentuk dari hasil spin off yang keseluruhannya merupakan bank syariah. Dimana bank syariah idealnya hanya menyalurkan dana pada sektor riil. Keseluruhan biaya input yang mereka miliki, mereka fokuskan dialokasikan pada penyaluran dana. Hal ini akan mengakibatkan idealnya rasio antara output terhadap input, sehingga akan menghasilkan efisiensi yang besar. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, suatu perbankan akan efisien, apabila dengan jumlah input tertentu penyaluran dana, pendapatan operasional besar tetapi jumlah NPL nya kecil. Setelah mengetahui skor efsiensi perbankan secara keseluruhan. Selanjutnya adalah merinci berapakah skor efsiensi perbankan yang melakukan merger- akusisi dan spin off. Untuk itu maka akan ditunjukan pada grafik berikut ini.

B. Hasil Efisiensi Kelompok perbankan yang merger dan akusisi