Tabel 7   Perbandingan karakteristik beberapa jenis tepung
Karakteristik Tapioka
Beras Jagung
Gandum Ubi Jalar
Bentuk granula pati Bulat
terpotong
1
Poligonal Bulat,
poligonal
1
Oval, bulat
1
Bulat, poligonal
2
Ukuran granula pati 3-23
1
3-8
1
5-15
1
2-35
1
5-40
2
Komposisi kimia -  air
-  abu -  protein
-  lemak -  karbohidrat
11.47 0.06
0.76 0.19
87.53
1
12.0 0.15
7.0 0.5
80.0
1
10.0 1.4
10.3 4.8
73.5
1
12.0 0.11
8.9 1.3
77.3
1
3.74 2.31
1.92 1.20
90.83
5
Amilosa 17
3
16-17
3
20-28
3
22
3
20
4
SAG 65.35
66 62
65 60-80
VM 835
240 470
65 480
V95
o
C 440
240 470
60 300
2
VD 650
555
1
830
1
300
1
Sumber
1
Febriyanti 1990
2
Moorthy 2000
3
Glicksman 1969
4
Swinkels 1985
5
Djuanda 2003 di dalam Honestin 2007
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu tepung ubi jalar adalah; 1.  Bahan  baku.  Keragaman  bahan  baku  ubi  jalar  sangat  tinggi,  sehingga
masing-masing jenis dapat menghasilkan mutu tepung ubi jalar yang berbeda faktor  yang  mempengaruhi  mutu  ini  adalah  umur  tanaman,  ukuran,  bentuk
bahan kering dan warna umbi. 2.  Cara  Pengolahan.  Semua  tahapan  proses  pembuatan  tepung  ubi  jalar  dapat
mempengarui mutu tepung ubi yang dihasilkan. Pengupasan kulit benar-benar sempurna  terutama  kulit  yang  berwarna  merah.  Air  yang  digunakan  harus
bersih, proses pengeringan harus segera dilakukan pada sawut. 3.  Serangan  hama  boleng.  Ubi  yang  terserang  hama  boleng,  tidak  dianjurkan
untuk  diolah  karena  akan  mempengaruhi  aroma  boleng  yang  terikut  pada tepung ubi jalar.
4.  Cara Penyimpanan Tepung Ubi Jalar. Tepung harus tersimpan dalam keadan tertutup  rapat  kantong  plastik  atau  kaleng  toples  karena  sifat  tepung  yang
mudah menyerap air dan mencegah dari serangan hama.
4.1.4   Potensi Pengembangan Tepung Ubi Jalar
Tepung  ubi  jalar  dapat  dimanfaatkan  secara  luas  dalam  pengolahan makanan.  Bentuk  olahan  ubi  jalar  sebagai  tepung  memudahkan  penggunaannya
dalam  membuat  berbagai  jenis  makanan.  Sesuai  dengan  karakteristiknya,  tak jarang  tepung  ubi  jalar  digunakan  sebagai  bagian  dari  tepung  komposit  tepung
campuran dengan jenis tepung lainnya guna menghasilkan makanan olahan yang lebih  baik  dan  enak.  Dari  segi  proses  produksinya,  teknologi  pengolahan  tepung
sangat  mudah  dikuasai  dengan  biaya  murah  Pramuji  2007.  Dengan  demikian para pelaku usaha skala kecil dan menengah bisa terlibat dalam mengembangkan
usaha ini. Sebagai  salah  satu  produk  olahan  berbahan  dasar  ubi  jalar,  upaya
pemberdayaan tepung ubi jalar memiliki beberapa manfaat, antara lain: 1.  Bahan  baku    ubi  jalar  segar  relatif  mudah  didapat  karena  tanaman  ini  banyak
diusahakan petani, baik di lahan sawah maupun tegal 2.  Proses  pembuatan  tepung  ubi  jalar  relatif  mudah  dan  sederhana,  dapat
dilakukan oleh industri rumah tangga sampai industri besar 3. Tepung ubi jalar dapat digunakan sebagai bahan subtitusi terigu untuk produk
makanan  olahan,  dimana  daya  substitusinya  tergantung  dari  produk  yang dihasilkan
4. Kemampuan daya substitusi tersebut diperkirakan akan mampu menekan biaya produksi untuk industri makanan olahan
5.  Untuk  produk-produk  makanan  yang  manis  misalkan  kuecookies  dapat menghemat  penggunaan  gula  sekitar  20  ,  berkaitan  dengan  sifat  tepung  ubi
jalar yang  mengandung kadar gula tinggi 6.  Mutu  bahan  baku  produk  yang  dihasilkan  dan  penerimaan  konsumen  tidak
turun secara nyata Damardjati dan Widowati 1994. Penelitian mengenai pemanfaatan tepung ubi jalar telah banyak dilakukan di
Indonesia. Widowati et al. 1994 mengkaji penggunaan tepung ubi jalar sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan bihun. Ubi jalar juga diujicobakan untuk
mensubstitusi  berbagai  jenis  tepung  dalam  beragam  resep  makanan  Suismono 2003,  Djami 2007.  Daya substitusi ubi jalar terhadap beragam makanan tersebut
tergantung  dari  hasil  olahan  yang  ingin  dihasilkan.  Keragaman  hasil  olahan tepung ubi jalar disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8   Keragaman hasil olahan tepung ubi jalar No  Nama Produk
Substitusi tepung ubi jalar
Tepung yang disubstitusi
1 Roti tawar
10 - 20 Terigu
2 Mie
10 - 20 Terigu
3 Cake
50 – 100
Terigu 4
Cookies 50 - 100
Terigu 5
Chiffon cake 50
Terigu 6
Pukis 50
Terigu 7
Cheese stick 30
Terigu 8
Marmer cake 50
Terigu 9
Kue tambang 30
Terigu 10
Kue lapis 50
Tepung beras 11
Spekoek 50
Terigu 12
Barongko pisang 50
Tepung beras 13
Cucur 50
Tepung beras 14
Domino cookies 50
Terigu 15
Brownies kukus 100
Terigu 16
Bolu kukus 20
Terigu 17
Putu ayu 100
Terigu
Sumber: Suismono 2003 dan Djami 2007
Dalam pembuatan beberapa jenis kue tersebut,  masih diperlukan campuran tepung terigu agar kue dapat mengembang dengan baik. Sedangkan pada beberapa
jenis  kue,  tepung  terigu  dapat  disubstiusi  oleh  tepung  ubi  jalar  hingga  100 cake,  cookies,  putu  ayu.  Hal  ini  disebabkan  karena  tepung  ubi  jalar  tidak
mempunyai gluten sebagaimana tepung terigu yang dapat membantu dalam proses pengembangan adonan kue Djami 2007. Produksi kue yang berasal dari tepung
ubi  jalar  dapat  mengurangi  jumlah  gula  yang  ditambahkan,  karena  kandungan gula yang terdapat pada ubi jalar.
Kendala
Pramuji  2007  mengidentifikasi  beberapa  kendala  yang  menghambat perkembangan  agroindustri  tepung  ubi  jalar  skala  kecil  di  daerah  Bogor  Unit
Pengolahan  Tepung  Ubi  Jalar  di  Desa  Giri  Mulya  Kecamatan  Cibungbulang, yaitu:
1.  Hambatan  teknisteknologis,  yaitu  belum  optimalnya  kinerja  mesin  dan peralatan pengolah ubi jalar.
2.  Hambatan  kelembagaan,  yaitu  belum  adanya  kesepahaman  diantara  pihak- pihak  yang  terkait  mengenai  model  kelembagaan  yang  diinginkan  sehingga
program antar sektor yang menangani komoditas ubi jalar belum benar-benar serasi.
3.  Hambatan  input  bahan  baku,  yaitu  belum  adanya  kontinyuitas  suplai  bahan baku yang memenuhi standar kualitas dan tingkat harga yang diinginkan oleh
pabrik.
4.2  Kondisi Aktual Agroindustri Tepung Ubi Jalar di Indonesia
Secara  umum  jalur  pemasaran  ubi  jalar  di  Indonesia  dapat  dilihat  pada Gambar 11. Ubi jalar segar dibeli oleh tengkulak dari petani yang kemudian dijual
lagi  ke  pedagang  pengumpul.  Dari  pedagang  pengumpul  ubi  jalar  segar  tersebut dijual kepada pedagang besargrosir, industri makanan ternak, pedagang pengecer
dan ke industri pengolahan tepung. Ubi jalar segar dijual kepada konsumen secara langsung melalui pedagang pengecer. Ubi jalar segar sebagai bahan baku industri
makanan dan tepung ubi jalar dipasok ke industri makanan. Hasil makanan olahan ubi  jalar  untuk  selanjutnya  diekspor  ke  luar  negeri  atau  dipasok  ke  distributor
untuk selanjutnya dijual ke konsumen akhir.
4.2.1   Produksi Ubi Jalar di Jawa Barat
Hampir  seluruh  provinsi  di  Indonesia  memproduksi  ubi  jalar,  kecuali  DKI Jakarta.  Hal  ini  terlihat  pada  data  produksi  ubi  jalar  nasional  dari  tahun  2005
hingga  2009  Lampiran  2.  Tujuh  provinsi  penghasil  ubi  jalar  terbesar  adalah Jawa  Barat,  Papua,  Jawa  Timur,  Jawa  Tengah,  Sumatera  Utara,  Nusa  Tenggara
Timur  dan  Bali.  Luas  lahan  tanam  ubi  jalar  nasional  hingga  tahun  2008 menunjukkan  kecenderungan  menurun  Lampiran  3,  namun    produktivitas  ubi
jalar memiliki kecenderungan meningkat Lampiran 4. Jawa  Barat  merupakan  provinsi  penghasil  ubi  jalar  terbesar  di  Indonesia,
dengan  total  produksi  mencapai  389043  ton  ubi  jalar  pada  tahun  2006.  Tabel  9 menyajikan  data  jumlah  produksi  ubi  jalar  masing-masing  kabupaten  di  Jawa
Barat  pada  tahun  2006.  Kabupaten  Kuningan  merupakan  produsen  terbesar
dengan  pangsa  25.75  persen,  disusul  oleh  Kabupaten  Garut  16.85  persen  dan KabupatenKota  Bogor  15.87  persen  dari  total  produksi  ubi  kayu  di  Jawa  Barat.
Sementara  itu,  daerah-daerah  yang  produksi  ubi  kayunya  relatif  kecil  adalah Karawang dan Ciamis.
Gambar 11  Jalur pemasaran ubi jalar Hafsah 2004
Petani Ubi
Segar Tengkulak
Pedagang Pengumpul
Pengolahan tepung
Tepung
Pedagang BesarGrosir
Industri Makanan
Eksportir
Industri Makanan Ternak
Makanan olahan
Pakan ternak
Distributor Pedagang
Pengecer
Konsumen
Tabel 9   Jumlah  produksi  dan  pangsa  produksi  ubi  jalar  di  Jawa  Barat tahun 2006
Sumber : BPS Provinsi Jabar 2007
Pada periode tahun 1998 – 2007, produksi ubi jalar di Provinsi Jawa Barat
cenderung  sangat  berfluktuasi.  Puncak  produksi  terjadi  pada  tahun  2005  dengan jumlah  produksi  390  ribu  ton.    Pada  periode  2004
–  2006,  produksi  ubi  jalar cenderung  stagnan.    Hal  ini  terlihat  dari  produksi  tahun  2006  yang  hanya
mencapai  389  ribu  ton.  Perkembangan  produksi  ubi  jalar  di  Provinsi  Jawa  Barat pada periode tahun 1996
– 2006 dapat dilihat pada Gambar 12.
Kabupaten Produksi
Pangsa
1 Bogor
61 753 15.87
2 Sukabumi
22 712 5.84
3 Cianjur
20 943 5.38
4 Bandung
34 329 8.82
5 Garut
65 566 16.85
6 Tasikmalaya
24 316 6.25
7 Ciamis
5 854 1.50
8 Kuningan
100 169 25.75
9 Cirebon
2 038 0.52
10 Majalengka
9 300 2.39
11 Sumedang
20 410 5.25
12 Indramayu
85 0.02
13 Subang
2 521 0.65
14 Purwakarta
17 775 4.57
15 Karawang
453 0.12
16 Bekasi
819 0.21
Jumlah 389 043
100
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat 2007
Gambar 12 Perkembangan produksi ubi jalar Jawa Barat tahun 1996 - 2006
Kabupaten Kuningan, sebagai  penghasil terbesar  ubi  jalar di Provinsi Jawa Barat,  pada  periode  tahun  1996
–  2006  cenderung  mengalami  peningkatan produksi.  Pada tahun 2006, produksi ubi jalar di Kabupaten Kuningan mencapai
100  ribu  ton.  Pada  periode  tersebut,  produksi  terendah  adalah  pada  tahun  1996 yang mencapai 29 ribu ton.
Kabupaten  Garut,  sebagai  penghasil  terbesar  kedua  ubi  jalar  di  Provinsi Jawa  Barat,  pada  periode  tahun  1996
–  2006  mengalami  fluktuasi  dalam  hal produksi.  Pada tahun 2006, produksi ubi jalar di daerah ini mencapai 65 ribu ton.
Pada periode tersebut, produksi terendah adalah pada tahun 2001 yang mencapai 36 ribu ton.
KabupatenKota  Bogor,  sebagai  penghasil  terbesar  ketiga  ubi  jalar  di Provinsi Jawa Barat, pada periode tahun 1996
– 2006 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan terjadi peningkatan produksi.  Pada tahun 2006, produksi ubi jalar
di  daerah  ini  mencapai  61  ribu  ton.  Pada  periode  tersebut,  produksi  terendah adalah  pada  tahun  1996  yang  mencapai  44  ribu  ton.Perkembangan  produksi  ubi
jalar  di  Kabupaten  Kuningan,  Kabupaten  Bogor  dan  Kabupaten  Garut  pada periode tahun 1996
– 2006 dapat dilihat pada Gambar 13:
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat 2007
Gambar 13 Perkembangan  produksi  ubi  jalar  di  Kab.  Kuningan,  Kab.  Bogor
dan Kab Garut pada tahun  1996 - 2006
Jika dilihat dari masa panen secara rata-rata dengan menggunakan data luas tanam dan luas panen tahun 1987
–  2005, menunjukkan bahwa produksi ubi jalar cenderung  tidak  terlalu  bervariasi  pada  hampir  semua  bulan  dengan  luas  panen
tertinggi pada bulan Maret dan Oktober. Sementara itu untuk puncak masa tanam, terjadi  pada  bulan    Oktober,  November  dan  Desember.  Dengan  pola  seperti  ini,
diperkirakan masa tanam ubi jalar rata-rata mencapai 4 bulan.
4.2.2   Agroindustri Tepung Ubi Jalar di Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi ubi jalar di Propinsi Jawa Barat. Pada tahun 2000 sampai dengan 2005, rata-rata tingkat produksi ubi
jalar  di  kabupaten  ini  mencapai  61  030  ton  dan  produktivitas  rata-rata  mencapai 15 tonha. Rincian mengenai data produksi, luas panen dan produktivitas ubi jalar
di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 10. Dua  lokasi  pengembangan  agroindustri  tepung  ubi  jalar  di  Bogor  di
antaranya adalah industri kecil tepung ubi jalar yang berlokasi di desa Cikarawang Kecamatan Dramaga, dan Desa Giri Mulya Kecamatan Cibungbulang.
Tabel 10   Luas  panen,  produksi  dan  produktivitas  ubi  jalar  di  Kabupaten  Bogor tahun 2000
– 2005 Tahun
Luas Panen Ha Produksi ton  Produktivitas
TonHa 2000
4 219 57 329
14 2001
4 306 65 202
15 2002
4 144 67 515
16 2003
3 882 67 159
17 2004
3 656 56 213
15 2005
3 662 52 762
14
Sumber: BPS Kabupaten Bogor 2000-2005, data diolah
Model  pengembangan  agroindustri  ubi  jalar  yang  saat  ini  dikembangkan oleh  pihak  Pemda  Kabupaten  Bogor  masih  tergolong  ke  dalam  industri  kecil.
Realisasi pengembangannya dimulai pada tahun 2004 melalui pembangunan Unit Pengolahan  Tepung  Ubi  jalar  di  Desa  Giri  Mulya,  Kecamatan  Cibungbulang,
dengan  produk  yang  dihasilkan  adalah  tepung  ubi  jalar  Pramuji  2007.  Proses pengembangan  agroindustri  ini  melibatkan  berbagai  pihak,  diantaranya  Pemda
Kabupaten  Bogor  melalui  Dinas  Pertanian  dan  Kehutanan,  Dinas  Perindustrian dan Perdagangan, serta Kantor Koperasi, pihak swastaindustri PT BogasariPT
Lippo, petani dan perguruan tinggi. Salah satu agro industri berskala rumah tangga yang terletak di Kabupaten
Bogor  adalah  agroindustri  yang  dikelola  oleh  Kelompok  Tani  di  Desa Cikarawang, yaitu  Kelompok Tani Hurip. Kelompok Tani tersebut memproduksi
tepung ubi jalar hasil tanam sendiri, dengan mencoba membidik pasar di wilayah Bogor  dengan  fokus  utama  konsumen  yaitu    industri  kecil  pengolah  pangan.
Industri-industri  kecil  pengolahan  pangan  tersebut  mempunyai  tingkat  konsumsi tepung  terigu  yang  tinggi,  sehingga  dengan  kemiripan  kandungan  yang  dimiliki
antara  tepung  terigu  dan  tepung  ubi  jalar,  diasumsikan  tepung  ubi  jalar  dapat menggantikan  penggunaan  tepung  terigu  oleh  industri  pengolah  pangan  tersebut.
Tepung  ubi  jalar  diposisikan  sebagai  tepung  yang  berkualitas,  berbasis  sumber daya lokal dengan kandungan gizi yang tinggi cocok sebagai tepung kesehatan.
Agroindustri  tepung  ubi  jalar  berskala  kecil  yang  dikelola  Kelompok  Tani hurip terdiri dari rumah salah satu warga yang merupakan ketua kelompok petani,
tempat  dilangsungkannya  sebagian  besar  proses  produksi,  yaitu  proses penyawutan,  pemerasan  sawut,  pengeringan,  penepungan,  pengayakan  dan
pengemasan.  Gudang  bahan  baku  terletak  tak  jauh  dari  rumah  produksi,  yaitu