564 4
H. TeknikBSamplineB
Pengambilan sample tikus putih betina dilakukan dengan Purposive Random Sampling, dengan kriteria umur ±2 bulan. Enam belas ekor tikus putih
betina tersebut dibagi menjadi 4 kelompok dengan cara random sampling, tiap kelompok terdiri atas 4 ekor tikus putih. Subjek pada penelitian ini dibagi
menjadi 4 kelompok secara acak yang masing-masing kelompok berjumlah 4 ekor tikus putih. Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol sedangkan kelompok
2, 3 dan 4 sebagai kelompok perlakuan.B I. BTeknikBPeneumpulanBdataB
Penelitian diakhiri pada hari ke-21 dan tikus di eutanasi untuk diambil organ ovariumnya, kemudian dilakukan proses preparasi dan dibuat preparat
organ ovarium dengan pengecatan HE. Pengumpulan data melalui pengamatan pada preparat oavrium yang telah dibuat dan diambil dokumentasinya
kemudiann dihitung jumlah folikel ovariumnya pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ekstrak daun kenari, keseluruhan hasil pengamatan
kemudian dianalisis.
J. BAnalisisBDataB
Data jumlah folikel ovarium dianalisis menggunakan analisis nonparametrik kruskal-wallis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
pemberian ekstrak daun kenari terhadap perkembangan folikel ovarium antara kelompok kontol dengan kelompok perlakuan 200mgekorhari,
300mgekorhari, 400mgekorhari analisis secara statistik dengan bantuan SPSS 16.
HASIL A. Hasil Penelitian
Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina norvegicus, L dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan
Hematoxilin-eosin primer, sekunder, tersier, de graff, ovulasi, corpus luteum dan atresia dapat
dilihat pada gamba dibawah ini. 1. Folikel Primer
Gambar 15. Fotomikrograf folikel primer HE, 40x. Keterangan : a.
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina L dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan
eosin HE, folikel-folikel ovarium tersebut meliputi primer, sekunder, tersier, de graff, ovulasi, corpus luteum dan atresia dapat
dilihat pada gamba dibawah ini. Folikel Primer
Gambar 15. Fotomikrograf folikel primer HE, 40x. Keterangan : a. Oosit
b. Granulosa
b
Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina Rattus L dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan
folikel ovarium tersebut meliputi folikel primer, sekunder, tersier, de graff, ovulasi, corpus luteum dan atresia dapat
a
2. Folikel Sekunder
Gambar 16. Fotomikrograf folikel sekunder HE, 40x. Keterangan : a
57
Sekunder
Gambar 16. Fotomikrograf folikel sekunder HE, 40x. Keterangan : a Oosit
b Granulosa c Zona Pelucida
a b
c
3. Folikel Tersier
Gambar 17. Fotomikrograf folikel tersier HE, 40x. Keterangan : a
58
Folikel Tersier
Gambar 17. Fotomikrograf folikel tersier HE, 40x. Keterangan : a Oosit
b Atrum c Granulosa
a b
c
4. Folikel De Graff
Gambar 18. Fotomikrograf folikel de graff HE, 40x. Keterangan: a
59
Folikel De Graff
Gambar 18. Fotomikrograf folikel de graff HE, 40x. Keterangan: a Oosit
b Granulosa c Cairan folikuler
b
a c
5. Ovulasi
Gambar 19. Fotomikrograf folikel yang mengalami ovulasi HE, 40x. Keterangan : a
60
Gambar 19. Fotomikrograf folikel yang mengalami ovulasi HE, 40x. Keterangan : a Cairan folikuler
b Granulosa
a b
Gambar 19. Fotomikrograf folikel yang mengalami ovulasi HE, 40x.
6. Corpus luteum
Gambar 20. Fotomikrograf Corpus luteum HE, 40x. Keterangan : a
61
Corpus luteum
Gambar 20. Fotomikrograf Corpus luteum HE, 40x. Keterangan : a Corpus luteum
b Granulosa
a b
7. Folikel Atresia
Gambar 21. Fotomikrograf Atresia HE, 40x. Keterangan : a
Data hasil penelitian yang didapatkan dari judul penelitian pengaruh ekstrak daun kenari
ovarium tikus putih betina dibawah ini.
62
Folikel Atresia
Gambar 21. Fotomikrograf Atresia HE, 40x. Keterangan : a Folikel atresia
Data hasil penelitian yang didapatkan dari judul penelitian pengaruh ekstrak daun kenari Canarium indicum, L terhadap perkembangan folikel
ovarium tikus putih betina Rattus norvegicus, L diperoleh hasil seperti
a a
a a
Data hasil penelitian yang didapatkan dari judul penelitian pengaruh L terhadap perkembangan folikel
, L diperoleh hasil seperti
63
Tabel 4. Hasil rata-rata jumlah folikel ovarium tikus putih
P0 Kontrol
P1 200mg
P2 300mg
P3 400mg
Nilai signifikansi P- value = H
Folikel Primer
5,25 6,50
10,25 8,50
H= 0,120 p≥0,05
Folikel Sekunder
1,25 3,25
5,25 4,75
H= 0,327 p≥0,05
Folikel Tersier
2,25 5,25
8,75 5,50
H= 0,045 p≤0,05
Folikel De Graff
1,25 2,30
7,50 10,25
H= 0,079 p≥0,05
Ovulasi 3,00
4,00 6,75
11,25 H= 0,020
p≤0,05
Corpus luteum
4,25 15,00
15,75 5,50
H= 0,009 p≤0,05
Folikel Atresia
3,25 10
10,25 1,25
H= 0,007 p≤0,05
1. Pengaruh pemberian ekstrak daun kenari Canarium indicum, L. terhadap perkembangan folikel primer
Dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata folikel primer tikus putih betina pada dosis P0 kontrol yaitu 5,25 buah. Pada dosis P1 200 mg ekstrak
64
daun kenari menunjukkan hasil 6,50 buah yang berarti lebih tinggi dibandingkan dengan P0 kontrol. Pada dosis P2 300mg ekstrak daun kenari
menunjukkan hasil 10,25 buah. Hasil tersebut menujukkan bahwa folikel primer pada dosis P2 lebih tinggi dibandingkan dengan P0 dan P1. Pada dosis
P3 400mg ekstrak daun kenari menunjukkan hasil 8,50 buah. Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan hasil yang di dapat dari P2 tetapi lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil yang di dapat dari P0 dan P1.
Gambar 22. Grafik rata-rata jumlah folikel primer Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun
kenari terhadap jumlah folikel primer maka dilakukan uji noparametrik Kruskal-Wallis Test diperoleh nilai signifikansi H=0,120. Nilai signifikansi
yaitu p≥0,05 maka menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap jumlah folikel primer. Hal ini berarti data yang dihasilkan
antara perlakuan dan kontrol menunjukkan tidak ada perbedaan nyata.
2 4
6 8
10 12
Kontrol P1 200mg
P2 300 mg P3 400mg
primer
65
2. Pengaruh pemberian ekstrak daun kenari Canarium indicum, L. terhadap perkembangan folikel sekunder
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata folikel sekunder tikus
putih betina pada dosis P0 kontrol yaitu 1,25 buah. Pada dosis P1 200mg ekstrak daun kenari menunjukkan hasil 3,25 buah yang berarti menujukkan
hasil P1 lebih banyak meimiliki folikel sekunder dibandingkan dengan dosis P0. Pada dosis P2 300mg ekstrak daun kenari menunjukkan hasil 5,25 buah.
Hasil tersebut menujukkan bahwa folikel sekunder pada dosis P2 lebih tinggi dibandingkan dengan P0 dan P1. Pada dosis P3 400mg ekstrak daun kenari
menunjukkan hasil 4,75 buah. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang di dapat dari P0 dan P1 tetapi lebih rendah dibandingkan dengan
hasil yang di dapat dari P3.
Gambar 23. Grafik rata-rata jumlah folikel sekunder Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak
daun kenari terhadap jumlah folikel sekunder maka dilakukan uji noparametrik Kruskal-Wallis Test diperoleh nilai signifikansi H=0,327. Nilai signifikansi
1 2
3 4
5 6
Kontrol P1 200mg P2 300 mg P3 400mg
Jumlah Folikel sekunder
66
yaitu p≥0,05 maka menunjukkan tidak ada pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap jumlah folikel sekunder. Hal ini berarti data yang dihasilkan
antara perlakuan dan kontrol menunjukkan tidak ada perbedaan nyata.
3. Pengaruh pemberian ekstrak daun kenari Canarium indicum, L. terhadap perkembangan folikel tersier
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata folikel tersier tikus
putih betina pada dosis P0 kontrol yaitu 2,25 buah. Pada dosis P1 200mg ekstrak daun kenari menunjukkan hasil 5,25 buah yang berarti menujukkan
hasil P1 lebih banyak meimiliki folikel tersier dibandingkan dengan dosis P0. Pada dosis P2 300mg ekstrak daun kenari menunjukkan hasil 8,75 buah.
Hasil tersebut menujukkan bahwa folikel tersier pada dosis P2 lebih tinggi dibandingkan dengan P0 dan P1. Pada dosis P3 400mg ekstrak daun kenari
menunjukkan hasil 5,50 buah. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang di dapat dari P2 tetapi lebih rendah dibandingkan dengan hasil yang
di dapat dari P0 dan P1.
Gambar 24. Grafik rata-rata jumlah folikel tersier
2 4
6 8
10
Kontrol P1 200mg P2 300 mg P3 400mg Jumlah Folikel Tersier
67
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap jumlah folikel tersier maka dilakukan uji noparametrik Kruskal-
Wallis Test diperoleh nilai signifikansi H=0,045. Nilai signifikansi yaitu p≤0,05 maka menunjukkan ada pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap
jumlah folikel tersier. Hal ini berarti data yang dihasilkan antara perlakuan dan kontrol menunjukkan ada perbedaan nyata.
4. Pengaruh pemberian ekstrak daun kenari Canarium indicum, L. terhadap perkembangan folikel de graff
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata folikel de graff tikus putih betina pada dosis P0 kontrol yaitu 1,25 buah. Pada dosis P1 200mg ekstrak
daun kenari menunjukkan hasil 2,30 buah yang berarti menujukkan hasil P1 lebih banyak memiliki folikel de graff dibandingkan dengan dosis P0. Pada dosis
P2 300mg ekstrak daun kenari menunjukkan hasil 7,50 buah. Hasil tersebut menujukkan bahwa folikel primer pada dosis P2 lebih tinggi dibandingkan
dengan P0 dan P1. Pada dosis P3 400mg ekstrak daun kenari menunjukkan hasil 10,25 buah. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang di
dapat dari P0, P1 dan P2 .
68
Gambar 25. Grafik rata-rata jumlah folikel De Graff Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun kenari
terhadap jumlah folikel De Graff maka dilakukan uji noparametrik Kruskal- Wallis Test diperoleh nilai signifikansi H=0,075. Nilai signifikansi yaitu
p≥0,05 maka menunjukkan ada pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap jumlah folikel De Graff. Hal ini berarti data yang dihasilkan antara
perlakuan dan kontrol menunjukkan ada perbedaan nyata.
5. Pengaruh pemberian ekstrak daun kenari Canarium indicum, L. terhadap ovulasi
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata ovulasi tikus putih betina pada dosis P0 kontrol yaitu 3,00 buah. Pada dosis P1 200mg ekstrak daun
kenari menunjukkan hasil 4,00 buah yang berarti menujukkan hasil P1 lebih banyak yang mengalami ovulasi dibandingkan dengan dosis P0. Pada dosis P2
300mg ekstrak daun kenari menunjukkan hasil 6,75 buah. Hasil tersebut menujukkan bahwa ovulasi pada dosis P2 lebih tinggi dibandingkan dengan P0
dan P1. Pada dosis P3 400mg ekstrak daun kenari menunjukkan hasil 11,25
2 4
6 8
10 12
Kontrol P1 200mg
P2 300 mg P3 400mg
Jumlah Folikel De
grafff
69
buah. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang di dapat dari P0, P1 dan P2 .
Gambar 26. Grafik rata-rata jumlah ovulasi Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun
kenari terhadap jumlah folikel de graff maka dilakukan uji noparametrik Kruskal-Wallis Test diperoleh nilai signifikansi H=0,020. Nilai signifikansi
yaitu p≤0,05 maka menunjukkan ada pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap jumlah ovulasi. Hal ini berarti data yang dihasilkan antara perlakuan
dan kontrol menunjukkan ada perbedaan nyata.
6. Pengaruh pemberian ekstrak daun kenari Canarium indicum, L. terhadap corpus luteum
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata corpus luteum tikus putih betina pada dosis P0 kontrol yaitu 4,25 buah. Pada dosis P1 200mg ekstrak
daun kenari menunjukkan hasil 15,00 buah yang berarti menujukkan hasil P1 lebih banyak yang corpus luetum dibandingkan dengan dosis P0. Pada dosis P2
300mg ekstrak daun kenari menunjukkan hasil 22,00 buah. Hasil tersebut
2 4
6 8
10 12
Kontrol P1 200mg
P2 300 mg P3 400mg
Jumlah ovulasi
70
menujukkan bahwa corpus luteum pada dosis P2 lebih tinggi dibandingkan dengan P0 dan P1. Pada dosis P3 400mg ekstrak daun kenari menunjukkan
hasil 5,50 buah. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang di dapat dari P0, tetapi lebih rendah dibandingkan P1 dan P2.
Gambar 27. Grafik rata-rata jumlah corpus luteum Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun
kenari terhadap jumlah corpus luetum maka dilakukan uji noparametrik Kruskal-Wallis Test diperoleh nilai signifikansi H=0,020. Nilai signifikansi
yaitu p≤0,05 maka menunjukkan ada pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap jumlah corpus luteum. Hal ini berarti data yang dihasilkan antara
perlakuan dan kontrol menunjukkan ada perbedaan nyata.
7. Pengaruh pemberian ekstrak daun kenari Canarium indicum, L. terhadap folikel atresia
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata folikel atresia pada tikus putih betina pada dosis P0 kontrol yaitu 3,25 buah. Pada dosis P1 200mg
ekstrak daun kenari menunjukkan hasil 10,00 buah yang berarti menujukkan
5 10
15 20
25
Kontrol P1 200mg
P2 300 mg P3 400mg
71
hasil P1 lebih banyak yang mengalami atres dibandingkan dengan dosis P0. Pada dosis P2 300mg ekstrak daun kenari menunjukkan hasil 10,25 buah.
Hasil tersebut menujukkan bahwa atersia pada dosis P2 lebih tinggi dibandingkan dengan P0 dan P1. Pada dosis P3 400mg ekstrak daun kenari
menunjukkan hasil 1,25 buah. Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan hasil yang di dapat dari P0, P1 dan P2 .
Gambar 28. Grafik rata-rata folikel atresia Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun
kenari terhadap folikel atresia maka dilakukan uji noparametrik Kruskal-Wallis Test diperoleh nilai signifikansi H=0,007. Nilai signifikansi yaitu p≤0,05 maka
menunjukkan ada pengaruh pemberian ekstrak daun kenari terhadap jumlah ovulasi. Hal ini berarti data yang dihasilkan antara perlakuan dan kontrol
menunjukkan ada perbedaan nyata.
2 4
6 8
10 12
Kontrol P1 200mg
P2 300 mg P3 400mg
Jumlah folikel atresia
72
B. Pembahasan