banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, meskipun mempunyai bahaya bias peneliti. Metode kualitatif yang digunakan adalah
pendekatan fenomologis, artinya peristiwa dan kaitan-kaitannya orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu dengan menekankan pada aspek subyektif dari perilaku
orang, dan pendekatan interaksi simbolik, yang berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran, dimana menjadi paradigma konseptual melebihi
dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari, kebetulan, status sosial ekonomi, kewajiban peranan, resep budaya, mekanisme pengawasan
masyarakat atau lingkungan fisik lainnya. Untuk meneliti pola komunikasi dan perubahan gejala sosial yang ada peneliti
menggunakan pendekatan fenomologis, dimana peneliti berusaha ”menggungkap” proses interpretasi dan melihat segala aspek ”subjek” dari perilaku manusia dengan
cara masuk ke dunia konseptual orang-orang yang diteliti sehingga dapat dimengerti apa dan bagaimana suatu pengertian dikembangkan pada peristiwa dalam kehidupan
sehari-harinya. Pendekatan ini bukan berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang diteliti Moeleong, 2002 : 4-12.
3.2. Konsep Operasional
Terdapat 4 Pola Komunikasi antara suami dan istri menurut Joseph Devito 2007 : 277-278 terkait permasalahan suami istri yang menikah siri tentang hak waris
sebagai bantuan alat analisis dan pedoman dasar :
1. Pola Keseimbangan
Pola kesimbangan ini lebih terlihat pada teori dari pada prakteknya tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada hubungan yang
penting. Pada pola komunikasi keseimbangan ini masing-masing suami istri membagi sama dalam berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin antara suami dan
istri sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin atau pengikut, melainkan suami istri sama kedudukannya.
2. Pola Keseimangan Terbalik
Dalam pola keseimbangan terbalik, masing-masing anggota keluarga suami istri mempunyai otoritas diatas daerah atau wewenang yang berbeda masing-masing.
Suami istri adalah sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi antara keduanya suami-istri, dianggap bukan ancaman oleh si suami atau si istri,
karena keduanya memiliki keahlian sendiri-sendiri untuk menyelesaikannya.
3. Pola Pemisah Tidak Seimbang
Dalam hubungan terpisah yang tidak seimbang, satu orang dalam keluarga si suami atau istri mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur
mengendalikan hubungan dan hampir tidak pernah meminta pendapat kedua belah pihak si suami atau istri.
4. Pola Monopoli
Dalam pola monopoli ini, si suami atau si istri sama-sama menganggap dirinya sebagai penguasa. Keduanya lebih suka memberi nasehat daripada berkomunikasi
untuk saling bertukar pendapat. Konflik sering terjadi dalam keluarga suami istri yang menganut pola komunikasi ini karena tidak bisa bebas untuk berpendapat.
3.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini menekankan pada pola komunikasi antara suami istri yang menikah siri tentang hak waris. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola
komunikasi antara suami dan istri yang menikah secara siri dalam pembagian hak waris, yang mana istri tidak mendapatkan perlindungan dari hukum dan tidak adanya
perjanjian dan peraturan yang sah untuk si istri mendapatkan hak waris jika kelak suami meninggal.
Proses komunikasi suami istri yang menikah siri tentang hak waris akan menentukan konsep hubungan antara keduanya dan membawa dampak di dalam
perubahan perilaku dan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Hal ini dapat diamati dari bentuk-bentuk pola komunikasi yang terjalin antara keduanya.
Komunikasi interpersonal seperti apa yang mereka suami istri terapkan sehingga mendapatkan jalan keluar dari permasalahan hak waris yang tidak dapat
perlindungan dari hukum karena pernikahan siri ini, sehingga akan menentukan
konsep hubungan antara keduanya dan membawa dampak di dalam perubahan perilaku, pemenuhan hidupnya dan masa depan keluarga.
3.4 Lokasi Penelitian