Analisis Keluarga Informan III

”Jadi nggak terlalu ribet dan kita juga tidak ada yang keberatan dengan keputusan ini, yang penting sekarang ini suami saya masih memberi nafkah setiap bulan walaupun tidak terlalu cukup juga buat anak-anak”. Bapak ”A” adalah tipe seorang suami yang cuek, sedangkan istrinya juga orang yang tidak mau mengambil pusing terhadap konflik yang dihadapinya. Sehingga mereka memiliki penyelesaian sendiri-sendiri, apalagi mereka memiliki pekerjaan masing-masing yang tidak terlalu sulit untuk mengatasi hak warisan dalam pernikahan sirinya. Peneliti menyimpulkan bahwa pasangan suami istri Informan II ini menggunakan pola keseimbangan terbalik, dimana masing-masing anggota keluarga suami istri mempunyai otoritas diatas daerah atau wewenang yang berbeda masing-masing. Suami istri adalah sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi antara keduanya suami-istri, dianggap bukan ancaman oleh si suami atau si istri, karena keduanya memiliki keahlian sendiri-sendiri untuk menyelesaikannya. Informan II juga tidak ingin permasalahan hak waris ini sampai ketangan hukum karena memang tidak mungkin dalam pernikahan siri, sehingga mereka lebih memilih untuk mengambil keputusan masing-masing dalam penghasilannya pekerjaannya.

4.2.1.3 Analisis Keluarga Informan III

Informan III ini tidak mau wawancara dilakukan di rumahnya, jadi wawancara dilakukan di jarak 500 M dari rumahnya di sebuah gapura yang ada tempat duduknya menghadap ke jalan raya. Wawancara pertama dengan si suami mas ”L” karena masih muda jadi peneliti memanggil mas saja biar lebih akrab, mas ”L” adalah orang yang ramah sekali dan suka bercanda. Wawancara dilakukan pada tanggal 9 Mei 2010 jam 15.15 WIB ditemani dengan anak pertamanya yang berusia 4 tahun, mas ”L” cukup terbuka dalam menjawab pertanyaan dari peneliti. Sedangkan wawancara untuk si istri mbak ”F” dilakukan di tempat yang sama tetapi berbeda waktu, yaitu jam 16.00 WIB. Saat wawancara berlangsung suaminya sudah pulang terlebih dahulu untuk memandikan anaknya, jadi wawancara dengan mbak ”F” bisa lebih leluasa dan terbuka meskipun banyak sekali noise dari kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya. Berikut pernyataan suami informan III ini mengenai siapakah yang sering mendominasi dan mengambil keputusan dalam segala hal menyangkut konflik dalam rumah tangga selama menikah siri. Berikut pernyataannya : Informan III ”Saya ini tidak malu walaupun menikah secara siri, selama ini memang pernikahan siri itu di pandang sebelah mata, tapi kalau merurut saya ya dilihat dulu masalahanya”. ”Kalau masalahnya seperti saya ini, nggak punya biaya buat daftarin ke KUA, resepsi dan lain sebagainya, jadi saya menikah saja dulu di depan penghulu yang sudah sah di mata Tuhan”. ”Memang sih mbak pernikahan siri itu banyak sekali konflik dengan istri saya, memang buat beban psikis juga apalagi saya sudah memiliki anak dari hasil nikah siri ini”. ”Saya sama istri saya lebih terbuka ya kalau ada masalahunek-unek apapun, bisanya sebelum tidur saya ngobrol dulu sama istri saya dan sekalian bicarakan apa jalan keluarnya”. Berikut pernyataan ibu ”T” dari hasil kroscek mengenai siapakah yang sering mendominasi dan mengambil keputusan dalam segala hal menyangkut konflik dalam rumah tangga selama menikah siri. Berikut pernyataannya : Kroscek ”Saya kalau ada masalah sama suami saya, biasanya dibicarain sebelum tidur jadi anak-anak juga nggak kedengeran mbak meskipun masih kecil-kecil”. ”Saya dan suami saya memang berniat akan menikah secara sah menurut hukum kalau sudah punya biaya, kita berdua kan sudah dewasa dan terikat dalam pernikahan jadi ya harus sejalan dalam rumah tangga ini”. Dari pernyataan suami istri informan III diatas, mereka memiliki komunikasi yang efektif karena dilihat dari setiap hari mereka mengkomunikasikan dengan baik kepada pasangannya. Dan mengambil keputusan tidak dari salah satu pihak saja, hal ini sangat berpengaruh dalam cara berkomunikasi tentang bagaimana anda berkomunikasi dengan pasangan anda mengenai hak waris dalam pernikahan siri, karena pernikahan anda tidak tercatat dalam hukum. Berikut pernyataan ”L” suami informan III : Informan III ”Masalah hak waris, masalah ini pernah istri saya tanyakan karena kami sadar nikah siri itu tidak tercatat oleh hukum negara dan ribet kalau ada masalah seperti hak waris ini”. ”Saya memang sudah berjanji dan berkomitmen pada istri saya, kalau saya sudah punya uang akan menikahi dia secara sah di KUA”. ”Jadi lebih ke harta bersama ya mbak, kalaupun tiba-tiba saya meninggal ya otomatis harta saya buat istri dan anak saya”. ”Kalau nafkah sudah pasti setiap bulan saya kasih ke istri, walaupun istri saya juga bekerja itu tetap tanggung jawab saya sebagai suami dan ayah”. Berikut hasil kroscek dari pernyataan ibu ”F” informan III bagaimana anda berkomunikasi dengan pasangan anda mengenai hak waris dalam pernikahan siri, karena pernikahan anda tidak tercatat dalam hukum. Berikut pernyataannya : Kroscek ”Kalau saya sih masalah hak waris sudah pernah dibicarakan, kami berdua kan punya niat nikah secara sah jadi nggak terlalu dipikirin”. ”Kita lebih ke harta milik bersama ya, saling memberi dan menerima saja, toh semua buat anak-anak juga”. ”Jadi tidak ada hitam diatas putih dan lain sebagainya, lebih kepada rasa kasih sayang dan kemanusiaan saja”. ”Suami saya setiap bulan memberi nafkah, bahkan kalau ada uang lebih saya juga diberi mbak buat tambahan anak-anak”. Komunikasi yang diterapkan pasangan suami istri informan III ini sangat terbuka sekali dengan pasangannya, suami tidak terlalu mendominasi dan istri juga tidak terlalu banyak menuntut dalam pembagian hak waris dari pernikahan sirinya karena pasangan suami istri ini menyadari bahwa tidak ada perlindungan dari hukum untuk menuntut apapun, sehingga lebih memilih jalan kemanusiaan dan tanggung jawab pada Tuhan. Pola keseimbangan adalah yang diterapkan pada informan III ini, pola kesimbangan ini lebih terlihat pada teori daripada prakteknya tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada hubungan yang penting. Pada pola komunikasi keseimbangan ini masing-masing suami istri membagi sama dalam berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin antara suami dan istri sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin atau pengikut, melainkan suami istri sama kedudukannya. Ini bisa terlihat dari awal mereka menikah secara siri, informan IV ini sangat memikirkan nasib keluarganya untuk masa depan yang lebih baik dan terjamin.

4.2.1.4 Analisis Keluarga Informan IV