Tabel 2. Pembagian Status Desa Perkotaan dan Desa Perdesaan
No Kecamatan Status DesaKelurahan
Perdesaan Perkotaan
1 Srandakan
Poncosari, Trimurti 2
Sanden Srigading, Gadingsari,
Gadinghardjo Murtigading
3 Kretek
Tirtohargo, Parangtritis, Tirtosari, Tirtomulyo Donotirto
4 Pundong
Selohardjo, Panjangrejo Srihardono
5 Bambanglipuro Sumbermulyo,
Sidomulyo, Mulyodadi
6 Pandak
Caturharjo, Triharjo, Gilangharjo, Wijirejo
7 Bantul
Sabdodadi Palbapang,
Ringinharjo Bantul, Trirenggo
8 Imogiri
Selopamioro, Sriharjo Karangtengah, Kebonagung,
Karangtalun, Imogiri, Wukirsari, Girirejo
9 Dlingo
Mangunan, Muntuk Temuwuh, Jatimulyo
Terong, Dlingo 10 Jetis
Patalan, Canden, Trimulyo, Sumberagung
11 Pleret Bawuran, Wonolelo
Segoroyoso, Wonokromo, Pleret 12 Piyungan
Sitimulyo, Srimulyo, Srimartani 13 Baguntapan
Tamanan, Singosaren, Wirokerten
Jambidan, Potorono Baturetno,
Banguntapan, Jagalan
14 Sewon Pendowoharjo, Timbulharjo
Bangunharjo, Panggungharjo
15 Kasihan Tamantirto, Ngestiharjo
Bangunjiwo Tirtonirmolo
16 Pajangan Guwosari, Triwidadi,
Sendangsari 17 Sedayu
Argodadi, Argomulyo, Argosari, Argorejo
Sumber : Data Primer, 2015
Ditinjau dari ragam kependudukan, corak masyarakat di Kabupaten Bantul memang relatif seragam dibanding Kabupaten Sleman dan Kota
Yogyakarta. Kecamatan Sewon, Kasihan, dan Banguntapan kondisi penduduknya relatif lebih heterogen karena dihuni oleh banyak pendatang, serta
berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Populasi penduduk selain dari tiga kecamatan yakni Sewon, Kasihan, dan Banguntapan,
didominasi oleh penduduk asli. Kabupaten Bantul dijadikan sebagai lokasi penelitian karena memiliki
bentang alam yang variatif. Wilayah Kecamatan Pajangan, Piyungan, Sedayu, dan Dlingo berupa bentang perbukitan. Kecamatan Kretek, Sanden, dan
Srandakan wilayahnya pesisir, sedangkan kecamatan lainnya berupa dataran, baik berbentuk pemukiman desa perkotaan, desa perdesaan, dan bentanglahan
pertanian sawah. Ditinjau dari segi topografi, bentanglahan pada Kabupaten Bantul lebih variatif dibanding kabupaten lain, dan letaknya yang berbatasan
dengan Kota Yogyakarta juga menimbulkan kondisi masyarakat yang cukup plural dan menarik. Perbedaan bentanglahan dan aspek-aspek kependudukan
tersebut akan peneliti kaji secara geografi politik terkait dengan partisipasi penduduk dalam Pilpres 2014 lalu.
Berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD DIY, golongan putih golput pada Pilpres tahun 2014 mencapai 20,16
www.koran-sindo.com, artinya hanya 79,84 pemilih yang menyumbangkan suaranya dan terbagi dalam dua kelompok pemilih: Jokowi-JK dengan
1.234.249 55,81 suara dan Prabowo-Hatta dengan 977.341 44,19 suara.
Di Kabupaten Bantul dengan 2.295 Tempat Pemungutan Suara TPS di 17 kecamatan terkumpul sebanyak 584.915 suara atau mencapai 81,3. Pasangan
Prabowo-Hatta memperoleh 271.535 suara dan pasangan Jokowi-JK sebanyak 313.383 suara dari total suara yang terkumpul www.sorotjogja.com.
Terlepas dari hasil perolehan suara di atas, peneliti memfokuskan kajian ini pada tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Bantul yang sebesar 81,3.
Peneliti akan mengkaji sejauh mana kondisi topografi mempengaruhi tingkat partisipasi penduduk dalam Pilpres 2014. Penelitian ini akan mendeskripsikan
dan menganalisis masalah tersebut melalui sudut pandang studi geografi politik.
B. Identifikasi Masalah
1. Tingkat partisipasi sebesar 81,3 pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul kemungkinan besar dipengaruhi oleh kondisi topografi yang mempengaruhi
pemilih untuk datang atau tidak datang ke TPS. 2. Sejumlah 2.295 TPS tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Bantul.
Mengingat kondisi topografi Kabupaten Bantul yang bervariasi tentunya berpengaruh terhadap tingkat partisipasi penduduk untuk datang atau tidak
datang ke TPS. 3. Kondisi topografi Kabupaten Bantul yang beragam, yakni topografi datar-
berombak, berombak-berbukit, dan berbukit-bergunung memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi pemilih.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini fokus pada tingkat partisipasi penduduk pada Pemilihan Presiden tahun 2014, yang selanjutnya disebut Pilpres 2014 di Kabupaten
Bantul, yakni sebesar 81,3. Penduduk dalam penelitian ini yaitu penduduk Kabupaten Bantul yang telah terdaftar sebagai pemilih sesuai dengan Daftar
Pemilih Tetap DPT yang ditetapkan oleh KPU, yang selanjutnya disebut dengan pemilih. Analisis yang akan dilakukan mengacu pada aspek-aspek
geografi politik, yakni : kondisi topografi Kabupaten Bantul, persebaran TPS di 17 kecamatan, jumlah pemilih tiap kecamatan, dan tipikalisasi penduduk terkait
bentang wilayah di Kabupaten Bantul. Aspek-aspek tersebut akan dikaitkan, dengan tingkat partisipasi pemilih dalam Pilpres2014.
D. Rumusan Masalah
Setelah memaparkan latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, dan batasan masalah, penelitian ini akan mengangkat rumusan masalah berikut:
1. Bagaimana distribusi partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul.
2. Adakah hubungan antara kondisi topografi dengan tingkat partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul.
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui distribusi partisipasi pemilih pada Pilpres 2014 di Kabupaten Bantul berdasarkan kondisi topografi.
2. Mengetahui hubungan antara kondisi topografi dengan tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Bantul.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat praktis dan teoritis. Manfaat praktis adalah manfaat yang langsung dapat diaplikasikan setelah
penelitian ini dilakukan, sedangkan manfaat teoritis acuannya lebih pada dedikasi peneliti terhadap ilmu pengetahuan Gulo, 2002: 21.
1. Manfaat Praktis a Bagi KPU D.I. Yogyakarta, diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah pemahaman hal-hal terkait kondisi geografi politik di D.I. Yogyakarta, serta dapat menjadi sarana dokumentasi berupa ulasan
ilmiah terkait hal di atas. b Bagi peneliti, penelitian ini menjadi motivasi peneliti karena penelitian
atau studi mengenai geografi politik belum begitu populer di ranah nasional, dan tentunya menjadi fitrah tersendiri dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti aktivitas akademis di universitas.
2. Manfaat Teoritis a Penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi bagi penelitian yang
akan dilakukan di kemudian hari, khususnya yang berhubungan dengan pengkajian bidang geografi politik, dan ilmu sosial pada umumnya.
b Penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi kepustakaan bidang Ilmu-ilmu Sosial, dan sebagai bentuk sumbangsih peneliti terhadap
ilmu pengetahuan.
9
BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Geografi Politik Geografi Politik adalah ajaran mengenai bentang alam sebagai ruang
hidup politik dimana kehidupan negara berlangsung Hermawan, Iwan: 2009. Menurut Robinson dalam Abdurachmat, dkk: 1998 menyatakan
geografi politik adalah “…that the major objective of polltical geography is the analysis of inter-state relationships and of internal adaptations to
environmental conditions”. Objek geografi politik adalah analisis dan hubungan antarnegara dan adaptasi terhadap kondisi lingkungan di dalam
negara tersebut. Ruang lingkup kajian geografi politik mencakup tiga hal, yakni: Environmental Relationships, National Power, dan Political Region.
Berdasarkan pemahaman tentang hakikat geografi politik di atas, maka penelitian ini mengacu pada cakupan Political Region, yakni
menitikberatkan pada hal-hal teoritis seperti dasar, tujuan dan ruang lingkup geografi politik serta pengorganisasian keruangannya. Cakupan tersebut
merupakan poin esensial dalam penataan TPS pada pemilu sehingga harus dipetakan agar ditemui titik-titik lokasi TPS yang tidak kondusif. Lokasi
TPS yang tidak kondusif adalah lokasi TPS yang tidak sesuai dari segi jarak, lokasi, dan berbagai situasi serta kondisi yang menyulitkan para pemilih
untuk melakukan pencoblosan