Pemodelan dan Optimasi Analisa Rantai Pasokan Agroindustri Tepung Ubi Jalar

Ubi jalar memiliki sifat fisik, seperti bentuk, warna kulit dan daging, serta tekstur yang bervariasi menurut varietasnya Gambar 5. Gambar 5 Ubi jalar Ipomoea batatas sumber : www.cuniculture.info, www.usm.maine.edu Botani ubi jalar adalah Onwueme 1978: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicothyledone Ordo : Solanaceae Famili : Convolvuceae Genus : Ipomoea L Nama botani : Ipomoea batatas L Bentuk dan ukuran ubi merupakan salah satu kriteria mutu yang langsung mempengaruhi harga Damardjati Widowati 1994. Bentuk ubi yang mendekati bulat-lonjong dan tidak banyak bengkokan akan mempermudah tahap pengupasan dan umumnya rendemen ubi kupasnya tinggi. Ukuran ubi yang sedang, dengan berat 200-250 g dan seragam membutuhkan waktu pengupasan relatif cepat dibanding ubi yang kecil atau besar. Bentuk dan ukuran ideal tersebut akan menguntungkan bagi produsen maupun bagi tenaga kerja, karena umumnya tahapan proses pengupasan ubi-ubi dibayar dengan upah borongan Damardjati et al. 1991. Syarat khusus mutu ubi jalar adalah Tabel 1: Tabel 1 Spesifikasi persyaratan khusus ubi jalar No Komponen Mutu Mutu I II III 1 Berat umbi gumbi 200 100 - 200 75 – 100 2 Umbi cacat per 50 biji maks. Tidak ada 3 biji 5 biji 3 Kadar air bb, maks. 65 60 60 4 Kadar serat bb, maks. 2 2.5 3.0 5 Kadar pati bb, min. 30 25 25 Sumber: BSN 1998 Seperti pada sifat fisik ubi jalar, sifat kimia ubi jalar bervariasi tergantung dari jenisvarietasnya. Kandungan kimia beberapa jenis ubi jalar tersaji pada Tabel 2. Tabel 2 Kandungan kimia ubi jalar per 100 g bahan segar Komposisi Jumlah Ubi Jalar Putih a Ubi Jalar Merah a Ubi Jalar Kuning b Kalori Kal 123.0 123.0 136.0 Protein g 1.8 1.8 1.1 Lemak g 0.7 0.7 0.4 Karbohidrat g 27.9 27.9 32.3 Kalsium mg 30.0 30.0 57.0 Fosfor mg 49.0 49.0 52.0 Zat besi mg 0.7 0.7 0.7 Natrium mg - - 5.0 Kalium mg - - 393.0 Niacin mg - - 0.6 Vitamin A SI 60.0 7700.0 900.0 Vitamin B1 mg 0.9 0.9 0.1 Vitamin C mg 22.0 22.0 35.0 Air g 68.5 68.5 - Serat kasar g 0.9 1.2 1.4 Abu g 0.4 0.2 0.3 Kadar gula g 0.4 0.4 0.3 Bagian dapat dimakan 86.0 86.0 - Sumber: a Direktorat Gizi depkes RI 1981 b Suismono 1995 Keterangan : - tidak ada data Ubi jalar memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan dalam bentuk: 1 segar maupun telah diproses untuk konsumsi manusia; 2 segar mapun telah dikeringkan sebagai pakan binatang ternak; 3 pati dan tepung untuk penggunaan dalam bahan pangan maupun nonpangan Hasanuddin Wargiono 2003. Berbagai produk pangan maupun pakan dapat dihasilkan dari ubi jalar. Hampir seluruh bagian tanaman ubi jalar dapat dimanfaatkan. Beragam produk yang dapat dihasilkan dari tanaman ubi jalar antara lain Gambar 6: Selain sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C, dan mineral. Ubi jalar yang daging umbinya berwarna ungu banyak mengandung antosianin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena berfungsi mencegah penyakit kanker. Ubi jalar yang daging ubinya berwarna kuning, banyak mengandung vitamin A; beberapa varietas ubi jalar mengandung ubi jalar setara Gambar 6 Pohon industri ubi jalar CRIFC 1990, diacu dalam Damardjati dan Widowati 1994 UBI JALAR Daun Sayuran Pakan ternak Batang Bahan tanam Pakan ternak Kulit ubi Pakan ternak Ubi segar Chip goreng, kripik kremes Timus, obi, gethuk Selai, saos Aneka makanan tradisional Tape Dekstrin, glukosa, fruktosa Pekatan untuk minuman ringan Aneka cake, bolu, kue kering Tepung Kecap, tauco, saos “Gari” nigeria Mie, bihun Pati Aneka cake, bolu, kue kering “almidon agrio” Colombia “Azedo” Brazil Ampas Pakan ternak Asam sitrat dengan wortel. Di Jepang, Korea, Cina, Taiwan dan Amerika Serikat, ubi jalar tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan pokok tetapi juga diolah menjadi pangan olahan seperti selai, saos, juice, serta sebagai bahan baku industri pakan dan ternak Balitkabi 2005. Teknologi budidaya ubi jalar di lahan sawah disajikan pada Lampiran 1. Menurut Hasanudin Wargiono 2003 kendala teknis dan kendala sosial dalam pengembangan pemanfaaatan ubi jalar meliputi bulkinessperishability, tingginya biaya produksi per unit, kandungan bahan kering, hama, penyakit, status ubi jalar yang rendah, produsen berpenghasilan rendah, keterbatasan rantai pasokan.

2.5 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain yang menjadi dasar dan referensi dalam tesis ini. Penelitian tersebut diantaranya adalah mengenai simulasi dan optimasi rantai pasokan, kajian rantai pasokan tepung ubi jalar, serta berbagai penelitian mengenai proses produksi tepung ubi jalar itu sendiri. Irfansyah 2001 meneliti karakteristik sifat fisiko-kimia dan fungsional tepung ubi jalar, serta merumuskan formula dalam memanfaatkan tepung ubi jalar sebagai bahan baku kerupuk. Pada penelitiannya, Irfansyah mengkaji perbedaan karakteristik tepung yang dihasilkan dari dua jenis varietas yaitu ubi jalar putih dan ubi jalar jingga, serta perbedaan bahan baku setengah jadi, yaitu ubi jalar bentuk sawut dan bentuk pelet. Kussuma 2008 melakukan kajian tekno-ekonomi pendirian industri tepung ubi jalar melalui Participatory Action Research PAR di Desa Cikarawang Bogor. Penelitian tersebut mencakup pelaksanaan Participatory Action Research PAR, analisis pasar dan pemasaran tepung ubi jalar, analisis teknis teknologis, analisis manajemen organisasi, hingga analisis finansial. Blackburn dan Scudder 2009 mengkaji strategi dan model rantai pasokan untuk produk yang mudah rusak dengan contoh kasus produk segar hasil pertanian yaitu buah melon segar dan jagung manis segar. Hasil penelitian menunjukan model yang cocok untuk meminimumkan kehilangan nilai pada rantai pasokan adalah dengan menerapkan model gabungan hybrid model antara model responsif pada saat pasca panen ke saat cooling, dengan model efisien pada rantai selanjutnya. Ahumada dan Villalobos 2009 dalam penelitiannya meninjau berbagai literatur yang membahas tentang rantai pasokan makanan hasil pertanian yang telah berhasil diimplementasikan. Berdasarkan hasil analisisnya, peneliti mengdiagnosa beberapa persyaratan dalam memodelkan rantai pasokan produk makanan hasil pertanian. Stefanofic et al. 2009 melakukan kajian terhadap metodologi jaringan pasokan supply network dan simulasi. Hasil penelitian ini mengusulkan sebuah pendekatan umum dalam pemodelan jaringan pasokan dengan beberapa kondisi: jaringan mengandung sejumlah pemasok suppliers, manufacturers, wholesalers, dan retailers yang merepresentasikan sebuah titik dalam jaringan. Proses tertentu terjadi pada masing-masing titik tersebut dan proses yang ada saling berhubungan satu sama lain.