Fungsi Keluarga Menurut Yusuf 2001 : 39-42, dari sudut pandang sosiologis, keluarga dapat

berkomunikasi secara konstruktif, jujur dan terbuka, akan tetap menemui kesulitan untuk hidup bersama dalam suatu keluarga. Dengan kata lain kecakapan komunikasi dalam rumah tangga memegang peranan penting dalam menentukan kebahagiaan rumah tangga Kuntaraf, 1999 :1-2. Maka tak dapat dipungkiri, hubungan yang menjadi kepedulian kebanyakan orang adalah hubungan dalam keluarga. Keluarga mewakili suatu konstelasi hubungan yang sangat khusus Moss, Tubbs, 2000 : 214.

2.1.6 Fungsi Keluarga Menurut Yusuf 2001 : 39-42, dari sudut pandang sosiologis, keluarga dapat

diklarifikasikan kedalam fungsi-fungsi berikut : 1. Fungsi Biologis Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi : a. Sandang, pangan, papan b. Hubungan suami istri c. Reproduksi atau pengembangan keturunan 2. Fungsi Ekonomis Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagian besar masyarakat primitif. Para anggota keluarga bekerjasama sebagai tim untuk menghasilkan sesuatu. 3. Fungsi Edukatif pendidikan Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai ”transmitter budaya atau mediator” sosial budaya bagi anak. Fungsi keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut penanaman, pembimbingan atau pembiasan nilai-nilai agama, budaya dan keterampilan- keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak. 4. Fungsi Sosialisasi Lingkungan keluarga merupakan faktor penentu determinant factor yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang. Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang mensosialisasikan nilai-nilai atau peran-peran hidup dalam masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para anggotanya. Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak untuk menaati peraturan disiplin. Mau bekerjasama dengan orang lain, mau bertanggung jawab dan bersikap matang dalam kehidupan yang heterogen etnis, ras, agama, budaya. 5. Fungsi Protektif perlindungan Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan fisik psikologis bagi para anggotanya. 6. Fungsi Rekreatif Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan, keceriaan, kehangatan, dan penuh semangat bagi anggotanya. Maka dari itu, keluarga harus ditata sedemikian rupa, seperti menyangkut aspek dekorasi interior rumah, komunikasi yang tidak kaku, makan bersama, bercengkerama dengan penuh suasana humor dan sebagainya. 7. Fungsi Religius agama Keluarga berfungsi sebagai penanaman nila-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Keluarga berkewajiban mengajar, membimbing atau membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Para anggota keluarga yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki mental yang sehat, yakni mereka akan terhindar dari bebab-beban psikologis dan mampu menyesuaikan dirinya secara harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam memberikan konstribusi secara konstruktif terhadap kemajuan serta kesejahteraan masyarakat. 2.1.7 Pernikahan Siri Menikah adalah salah satu cara ibadah yang sangat mulia dan tinggi derajatnya di mata Tuhan. Baik menikah secara siri maupun secara sah menurut hukum dan agama selama niat sepasang suami istri baik dan memenuhi syarat-syarat yang berlaku. Secara umum tujuan pernikahan menurut agama islam adalah untuk memenuhi hajat jenis manusia antara seorang laki-laki kepada perempuan atau sebaliknya dalam rangka mewujudkan keluarga sakinah, mawadah, warrahmah, sesuai ketentuan hukum islam. Secara harafiah ”siri” itu artinya rahasia, jadi nikah siri adalah pernikahan yang dirahasiakan dari pengetahuan orang banyak Fauzi, 2008 : 12. Istilah siri dalam kekerabatan berumah tangga, sering disalahartikan, siri berarti sembunyi atau rahasia sehingga banyak pasangan yang melakukan pernikahan secara diam-diam tanpa diketahui kedua keluarga. Adapun nikah siri menurut islam yang didefinisikan dalam fiqh, yakni nikah yang dirahasiakan dan hanya diketahui oleh pihak yang terkait dengan akad. Pada akad ini dua saksi, wali dan kedua mempelai diminta untuk merahasiakan pernikahan itu, dan tidak seorangpun dari mereka diperbolehkan menceritakan akad tersebut kepada orang lain al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, juz VII, 81 Fauzi, 2008 : 12. Secara pribadi jelas nikah siri ini sangat merugikan pihak perempuan, karena selain tidak adanya kejelasan status bagi si istri dan anak secara psikis juga berdampak buruk buat kelangsungan masa depan keluarga itu. Pernikahan secara siri adalah sah menurut hukum islam dengan berbagai persyaratannya, namun pernikahan siri ini tidak sah menurut hukum dan negara karena tidak tercatat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari segi hukum negara telah menjelaskan tentang pembagian hak waris. Tanpa adanya surat atau bukti yang sah dalam pernikahan, maka jika suami meninggal masalah harta antara suami istri tidak dapat dijalankan dengan baik karena tidak adanya kekuatan hukum yang melindungi, sehingga jika ada masalah tentang hak waris akan sulit bagi wanita atau istri untuk menuntut haknya. Menurut Fauzi 2008, 72-73 perkawinan bawah tangan atau nikah siri berdampak sangat merugikan bagi istri atau perempuan umumnya, baik secara hukum maupun sosial. Secara hukum : a. Tidak dianggap sebagai istri yang sah. b. Tidak berhak atas nafkah dan warisan dari suami jika ia meninggal dunia. c. Istri tidak berhak atas harta gono gini jika terjadi perpisahan, karena secara hukum pernikahan siri tidak pernah terjadi. Secara sosial : Akan sulit bersosialisasi karena perempuan yang melakukan perkawinan bawah tangan sering dianggap telah tinggal serumah dengan laki-laki tanpa ikatan perkawinan alias kumpul kebo atau dianggap menjadi istri simpanan. 2.1.8 Pernikahan yang Sah Menurut Agama dan Negara Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku www.organisasi.org diakses 11 Mei 2010 : 11.20 WIB Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena menikah adalah sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup seseorang.

2.1.9 Pengertian Hak Waris