Metode Pengumpulan Data Analisa Rantai Pasokan Agroindustri Tepung Ubi Jalar
                                                                                senyawa-senyawa  yang  memiliki  gugus  NH,  yaitu  protein,  akibatnya,  kadar protein dapat dipertahankan.
Metabisulfit  digunakan  juga  untuk  mempertahankan  warna  dan  citarasa. Pemakaiannya dalam pengolahan bahan pangan bertujuan untuk mencegah proses
pencoklatan  pada  buah  sebelum  diolah,  menghilangkan  bau  dan  rasa  getir terutama  pada  ubi  kayu  serta  untuk  mempertahankan  warna  agar  tetap  menarik.
Natrium  metabisulfit  dapat  dilarutkan  bersama-sama  bahan  atau  diasapkan. Prinsip pengasapan tersebut adalah mengalirkan gas SO
2
ke dalam bahan sebelum pengeringan.  Pengasapan  dilakukan  selama  +  15  menit.  Maksimum
penggunaannya  sebanyak  2  gkg  bahan.  Natrium  metabisulfit  yang  berlebihan akan hilang sewaktu pengeringan Warintek 2010.
Pemotongan ubi jalar menjadi sawut dapat dilakukan dengan menggunakan slicer dengan ketebalan potongan kurang lebih 1.5 mm sehingga berbentuk chips
tipis agar mempermudah dan mempercepat pengeringan.
Blansir
Proses  blansir  dapat  dilakukan  pada  proses  produksi  tepung  dari  ubi  jalar. Blansir  merupakan  proses  pemanasan  dengan  menggunakan  suhu  tinggi  dalam
waktu  yang  singkat.  Pemanasan  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan  uap  air panas atau air mendidih Muryanto et al. 1978. Tujuan dari proses blansir adalah
untuk menginaktifkan enzim-enzim yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan, yang  dapat  menyebabkan  perubahan  warna  yang  tidak  dikehendaki  pada  hasil
olahan. Perlakuaan  blansir  pada  saat  proses  pengolahan  ubi  jalar  menjadi  tepung
dapat  mempertahankan  kandungan  karoten  pada  saat  pengeringan  dibandingkan dengan bahan yang tidak diblansir. Namun, untuk memperoleh kadar pati tepung
yang lebih tinggi, dianjurkan untuk tidak menggunakan proses blansir Muryanto et  al.  1978.    Proses  blansir  dapat  mengakibatkan  pati  tergelatinkan.  Pati  yang
telah  mengalami  gelatinisasi  selanjutnya  lebih  mudah  diuraikan  menjadi  gula sehingga kadar pati menurun.
Pengeringan
Dari  keseluruhan  tahapan  pengolahan  ubi  untuk  tepung,  pengeringan merupakan  tahapan  proses  yang  kritis  yang  menentukan  mutu  produk  dan  biaya
produksi. Pengeringan ubi yang berkadar air sekitar 80  menjadi dibawah 10 memerlukan  energi  yang  relatif  banyak.  Pengeringan  yang  saat  ini  umum
dilakukan  adalah  pengeringan  dengan  tenaga  matahari,  yang  biayanya  amat rendah, namun sangat tergantung pada cuaca sehingga sulit untuk menjamin mutu
produk akhirnya khususnya di musim penghujan. Pengeringan  irisan  ubi  jalar  memerlukan  waktu  48  jam  dibawah  sinar
matahari  atau  36  jam  dengan  alat  pengering  pada  suhu  60 C  untuk  mencapai
kadar  air  7    Antarlina  1993.  Ubi,  baik  ubi  jalar  maupun  ubi  kayu  termasuk jenis  hasil  pertanian  yang  mudah  rusak.  Ubi  kayu  akan  busuk  poyo  48  jam
sesudah  dipanen.  Sementara  itu  ubi  jalar  lebih  tahan  disimpan  namun  tetap mengalami  penurunan  kadar  karbohidrat  selama  penyimpanan  sebagai  hasil
respirasi, sehingga sebaiknya tidak disimpan lebih dari tujuh hari. Pemilihan alat dan kondisi pengering yang akan digunakan dipengaruhi oleh
jenis  bahan  yang  akan  dikeringkan,  mutu  hasil  akhir  yang  dikeringkan  dan pertimbangan ekonomis. Jenis bahan padatan berbentuk lempeng maka alat  yang
sesuai  untuk  mengeringkan  bahan  tersebut  adalah  pengering  kabinet  atau  tray dryer , oven, dan rotary dryer. Sedangkan untuk bahan yang berbentuk pasta atau
puree  alat  yang  sesuai  untuk  mengeringkan  adalah  pengering  drum  Honestin 2007.
Beberapa  metode  pengeringan  yang  dapat  dilakukan  pada  proses pengolahan tepung ubi jalar adalah sebagai berikut:
1.  Pengeringan dengan sinar matahari Keuntungan  dari  pengeringan  dengan  penjemuran  di  bawah  sinar  matahari
yaitu  adanya  pemutih  karena  sinar  ultraviolet  matahari  dan    mengurangi degradasi  kimia  yang  dapat  menurunkan  mutu  bahan.  Sedangkan
kelemahanan  dari  metode  ini  adalah  dapat  terkontaminasinya  bahan  oleh debu.  Dalam  proses  pengeringan  sering  timbul  berbagai  masalah  seperti
tidak adanya pengontro suhu dan kelembaban udara, terjadinya kontaminasi mikroba, serta ketergantungan pada kondisi cuaca setempat.
                                            
                