Analisis Keluarga Informan V

Informan IV hampir sama dengan informan I hanya saja pada pasangan suami istri informan IV membuat perjanjian hitam diatas putih untuk masalah pembagian hak waris dalam pernikahan siri mereka. Peneliti menyimpulkan pola pemisah tidak seimbang adalah yang diterapkan pada informan IV ini, bahwa satu orang dalam keluarga suami atau istri mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur mengendalikan hubungan dan hampir tidak pernah meminta pendapat kedua belah pihak si suami atau istri. Pola komunikasi pemisah tidak seimbang ini merupakan pola komuniksai yang buruk dan dapat menimbulkan perpecahan. Hal ini disebabkan oleh keinginan salah satu pihak untuk mengusai pihak yang lain.

4.2.1.5 Analisis Keluarga Informan V

Seperti halnya suami dari informan I, suami informan V ini juga bekerja di Pegawai Negeri Sipil. Sehingga peneliti lebih sedikit canggung untuk mewawancarai orang yang terhormat seperti bapak ”H” ini, pada tanggal 18 Mei 2010 jam 17.00 WIB di rumahnya di daerah serayu Madiun peneliti melakukan wawancara ini. Peneliti juga harus sedikit menambahkan candaan-candaan dalam wawancara ini agar tidak terlalu tegang dan wawancara dapat berjalan dengan lancar, melihat bapak ”H” ini orangnya cenderung serius. Sedangkan wawancara untuk si istri ibu ”N” tidak dilakukan di rumahnya, tetapi peneliti diajak makan malam di cafe di depan rumahnya sambil mengobrol dan mengajukan beberapa pertanyaan tentang penelitian ini. Ibu ”N” ini orangnya sangat suka ngobrol dan bercerita, jadi sangat tidak menyulitkan peneliti untuk mewawancarai secara mendalam. Berikut pernyataan suami informan V ini mengenai siapakah yang sering mendominasi dan mengambil keputusan dalam segala hal menyangkut konflik dalam rumah tangga selama menikah siri. Berikut pernyataannya : Informan V ”Saya memang orangnya serius mbak, termasuk dalam pernikahan siri ini saya juga serius”. ”Saya lebih baik menikah siri dulu, sah dimata Tuhan dan tidak menimbulkan dosa”. ”Iya memang benar nikah siri itu banyak merugikan perempuan, tetapi ibu ”N” tetap istri saya yang sah dalam agama”. ”Jadi ya dia harus menuruti suami dan menjalankan tugas sebagai istri meskipun saya juga masih terikat pernikahan dengan istri pertama”. ”Komunikasi dengan istri pasti setiap hari, tapi tidak terlalu sering karena kan saya bekerja dari pagi sampai sore”. ”Kalau ada konflik pun pastinya dibicarakan dan kami punya pendapat masing- masinglah, yang paling sering mendominasi ya kita berdua saling berdebat dalam menyelesaikan masalah apapun itu”. Berikut pernyataan ibu ”N” dari hasil kroscek mengenai siapakah yang sering mendominasi dan mengambil keputusan dalam segala hal menyangkut konflik dalam rumah tangga selama menikah siri. Berikut pernyataannya : Kroscek ”Menikah siri itu memang nggak enak di cewek mbak, beban mental, kalau suaminya ngerti dan bener-bener sayang sama kita pasti istrinya nggak akan aneh-aneh”. ”Tapi kalau sudah suaminya keras, waduh susah banget, apalagi saya orangnya juga keras”. ”Kalau ada masalah atau unek-unek sih saya dan suami tidak terlalu terbuka ya, jadi cuma ngasih tahu atau nasehat saja, jangan begini jangan begitu, saya nggak suka kalau suami saya begini dan sebaliknya mbak”. ”Kalau saling berpendapat dan mempertahankan pendapat masing-masing seringnya kita malah bertengkar besar, nggak malah nemuin jalan keluarnya”. Hal ini sangat berpengaruh dalam cara berkomunikasi tentang bagaimana anda berkomunikasi dengan pasangan anda mengenai hak waris dalam pernikahan siri, karena pernikahan anda tidak tercatat dalam hukum. Berikut pernyataan ”H” suami informan V: Informan V ”Kalau masalah hak waris, saya memang pernah membicarkan dengan istri siri saya tetapi tidak terlalu serius mengambil keputusannya”. ”Yang penting istri saya ini nurut dulu sama saya, ya wajar kan kalau suami pengen istrinya ngikuti perintah suami”. ”Kalau nurut tak kasih duit, kalau enggak ya gak tak kasih duit, biar adil saja”. ”Setiap membicarakan konflik dalam rumah tangga, kalau masalah yang kecil-kecil sih dicuekin saja, tapi kalau masalahnya sudah besar ya pasti saya sebagai suami yang nasehati istri”. ”Tidak ada hitam diatas putih dan lain sebagainya, mengalir begitu saja yang penting saya menafkahi dia setiap bulannya”. Berikut hasil kroscek dari pernyataan ibu ”N” informan V bagaimana anda berkomunikasi dengan pasangan anda mengenai hak waris dalam pernikahan siri, karena pernikahan anda tidak tercatat dalam hukum. Berikut pernyataannya : Kroscek ”Yang penting saya tahu watak suami saya, kalau masalah hak waris memang suami saya susah buat di ajak ngomong itu”. ”Jadi ya pintar-pintarnya saya menabung dan membuka usaha sendiri dari hasil pemberian nafkah suami saya, biar punya tabungan buat masa depan nanti”. ”Ya ada yang diketahui suami ada juga yang suami nggak tahu tentang usaha saya, istilahnya harus nekat, kalau nggak begitu saya yang rugi dan saya nggak mau jadi wanita yang lemah mbak yang hanya nurut suami saja”. ”Memang tidak ada hitam diatas putih, tapi disini saya menuntut tugas suami saya saja dulu untuk menafkahi saya. Yang lainnya saya bisa nyicil dari sekarang buat usaha masa depan saya”. Dari pernyataan diatas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pola komunikasi monopoli adalah yang diterapkan dalam keluarga ini, pola komunikasi monopoli merupakan pola komunikasi yang buruk dan dapat menimbulkan banyak permasalahan. Hal ini disebabkan suami atau istri sama-sama menganggap dirinya sebagai penguasa. Keduanya lebih suka memberi nasehat daripada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat. Konflik sering terjadi antara suami istri yang menganut pola komunikasi ini karena tidak bisa bebas untuk berpendapat.

4.3 Pembahasan